17 - Kost Anan

29 6 0
                                    

Anan tidak bisa menyembunyikan senyuman sumringahnya. Kakinya tidak dia gerakkan sejak tiga puluh menit yang lalu, matanya tak berpaling sedetikpun dari wajah mengenaskan Friki. Sesekali dia meraih buku, mengipasi dan mengusap bulir keringat di dahi Friki.

Sedangkan Friki asik merebahkan diri di paha Anan, menutup mata dan benar-benar tertidur. Kakinya tidak terkatup, malah saling terentang dengan bentuk huruf V besar, tangannya yang satu mengusap perut dan yang lain masih memegang pensil, bibirnya setengah terbuka, air liur sedikit mengalir di sudut bibirnya.

Mereka baru saja belajar di taman kampus. Sebenarnya, Anan yang mengajari Friki mekanika. Mendapat nilai buruk di kuis terakhir membuat Friki terancam mengulang kelas. Juga saat tau kalau Anan menjadi mahasiswa kebanggan dosen Tri, Friki meminta bantuan laki-laki itu untung mengajari. Belum ada lima belas menit mereka membuka buku, Friki jatuh tertidur.

"Woi, bangun."

Anan mendongak saat satu suara mengejutkannya.

Menyadari kalau ditatap, Inul meringis. "Duh, maaf, kak. Bukannya mau gangguin. Gue udah telpon in anak daritadi nggak diangkat-angkat. Mau kasih info penting, ya udah gue susul ke sini. hehe."

Anan tidak menjawab. Dia ikut membantu membangunkan Friki. Tangannya menepuk pipi Friki pelan. "Friki, bangun. Ada teman lo."

"Kalau cara banguninnya kayak gitu mah nggak bakalan bangun orangnya, malah keenakan tuh anak." Inul dengan tega menendang pantat Friki dengan kakinya. "Woi, monyet. Bangun!"

"Apa, sih? Anjir, ganggu!" Friki menceracau, menyamankan diri.

"Gue ada informasi penting, nih. Bangun, woi!"

Dengan malas, Friki membuka mata. "APA, NYET?!"

"Dih, ngegas." Inul berdecak. "Lo nggak bisa ke kost nanti."

"Loh? Kenapa?" Friki terduduk, menunjuk dirinya sendiri. "Gue diusir?"

"Gue yang pernah telat bayar kost seminggu aja nggak diusir, anying. Ngapain dia ngusir lo?"

"Siapa tau." Friki mengendik. "Ada apaan? Cepat ngomong! Gue sibuk."

"Sibuk tidur?"

"SIBUK BELAJAR." Friki ngegas. Sungguh luar biasa ini manusia, bangun tidur belum ada semenit, bisa ngegas-in orang. "Ada apa, sih? Bu kost ada tamu besar?"

"Sumurnya kering."

Friki melotot. "YAKIN LO?"

Anan sedikit menjauhkan kepala, berjaga-jaga kalau Friki berteriak lagi.

"Hn. Tinggal sedikit. Bu kost nggak ngebolehin kita mandi di sana. Kalau buat berak sama pipis mah masih bisa."

Friki berkedip. "Terus? Masalahnya?"

"Mandinya." Inul berjongkok di depan Friki, lelah terus-terusan menunduk, lagian dia kasihan dengan Friki yang mendongak tadi, tidak sopan juga kalau dia terus berdiri sedangkan Anan masih terduduk di atas rumput. "Besok sabtu. Gue libur. Jadi, nanti gue balik ke rumah. Gue yakin seratus persen kalau lo nggak bakal balik ke rumah. Gue cuman mau ngasih info, kalau untuk hari ini dan beberapa hari ke depan, lo nggak bisa mandi di kost."

"Halah. Kirain apaan." Friki membereskan bukunya. "Gue nggak mandi sehari-dua hari nggak bakalan mati kali."

"Ih, anying. Jorok!" Inul menempelengnya, dia berdiri. "Terserah lo, deh. Tapi kalau gue balik nanti dan lo benar-benar nggak mandi, gue ogah dekat-dekat sama lo." Inul berlalu.

Friki memasukkan bukunya ke dalam tas. Saat Anan mengajaknya berbicara. "Nggak jadi belajar?"

"Kan tadi udah."

Beauty and the Beast (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang