fragmen 9 - sayang

573 129 52
                                    

Pernahkah kau merasa sangat ingin menyayangi seseorang yang telah rusak?

Bagaimana menjelaskannya?

Sudah berbulan-bulan aku tinggal bersama Baekhyun hingga mulai terbiasa. Meski sambil bekerja, sibuk oleh banyak target yang harus dicapai, tapi aku tidak pernah melupakan Baekhyun barang sedikit pun. Tanpa sadar dia telah menjadi bagian penting dalam hidupku.

Baekhyun masih menjalani pengobatan serta terapi untuk memulihkan kondisinya. Dia sudah menunjukkan banyak kemajuan. Bicaranya tak segagap dulu. Gerakannya tak selamban dulu. Baekhyun juga sudah mengetahui banyak emosi dan belajar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk saat dia merajuk seperti sekarang.

“I-ini... akhir pekan, Kapten.”

Hm. Selamat akhir pekan.”

Baekhyun membalas ucapanku. Dia sudah bisa melakukannya. “Hng, selamat a-akhir pekan. Tapi...”

“Kenapa?”

“Kapten p-pakai seragam.”

Aku menunduk, menatap setelan kerjaku. “Ah, ini? Aku harus lembur.”

Lagi, Baekhyun mengulangi kalimat yang sama. Kali ini sambil memajukan bibirnya. “T-tapi ini akhir pekan.”

“Ini bukan pertama kalinya kau melihatku lembur. Kenapa? Tidak suka?”

Baekhyun menundukkan kepalanya. Menaruh sendok dan berhenti mengunyah. Saat ini kami memang sedang berada di meja makan untuk sarapan bersama. Dia dengan menu 4 sehat 5 sempurna seperti biasa. Aku cukup dengan roti isi. Praktis dan tidak memakan banyak waktu.

Kondisi anak itu sudah jauh lebih baik. Tubuhnya tidak lagi kurus. Berat badannya mulai naik. Pipinya bahkan terlihat makin berisi. Meski aku yakin dia masih terlalu mungil untuk anak seusianya.

Ugh, oke? Apa bahkan dia masih pantas masuk kategori anak-anak?

Haha. Persetan! Bagiku, Baekhyun masih terlihat seperti anak-anak.

“Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa tidak lanjut makan?” tanyaku penasaran karena dia masih saja menunduk dan memilih diam. Padahal sarapan pagi adalah salah satu hal yang disukainya.

“I-ini akhir pekan... kita m-main bersama.”

Ah, begitu ternyata.

Tentu saja aku tidak melupakan kebiasaan kami. Minseok menyarankan agar setidaknya ada 1 kegiatan yang kami lakukan tiap akhir pekan. Aku harus menjelaskan secara pelan-pelan padanya tentang apa saja yang hendak kami lakukan. Entah itu mengurus tanaman, memasak menu baru, eksperimen membuat camilan, belajar menulis huruf dan angka, bahkan ada hari di mana aku menemaninya bernyanyi.

Baekhyun sangat payah, tentu saja. Ia sama sekali tidak bisa bernyanyi. Tapi memangnya apa yang kuharapkan dari seseorang yang bicaranya saja masih gagap?

Meski begitu masih ada hal lain yang bisa dilakukannya. Anak itu sangat suka bermain piano. Di samping dirinya yang buta nada dan hanya menekan tuts seenaknya, tapi itu terhitung lumayan. Dia akan merasa senang tiap kali tangannya menciptakan suara-suara yang masih terdengar aneh dan putus-putus.

“Pekerjaanku sangat banyak. Dan sayangnya semua laporan itu tidak bisa kubawa pulang ke rumah. Aku harus mengerjakannya di kantor. Ditambah ada pertemuan penting dengan beberapa atasan.”

Kulihat bibir Baekhyun merosot ke bawah. Dia sudah tidak lagi merajuk. Tapi terlihat benar-benar kecewa. Tak heran karena inilah satu-satunya hari di mana ia bisa menghabiskan waktu denganku seharian. Namun karena pekerjaanku yang sialnya sudah menumpuk, Baekhyun terpaksa harus kehilangan salah satu hari yang sangat berharga untuknya.

A N O M A L I (chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang