fragmen 7 - bahagia

892 183 41
                                    

Pernahkah kau merasa bahagia hanya karena hal-hal sederhana di dunia ini?

Yang sering kali tidak kusadari selama tinggal bersama Baekhyun adalah melihat kebiasaannya di pagi hari setelah bangun tidur. Jika dulu ia akan tampak seperti tengah linglung, hanya bisa duduk diam di tepi ranjang sampai aku menyuruhnya mandi. Tapi belakangan Baekhyun sudah tidak begitu. Dengan mata sayu khas bangun tidur ia akan beringsut turun dan mulai merapikan ranjangnya. Mengambil bantal serta guling untuk ditempatkan di bagian kepala, kemudian menarik selimut dan melipatnya dengan dahi berkerut. Baekhyun akan menghabiskan waktu cukup lama untuk melipatnya karena selimut itu sangat besar juga tebal. Tapi ia tidak pernah mengeluh walau hasilnya terlihat tidak rapi. Hanya bibirnya saja yang refleks mengerucut oleh rasa tak puas.

Aku membiarkannya. Tak mengoreksi pekerjaan yang Baekhyun lakukan. Alih-alih mengucapkan terima kasih karena dia sudah mau membereskan kamar.

"Wah, kau membereskannya sendiri? Terima kasih, Baekhyun. Sekarang pergilah mandi."

Aku jarang mendapat balasan ketika berbicara. Tapi binar matanya berubah saat aku berkata demikian. Ia jadi terlihat lebih hidup. Dan itulah yang berusaha aku lakukan.

Hari ini aku sengaja mengambil jatah libur untuk menemani Baekhyun seharian dan menepati janji untuk melihat matahari dan bunga di taman. Selain 2 kegiatan itu, aku masih belum tahu akan melakukan apa. Tidak mungkin kan jika kami berada di taman seharian?

Sebenarnya aku bukan orang yang telaten mengurus orang lain, apalagi seseorang seperti Baekhyun yang sepertinya tidak bisa melakukan apa pun sendirian. Memilih baju saja ia kebingungan. Tapi aku tetap menunggunya selesai mandi dan menanyakan pada anak itu baju mana yang ingin dia kenakan hari ini.

"Biarkan Baekhyun memilih. Dia harus bisa melakukannya."

Perkataan Minseok selalu kuingat. Aku akan membuatnya lebih aktif, tidak dikomando, dan mencoba menggali isi pikirannya dengan menanyakan hal-hal sederhana.

"Semalam aku mengisi lemari pakaianmu lagi. Ada beberapa baju dan celana baru. Kau mau pakai yang mana?"

Lama sekali Baekhyun berpikir sambil menatap isi lemari. Matanya pun menyusuri rak dari atas ke bawah, kemudian sebaliknya. Lengannya yang kurus terangkat, menunjuk satu pakaian berwarna kuning cerah.

"B-bu-nga... mata-ha-ri."

Aku tarik kaos tersebut tapi tidak ada gambar bunga ataupun matahari di sana.

"...s-sama."

Kulihat kepalanya menunduk dengan tangan terangkat setinggi dada untuk menerima uluran kaos dariku. Aku merendahkan sedikit posisi tubuh untuk menengok ekspresinya. Lagi-lagi kulihat binar matanya berubah.

"Apa ini mengingatkanmu pada bunga dan matahari?"

Baekhyun menatapku. Susah payah ia merangkai kata yang keluar dari mulutnya. "Bu-nga mataha-ri."

"Bunga matahari?"

Kepala dengan surai berantakan itu mengangguk. "Ibu su-ka."

Aku tertegun. Ini adalah kenangan pertama yang Baekhyun bagi denganku. Kaos kuning cerah itu mengingatkannya pada bunga matahari yang disukai sang ibu. Pantas saja dia lebih senang melihat bunga-bunga kecil berwarna kuning di semak taman belakang. Mengabaikan bunga indah lain yang memang sengaja ditanam di sana.

Aku tersenyum, kemudian menarik celana dan underware untuk Baekhyun kenakan. "Ibumu suka? Bagaimana denganmu?"

"Hng," angguknya singkat.

"Baiklah. Sekarang pakai bajumu. Aku tunggu di luar untuk sarapan. Nanti akan kuberi kejutan."

Aku keluar dari kamar setelahnya dan menyiapkan sarapan sederhana. Roti isi yang praktis menjadi pilihan. Sebenarnya aku cukup pandai memasak, hanya saja terlalu sibuk untuk melakukannya setiap hari. Dan itu menjadi kebiasaan. Bahkan di hari-hari biasa, aku hanya akan memakan sereal atau segelas kopi saja sebelum bekerja. Tapi lihatlah isi kulkasku sekarang. Aku tidak percaya mereka jadi sepenuh ini sejak Baekhyun tinggal bersamaku.

A N O M A L I (chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang