fragmen 2 - berusaha

892 205 20
                                    

T/W :
violence, use of gun, blood

🌻

Pernahkah kau berusaha mempertaruhkan hidupmu untuk orang asing yang baru kau temui?

Pekerjaanku menuntutku untuk melindungi siapa pun warga sipil yang tidak bersalah. Tapi belum pernah aku merasa begitu khawatir seperti saat menyaksikan tubuh kurus Baekhyun disandera salah satu bawahanku sendiri, hingga ia menggigil ketakutan.

Sebelumnya Minseok sudah memberi sinyal bahwa hipnoterapi bisa dilakukan dalam waktu dekat. Tapi karena aku butuh informasi darinya dengan cepat, jadi aku meminta Minseok untuk melakukan tesnya esok hari. Semua sudah dipersiapkan dengan matang. Berhubung Baekhyun juga sudah cukup kooperatif selama 2 hari ini. Dia sudah mau memakai baju, meski kadang gerakannya sangat lambat, seperti bingung, bahkan tidak tahu bagaimana cara mengenakannya. Dan saat aku menyuruhnya menghabiskan makanan yang diantar 3 kali dalam sehari, ia pun menurutinya tanpa membuat para penjaga kesulitan.

Aku pikir ini juga merupakan sebuah sinyal positif darinya. Dan Minseok setuju. Jadi besok adalah harinya. Namun sesuatu terjadi. Salah seorang bawahanku, Kim Joongi, membelot.

Dia datang ke ruang tahanan Baekhyun di malam hari saat jadwal piket tiba. Dengan menggunakan namaku, Joongi berhasil membawa Baekhyun keluar sel tanpa membuat siapa pun merasa curiga. Kecuali, tentu saja, Baekhyun secara ajaib meronta tak ingin mengikutinya. Beberapa orang mulai curiga, namun Joongi bersikeras bahwa ini adalah rahasia. Aku, Park Chanyeol, tidak membolehkan siapa pun untuk ikut campur. Karena ini berhubungan dengan tes esok hari.

Tidak ada permainan CCTV, lampu mati, ataupun sistem diretas. Semua berjalan dengan semestinya hingga semua orang di markas membiarkan Joongi membawa Baekhyun pergi. Tapi untung saja rekanku yang memiliki kewaspadaan tingkat tinggi langsung menghubungiku.

Pengkhianatan Kim Joongi pun mulai terbongkar.

Selagi menungguku tiba di markas, semua orang mencoba memburunya. Namun Joongi dengan cerdik menggunakan Baekhyun sebagai tameng. Lehernya dicekik, ditarik untuk mengikuti langkah Joongi menuju pintu keluar. Sayangnya aku sudah berdiri di sana untuk menyambut mereka berdua. Dan peluruku berhasil melumpuhkan Joongi.

Meski tubuhnya telah merosot jatuh saat kakinya kutembak, namun dia masih sempat memukul kepala Baekhyun dengan keras menggunakan pistol semi otomatis yang digenggamnya. Aku pun tak segan menendang senjata itu menjauh hingga ia menjerit keras saat ujung sepatuku melukai tangannya.

Persetan!

Kuraih tubuh Baekhyun yang meringkuk ketakutan dan berniat membawanya ke bagian klinik kesehatan. Kupikir semua sudah selesai di sana, tapi ternyata si keparat Joongi masih belum menyerah. Ia merebut pistol milik bawahanku, lalu menembakkannya ke arah Baekhyun yang sedang kugendong. Secara refleks aku berbalik, melindunginya dari serangan timah panas yang akan menyerang pinggangnya.

Saat bunyi letusan terdengar, tubuhku roboh bersimbah darah.

Samar, kudengar juga saat Baekhyun memanggilku dengan suara seraknya.

"K-Kap-ten."

Dipercaya menjadi seorang Kapten dari tim Alpha di Badan Intelijen Negara bukanlah sesuatu yang akan kau dapat tanpa usaha. Selain harus berwawasan luas, kami juga dituntut untuk jago bela diri dan pandai menggunakan senjata. Bertahan, menghindar, dan membuat strategi termasuk di antara kemampuan lain yang harus kami miliki. Dan aku bersyukur memiliki semua kemampuan tersebut di atas rata-rata. Tak heran jika organisasi memilihku sebagai Kapten di usia muda.

Malam itu aku tertembak demi seorang tahanan. Tapi tubuhku menghindar di saat yang tepat. Meskipun harus kehilangan banyak darah, namun pelurunya tidak bersarang di tempat yang salah. Jadi setelah dokter mengeluarkan pelurunya, aku bisa kembali pulih dengan cepat.

Tapi aku tidak menyangka jika orang yang kulihat saat sadar adalah tahanan yang kuselamatkan.

"Baekhyun?"

Kepalanya yang terluka akibat pukulan Joongi masih belum diobati. Darahnya yang bercucuran sampai mengering dengan sendirinya. Sedang wajahnya yang pucat terlihat masih basah, air mata belum berhenti mengalir dari pelupuknya.

"Ada apa dengannya? Kenapa kalian membiarkannya seperti itu?" Dengan susah payah aku bertanya pada bawahanku, Oh Sehun dan Kim Jongin, yang langsung menghampiriku begitu tahu aku telah sadar. "Singkirkan wajahnya dari hadapanku."

Aku mengatakannya dengan kasar, tapi yang kumaksud sebenarnya adalah bawa Baekhyun pergi keluar agar seseorang bisa mengobati lukanya.

Sehun dan Jongin yang sudah menjadi bawahanku selama 3 tahun paham. Tapi tidak dengan Baekhyun. Dia menggeleng, menolak perintahku. Dan tetap bergeming di kursi yang didudukinya.

Aku menatap tajam ke arah Baekhyun, sengaja membuatnya takut. Tapi lagi-lagi, dia memberikan tatapan memelasnya.

Dan lagi-lagi, aku merasa lemah.

"Panggilkan dokter! Suruh dia mengobati luka Baekhyun di sini."

Baekhyun masih enggan berbicara. Tapi dari laporan Jongin yang dibisikkannya pelan-pelan di dekat telingaku, aku baru tahu jika bocah aneh itu tidak berhenti menangis saat aku tertembak. Ia bahkan terus bersimpuh di depan ruang operasi, mengabaikan semua orang yang hendak mengobatinya. Hingga para tenaga medis keluar mendorong ranjangku dan aku dinyatakan selamat.

Tentu saja aku selamat. Kenapa aku harus mati di tangan pengkhianat brengsek macam Joongi?

"Berhenti menangis atau aku akan mengusirmu dari sini."

Ibarat mantra, perkataanku sukses membuat tangisan Baekhyun berhenti.

Aku tidak mengerti mengapa dia bisa menjadi sangat penurut terhadapku? Tapi situasi yang menguntungkan ini ingin sekali kumanfaatkan. Jika bisa menggali informasi dalam keadaan sadar, mengapa harus susah-susah melakukan hipnoterapi?

Jadi setelah dokter selesai mengobatinya, aku suruh mereka keluar. Jongin dan Sehun juga. Hanya tinggal kami berdua di ruangan. Aku melambaikan tangan dan menyuruhnya mendekat. Baekhyun, masih tanpa mengatakan apa pun, menggerakkan tubuhnya dan beringsut ke arahku.

"Aku sudah menyelamatkan hidupmu. Tidakkah kau berpikir jika kau berhutang sesuatu padaku?"

Aku tahu Baekhyun tidak akan mengatakan apa pun. Tapi setidaknya dia masih mendengarkan.

"Ceritakan tentang hidupmu. Perlahan saja. Jangan terburu-buru."

Aku sedikit pesimis karena kali ini ada jeda yang lebih lama dari sebelumnya, saat dia memberitahu namanya di pagi buta beberapa hari yang lalu. Tapi tidak ada ruginya bersabar dengan bocah satu ini. Karena pada akhirnya dia bersedia juga untuk buka mulut.

"Na-ma-ku Baek-hyun. T-ti-dak bo-leh b-bi-ca-ra. Na-n-ti t-ti-dak b-bo-leh me-li-hat m-ma-ta-ha-ri."

Kalimatnya terbata-bata, tapi aku mengerti apa yang dia katakan.

Sial!

Jika begini ceritanya, aku tetap membutuhkan Minseok untuk melakukan hipnoterapi pada Baekhyun.

Pasti ada sesuatu yang kelompok mafia itu sembunyikan.

.

.

.

A/N :

Masih berharap semoga cerita ini gak aneh jatohnya.

Lcourage
031220

A N O M A L I (chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang