Bab 3

759 113 22
                                    

Pemuda bertubuh jangkung itu memandang jengah ponsel yang ia genggam. Malam ini, ia dan sang kekasih akan melaksanakan fancy dinner yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Tetapi hingga tepat pukul 20.15 KST wanita itu tidak kunjung memberi kabar apakah ia sudah siap atau belum. Bahkan hanya sekedar mengangkat teleponnya pun, ia tidak melakukannya. Jaemin mendengus kesal. Jadwal yang diadakan olehnya adalah jam 19.30 KST tetapi hingga 45 menit berjalan, kekasihnya tak ada kabar sama sekali.

Ia memijat keningnya yang terasa begitu lelah. Akhir-akhir ini, Minjoo memang sering mengabaikannya karena ia terlalu fokus dengan cita-citanya. Kebetulan dua hari yang lalu, Minjoo diterima menjadi trainee agensi ternama di korea. Ia pun sangat senang dan terus berlatih hingga melupakan waktu istirahatnya dan juga Jaemin, yang statusnya sebagai kekasihnya.

Kesal? Tentu saja tetapi ia pun tak berhak terlalu mengatur kekasihnya itu yang ada Minjoo akan marah bahkan ia berani mendiaminya jika membuat wanita berumur 20 tahun tersebut marah atau kesal. Pernah ada, ketika Jaemin memberi penegasan bahwa Minjoo harus memerhatikan kesehatannya tetapi yang diterima oleh Jaemin adalah wanita itu hanya memutar bola matanya dan memarahi Jaemin karena terlalu mengaturnya. Setelah mengatakan itu, Minjoo meninggalkan Jaemin yang masih membeku dengan ucapannya.

Suara dering ponsel miliknya menggema diseluruh kamarnya. Tertera nama Minjoo disana dan ia pun langsung mengangkatnya dengan senyuman kelegaan. Baru saja ingin mengatakan sesuatu tetapi suara Minjoo disana sudah merusak semuanya.

"Jaemin-ah mianhaeyo. Aku tidak bisa pergi makan malam denganmu. Malam ini ada pelatihan ketat dengan pelatih agensiku. Maafkan aku, aku harap kau mengerti"

Jaemin tersenyum miris. Disini yang seharusnya mengerti Jaemin adalah wanita itu. Sudah setengah mati Jaemin meminta izin untuk melaksanakan fancy dinner di tempat sang ibu dan hingga membatalkan rencana survei tempat untuk penelitiannya hanya karena menginginkan fancy dinner dengan sang kekasih. Ia hanya tertawa miris.

"Seharusnya yang mengerti disini bukannya kau? Aku sudah melakukan semuanya demi fancy dinner ini, Minjoo. Kenapa kau tidak bilang dari jauh-jauh hari? Dan kenapa juga kau mengiyakan ajakan makan malamku. Kau yang seharusnya mengerti disini!, bagaimana aku susah payah membuat acara makan malam kita terlihat sempurna dan berkesan untukmu, Kim Minjoo!"

Jaemin marah tentu saja. Begitu teganya wanita ini membatalkan begitu saja tanpa mau tau perjuangannya membuat acara makan malam mereka. Bahkan air muka Jaemin pun berubah menjadi mengeras dan sedih dalam satu waktu.

"Selalu saja seperti ini. Aku sudah bilang padamu tidak usah membuat acara makan malam yang terlalu bagus. Jika aku tidak bisa kau juga tidak kecewa jatuhnya. Tapi kau selalu memaksakan kehendakmu, Jaemin! Sudahlah aku malas bertengkar. Pokoknya aku tidak akan datang karena aku akan latihan ketat dengan pelatih agensiku. Jika kau marah padaku, aku tidak peduli! Karena ini juga kesalahanmu, Na"

Sambungan telepon itu terputus. Jaemin membanting ponselnya dengan keras dan mengerang marah. Bagaimana bisa wanita itu dengan entengnya berbicara seperti itu. Apakah ia tidak tau seberapa terlukanya akibat ucapan itu. Minjoo sangat keterlaluan.

Jaemin langsung menelepon sang ibu untuk memberi fancy dinner itu kepada pengunjung restorannya. Ia membatalkan semuanya karena Minjoo tidak jadi datang. Sang ibu pun mengerti dan memberi ucapan penenang yang sedikit manjur bagi pemuda tampan tersebut. Jaemin mengangguk meskipun tidak bisa dilihat sang ibu.

Sambung terputus. Jaemin menatap langit malam dan lampu temaram jalanan kota Seoul. Di apartemennya ia hanya bisa meratapi nasibnya karena kebodohannya dan juga gagalnya acara yang membuat Jaemin antusias sekali. Semuanya hancur berantakan.

December 25th [JAEMYANG]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang