Friki bermain laptop, menonton anime di channel M*use Indonesia di Youtube. Sesekali menggulir kolom komentar dan mengumpat saat mendapat spoiler dari penonton yang sudah lebih dulu tau jalan ceritanya dari manga. Sedangkan Inul di sebelah Friki, sibuk menggambar di lantai dengan bando karet lucu terpasang di kepala.
"Gimana perasaan lo?" Tanya Inul mendadak, dia masih mencekal pensil, membuat garis di denahnya.
"Baik." Friki menyahut serampangan. Tangannya terulur, menggaruk kakinya yang mendadak gatal. "Ada bocah kurang ajar yang ngasih spoiler terus-terusan, bilang kalau MCnya bakal mati. Setan betul ini anak. Tapi, tenang. Perasaan gue masih baik-baik aja."
Inul mendongak kesal. Melihat Friki yang asik-asik merebahkan diri di kasur sedangkan sang pemilik malah di lantai dingin. "Gue nggak lagi bahas anime lo, goblok!"
"Terus apa?"
"Perasaan lo-"
"Baik." Friki keburu menjawab sebelum Inul selesai dengan pertanyaannya.
"Gue belum selesai ngomong!"
"Cepetan ngomong makanya."
"Perasaan lo soal kak Anan."
Jari Friki berhenti men-skroll. "B aja."
"Yakin?"
Friki menghembuskan napas, dia menaruh laptopnya di atas kasur, menatap Inul. "Lo pikir gimana?"
"Lo nggak baper?" Inul malah balik bertanya.
"Walau penampilan gue kayak gini, gue juga cewek."
"Nggak nyambung, monyet."
"Maksud gue, gue juga sama kayak cewek-cewek di luar sana. Kena perhatian dikit, baper. Kena lirik dikit, baper. Kena ngobrol dikit, baper. Percaya nggak percaya, gue harus bilang kalau gue pernah baper sama Londok sama mamang Andul. Londok, loh! Cowok kayak dia yang fisik sama sikap aja nggak ada gentle-nya sama sekali, gue pernah baper! Apalagi mamang Andul yang emang cakep-cakep ala sunda gitu walau dia cuman tukang bakso, gue pernah baper waktu dia godain gue mau ajak gue jalan."
"YAKIN LO PERNAH BAPER SAMA LONDOK?!" Inul melotot. "Heh, gue tanya apa malah jawabnya apa. Ini bukan tentang perasaan lo ke Londok apalagi ke mamang Andul, tapi ke kak Anan."
"Masa perlu gue perjelas, sih? Ini Anan, loh. Dia banyak cewek yang suka cowok kayak dia. Sikap dia kayak gue juga beda, nggak kayak sikap Londok ke gue. Anan benar-benar perlakuin gue kayak cewek di mana kalian selalu anggap gue cewek jadi-jadian. Dengan sikap dia yang kayak gitu, ditambah dengan wajah plus-plusnya, gimana bisa gue nggak kebawa perasaan?"
"Jadi, apa? Iya baper apa enggak?"
"GUE UDAH BILANG KEBAWA PERASAAN MASA MASIH NGGAK NGERTI JUGA?! NAMANYA AJA BAWA PERASAAN. BAPER." Friki ngegas. "Lo mah tolol lo berlebihan."
"Terus kenapa nggak lo terima?"
"Selain karena dia nggak ngajak gue pacaran, gue juga takut dia cuman main-main. Kayak... nggak mungkin banget. Ini bukan film dongeng ala-ala yang sering kita tonton di situs web ilegal, ini kisah hidup gue, kehidupan gue. Orang kayak dia, kayak Anan, gimana bisa dia suka sama cewek paling jelek di kampus? Gue takut di saat gue udah serahin hati gue, dia malah ilang. Karena gue tau, COWOK KAYAK ANAN TUH SUSAH BANGET DILUPAIN! GILAK! ORANG SOLO GANTENG-GANTENG! LO NGGAK TAU DEMAGE-NYA WAKTU GUE NGGAK SENGAJA DENGAR DIA TELPONAN SAMA IBUKNYA DAN PAKAI BAHASA JAWA. MEDOKNYA BIKIN GUE PENGIN NIKAHIN DIA SEKARANG ITU JUGA!"
"Nggak usah teriak-teriak juga kali! Ini bukan di hutan!" Inul menegur, beruntung dia tidak ikut berteriak juga. "Lo nggak ngode ke dia? Minta dia buat nembak lo gitu. Kalau dari yang gue lihat ya, orang kayak kak Anan yang pendiamnya luar biasa ini kemungkinan nyakitin cewek tuh hampir di bawah sepuluh persen!"
"Kok sepuluh persen?"
"Sepuluh persen nyakitin, siapa tau kalau dia khilaf." Inul nyengir. "Manusia banyak khilafnya, cuy."
"Gue nggak berani."
"Nggak berani apa?"
"Ngode."
"Ngode tinggal ngode. Kan lo juaranya ngomong blak-blakan. Tinggal bilang gini 'eh, kapan lo mau nembak gue? gue udah keburu baper, nih!', gitu."
"Terus kalau dia nggak mau gimana? Gue keliatan kayak cewek kepedean lagi."
"Bilang aja 'kalau nggak serius sama gue, mending jauh-jauh aja. Alergi gue sama tukang PHP'. Gituin."
"TAPI GELI!" Friki blingsetan. "Ini gue loh, Friki! Gue freak tapi gue nggak seaneh itu sampai berani ambil langkah ke cowok duluan. Terus apa kata orang kalau gue sama Anan beneran jadian? Mereka bakal cela gue sejatuh-jatuhnya! Bilang kalau gue nggak pantas dan bandingin gue sama kisah Beauty and the Beast tapi versi kebalik! Terus kalau gue jalan sama dia, gimana tanggapan orang lain nanti? Cowoknya tinggi kurus, ceweknya pendek bantet. Cowoknya pendiem ganteng, ceweknya cerewet terus jelek. Iya, sih... Anan emang nggak seputih cowok-cowok ganteng lain, TAPI DIA TETAP LEBIH PUTIH DARI GUE! Apa kata orang nanti?"
"Lo terlalu mikirin banyak hal."
"Gue nggak bakal mikirin ini-itu kalau Anan itu kayak Londok." Friki memijat kening. Mumet
"Kenapa nggak coba bilang ke Anan-nya langsung?"
"Apa?"
"Kalau lo insekyur."
"Gue nggak insekyur." Friki menyangkal. "Dan dia udah tau kalau gue mikirin komentar orang lain tentang ini."
"Terus gimana tanggapan dia?"
"Dia bilang gue nggak perlu dengarin mereka. Gue hanya perlu jadi diri sendiri."
"Nah, itu dia udah ngasih tau. Jadi diri sendiri aja."
"Tapi gue kepikiran sama apa yang Londok bilangin waktu itu. Jadi diri sendiri emang nggak salah, tapi kalau gue terus-terusan kayak gini, itu juga bukan hal yang baik."
Baru kali ini Inul mendengar Friki tidak bersemangat. Dalam hati dia menyumpahi Londok, kalau dia bertemu esok, Inul pastikan akan melakban mulut temannya itu sampai tidak bisa berkomentar macam-macam. "Nggak usah peduliin apa kata Londok."
"Apa gue perlu berubah, ya?"
"Jadi apa? Supermen?" Inul menyempatkan diri bercanda.
Friki mendesis, kakinya mendorong paha Inul kasar. "Nggak usah bercanda lo."
"Jadi diri lo sendiri aja. Kalau lo pengin berubah jadi lebih feminim, lo harus ngelakuin itu demi diri lo sendiri, bukan demi membungkam mulut si brengsek yang ngatain lo. Ngerti?"
Friki mengangguk. Dia menyandarkan punggungnya di bantal. "Ngomongin si brengsek, gue jadi ingat besok ada event."
"Event?"
"Anime. Yang mana gue bakalan meet sama orang-orang brengsek yang ngatain wajah gue hancur di grup WA."
"Ada mantan lo itu?"
"Lo berani nyebut dia mantan padahal dia putusin gue nggak sampai sehari kita jadian?"
Inul nyengir. "Mantan khilaf."
"Iya, dia datang."
"Hmm..." Inul berdeham berpikir. "Mau gue kasih saran buat balas mereka?"
"Apa?"
"Bawa Anan ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Beast (END)
Cerita PendekFriki, mahasiswi jurusan Arsitek berperut buncit dan berperilaku freak, memiliki selera humor di bawah rata-rata dan selalu nyengir kapanpun dan dimanapun. Dia tidak memperhatikan masalah penampilan, memakai celana pendek selutut dan kaos polos ke k...