SEBELAS II 𝐾𝑎𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖 ✓

584 102 21
                                    

Apapun yang terjadi, jangan pernah membenci kedua orang tuamu. Karena diluar sana banyak anak yang tidak sesempurna kamu.

•••

Mahendra menyeringai lebar dengan tangan yang masih mencengkeram erat dagu Kaligrafi. Kaligrafi tidak melakukan perlawanan terhadap apa yang dilakukan sang Papa padanya. Ia hanya bisa bersikap seperti tidak terjadi apa-apa saat ini.

Tidak menghiraukan ucapan Mahendra hitungan menit yang lalu, Ia lebih memilih menulikan pendengarannya.

"Papa kenapa?" kembali pertanyaan itu dilontarkan oleh Kaligrafi, tetapi dengan nada suara yang mulai melemah.

Mahendra menatap sinis, "Kamu masih bertanya kenapa?" diiringi dengan kekehan.

"Kamu bodoh Kaligrafi..." menjeda ucapannya.

Mahendra melepaskan cengkraman tangan miliknya di dagu Kaligrafi, tidak dengan cara baik melainkan menghempaskan tubuh Kaligrafi, hal itu membuat Kaligrafi hampir menjatuhkan kepalanya tetapi sebisa mungkin ia menahan pergerakan Papanya yang berniat menghempaskan kepalanya ke lantai.

"Kurang tepat sasaran." seringai Mahendra.

Mungkin jika ia tidak menahan pergerakan Papanya bisa saja kepalanya yang masih memiliki bekas luka kemaren malam akan kembali mengeluarkan tetesan darah atau mungkin aliran sungai darah yang berasal dari kepalanya.

"Saya dan istri saya membenci kehadiranmu. Apa itu kurang jelas, huh!" ucapnya lagi dengan terkekeh mengejek.

Kaligrafi menggeleng lemah.

"Kaligrafi sayang Papa, sayang Bunda-"

"Dengarkan saya baik-baik Kaligrafi." Mahendra memotong ucapan lalu menarik kerah baju milik Kaligrafi menghadap ke wajahnya.

Kaligrafi tersenyum tipis, sebisa mungkin tidak memperlihatkan rasa sakit di tubuhnya saat ini. menatap wajah Papanya dengan mata yang menyorotkan senyuman yang penuh dengan luka.

"Saya sangat ingin menghabisi nyawamu hari ini, tapi sepertinya saya tidak ingin ini terlalu cepat. Saya akan membuatnya secara perlahan." Mahendra kembali menghempaskan tubuh Kaligrafi.

Dan sepertinya Mahendra sangat ingin kepala Kaligrafi yang menjadi sasarannya saat ini.

Kaligrafi yang tidak menyadari bahwa lagi-lagi Papanya berniat untuk membenturkan lagi kepalanya hanya bisa pasrah ketika kepalanya berhasil membentur lantai.

Damn

Benturan kepala Kaligrafi dan lantai menghasilkan dentuman keras yang membuat Mahendra tertawa lebar.

"Akhirnya tepat sasaran." cengir Mahendra merasa senang melihat apa yang mengalir dari kepala Kaligrafi.

Darah berhasil merembes keluar dari bekas luka yang ada di kepalanya, Kaligrafi merasakan sedikit pusing tetapi ia masih berusaha untuk tersadar dari rasa sakitnya saat ini.

Mahendra tidak membiarkan tubuh lemah Kaligrafi terbiarkan begitu saja, dengan darah yang masih mengalir bebas dari kepala. Mahendra menyeret tubuh Kaligrafi.

"Sakit Pah," ringis Kaligrafi.

Dengan tubuh yang lemah Kaligrafi hanya bisa pasrah. Apapun yang dilakukan oleh Mahendra Kaligrafi tidak bisa membalasnya, bukan karena ia takut tetapi ia hanya ingin menghargai kedua orang tuanya dan juga ketika ia berhadapan dengan Papa dan Bundanya ia merasa menjadi manusia paling lemah.

KALIGRAFI (COMINGSOON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang