fragmen 10 - hangat

534 101 38
                                    

Pernahkah kau merasa dadamu hangat saat memandangi seseorang dari dekat?

Ini pertengahan bulan Februari, suhu udara masih sangat dingin. Meski kantor tempatku bekerja memiliki mesin pemanas yang baik. Tapi tetap saja, mengapa hanya dadaku yang terasa paling hangat di antara anggota tubuhku yang lainnya? Mustahil itu karena sosok yang tengah kupandangi saat ini, bukan?

Dia adalah Byun Baekhyun, yang tengah mengikik kegirangan saat Sehun membawakannya susu hangat. Pipinya yang semula agak pucat, kini kembali merona. Dia memang tidak tahan dingin, jadi aku naikkan suhu di ruanganku agar tubuhnya berhenti menggigil. Tapi demi Tuhan, mesin penghangat itu tidak membuatku kegerahan sama sekali karena memang di luar sana udara sangat dingin. Anehnya hanya dadaku saja yang berubah hangat. Dan hal itu terjadi sejak aku memandangi sosok Baekhyun diam-diam dari meja kerjaku.

“Kapten m-mau?” tawar Baekhyun takut-takut dan ragu. Di sampingnya, Sehun ikut memandangiku sambil menunggu aku mengatakan sesuatu.

“Tidak, kau saja yang habiskan. Setelah itu pulang dengan Sehun. Pemeriksaanmu sudah selesai dan pekerjaanku masih banyak. Kau juga sudah mendapatkan 2 gelas susu. Jadi menurutlah, oke?”

Eung!” Baekhyun mengangguk cepat, poninya sampai menusuk-nusuk mata. Dan ia pun mengerjap-ngerjap kepayahan sebelum meneguk kembali susunya.

Baekhyun baru saja menyelesaikan pemeriksaan rutinnya bersama Minseok. Tapi karena pekerjaanku sangat banyak, jadi aku hanya bisa mengantarnya saja dan tidak menemaninya sampai selesai, bahkan menengok pun tak sempat. Lalu pada saat jam makan siang, dia juga harus pergi makan bersama Minseok.

Aku dan seluruh anak buahku yang tersisa di markas begitu sibuk lantaran ada beberapa dari kami yang sedang terjun ke lapangan, menyisir gudang bekas yang disinyalir jadi tempat persembunyian sementara oleh para mafia mantan pesuruh Byun Hyosang. Seharusnya aku juga terjun, tapi atasanku bilang tak perlu. Katanya sudah bisa dipastikan mereka telah kabur. Jadi tim yang pergi ke sana murni hanya untuk mencari bukti yang tertinggal, bukan untuk berhadapan langsung dengan mereka.

Laporan terus berdatangan dari anggotaku yang berada di sana, salah satunya adalah Jongin. Aku pun kembali sibuk dan meminta Sehun segera mengantar Baekhyun pulang. Tentu saja dengan pengawalan seperti biasa. Dia tidak bisa berada di sini sampai aku selesai, karena hingga larut malam pun belum tentu aku bisa pulang. Dan Baekhyun masih harus istirahat dengan cukup sesuai anjuran Minseok sebagai dokternya.

Saat itu Banyak telepon yang masuk sampai ponselku sendiri terabaikan. Tapi melihat nama Sehun yang menyala-nyala di layar, kira-kira 10 menit setelah kepergiannya dengan Baekhyun, aku pun tersentak. Tak senang dengan firasat yang kini mulai merasuki kepalaku dengan cepat.

“KAMI DISERANG!”

Hanya butuh satu kalimat dari Sehun agar aku melesat keluar ruangan sambil berteriak pada siapa saja untuk segera menyiapkan pasukan. Aku pergi lebih dulu dengan senjata seadanya. Peluruku juga terbatas. Sungguh, sebuah keputusan konyol yang tidak akan pernah kulakukan jika dalam keadaan sadar. Ini sama saja dengan misi bunuh diri. Tapi apa yang tengah terjadi pada Sehun dan Baekhyun cukup genting. Mereka tidak akan bisa bertahan jika aku terlambat sedetik saja.

Damn it! Berani sekali mereka menyerang tak jauh dari markas!” umpatku sembari menginjak pedal gas sekuat tenaga dan nyaris menerobos palang pintu keluar. Hah, persetan! “Sehun, posisi?”

“Tak jauh dari markas. Pertigaan menuju jalan utama.”

“AKH!”

Sial! Itu Baekhyun yang menjerit.

“Ada apa?”

“Tak apa, Kapten. Baekhyun... dia kaget... mendengar tembakan – FUCK! Menyingkir dariku, keparat!”

Chaos sekali di sana. Aku bisa mendengarnya dengan jelas. Bunyi desingan peluru, ban mobil yang berdecit, mesin yang menderu, serta teriakan panik Baekhyun. Aku harus segera tiba di sana. “Lima menit, Sehun. Tidak, tiga menit.”

“Kapten, kau harus membawa bantuan.”

“Mereka butuh sedikit waktu. Tapi ada 2 mobil yang mengikutiku dari belakang.” Aku menjeda karena harus berbelok dengan tajam. Susah sekali mengendalikan setir mobil dengan kecepatan setinggi ini. “Sehun, berapa mobil?”

“Empat. Mungkin lebih.”

FUCK!

“Jangan matikan. Aku akan menghubungi polisi setempat.”

“Sudah kulakukan, Kapt – OH, SHIT! Kapten, kami mulai dihujani peluru.”

“LINDUNGI BAEKHYUN!” Aku yakin telinga Sehun tengah berdenging saat ini lantaran mendengar teriakanku. Tapi peduli setan! “Aku sudah dekat. Kutembaki mereka.”

Tentu saja sulit melakukannya. Tapi pertama-tama akan kusingkirkan mobil mereka dengan mengemudi lebih dekat menuju sasaran. Totalnya ada enam ternyata. Setidaknya ada 6 ban mobil yang harus kuledakkan.

Dor.

Satu tersingkir.

Dor.

Dua.

Dor. Dor. Dor.

Hanya satu yang kena.

Sisa 3 mobil lagi. Dan ini jadi semakin sulit karena kami sudah memasuki jalan utama.

Dor.

Baiklah, tinggal dua lagi.

Sialnya ada terlalu banyak kendaraan warga sipil dan tembakanku bisa saja membahayakan mereka. Namun bukan tanpa alasan aku menjadi seorang Kapten di NIS. Tepat saat aku berhasil menembak salah satu dari mobil para mafia yang tersisa, si pengemudi ternyata memutuskan untuk banting setir hingga menyebabkan kecelakaan beruntun.

Aku pun terlambat.

Mobil yang Sehun kendarai jadi salah satu yang terkena dampaknya.

Aku mengerem dan melompat keluar, berlari menuju mobil NIS yang mengangkut Baekhyun, Sehun, dan 2 agen lain yang bertugas mengawal. Sekilas kulirik mobil terakhir yang memilih kabur saat sirene polisi terdengar. Aku pun menghela nafas lega, hanya selama sedetik, sebelum kembali dibuat kesulitan menghirup pasokan udara saat melihat kap mobil yang mengepulkan asap.

Pintu penumpang bagian depan dan belakang kubuka nyaris dalam waktu bersamaan. Salah satunya membuat kepala Baekhyun terkulai. Aku menatapnya ngeri ketika melihat darah yang mengucur di sisi wajahnya. Cepat-cepat kulepaskan seatbelt yang ia kenakan, lalu segera menariknya keluar dan menyuruh salah satu dari kedua agen untuk ikut membawa Sehun yang tak sadarkan diri. Aku sendiri sudah menggendong Baekhyun agak jauh, antisipasi jika mobil meledak. Saat sudah berada di pinggir jalan, aku pun mencoba membuatnya sadar.

“Baekhyun? Bangun, Baekhyun! Kau bisa mendengar suaraku?”

Tak cukup sekali, aku melakukannya berkali-kali sampai erangannya terdengar. Akhirnya Baekhyun pun membuka mata dan tersenyum lega saat melihatku.

“Kap-ten... coklat... d-di saku... hari... kasih s-sayang... selamat...”

Masih dengan senyumnya yang tak pudar, mati-matian Baekhyun mengucapkan kalimat berantakan tersebut sambil merogoh sakunya dan menyerahkan sebatang coklat yang penyok untukku.

“Terima k-kasih... sudah... menya-yangiku... Kapten.”

Sekali lagi, hatiku menghangat.

Dalam kondisi terluka seperti ini, Baekhyun masih sanggup berbicara padaku, bahkan senyumnya pun tak pernah luput dari wajahnya yang pucat, entah karena udara yang dingin atau karena ia sedang menahan sakit.

“Dasar bodoh!” Aku hanya bisa memeluknya dengan hati-hati, kemudian berbisik di samping telinganya. “Ya, aku menyayangimu, Baekhyun. Sangat menyayangimu. Jadi bertahan untukku sekali lagi, hm?”

.

.

.

A/N:

Halooo lama tak jumpa! Siapa yang kangen mereka? Ada yang masih nungguin gak? 🥺

Hehe sorry but shameless promotion, siapa tau ada yang mau trakteer aku citocitat (susu coklat) boleh cek link di bio ya. Sampe ketemu di update selanjutnya...

Lcourage, 150222.

A N O M A L I (chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang