Orang - orang berkumpul di suatu gedung, berbincang - bincang hangat sembari menikmati hidangan lezat yang tersaji. Satu per satu mendekat ke arah sepasang pengantin baru yang baru saja mengucap janji di altar bersama seorang pendeta. Senyum kebahagiaan terpancar di wajah kedua mempelai.
Hueningkai tersenyum manis, Soobin melihatnya dari kejauhan. Debaran hatinya membuncah ketika adik satu - satunya telah dimiliki oleh pasangan hidupnya. Jin mendekat ke anak sulungnya, mengusap kepala putranya yang tampan sembari menatap anak bungsunya. "Kayi bahagia sekali hm.. Bunda nggak bisa lihat tingkah gemesin adikmu, Bin.." ucapnya, bibirnya melengkung ke bawah.
Soobin menoleh ke arah bundanya yang nampak murung. "Bunda, kenapa murung? Kan Kayi pasti bakal sering nengokin bunda sama ayah. Aku juga akan sering datang ke rumah.." balasnya untuk menghibur. Jin tersenyum kecil, "Iya, kamu benar, Bin.."
"Semoga mereka selalu bahagia.." lanjut Jin seraya merangkul anak sulungnya. Soobin terkekeh pelan, dia membalas rangkulan bundanya. "Iya, semoga Beomgyu menepati janjinya di altar. Aku tidak mau Kayi sedih.." timpalnya.
Jin mengusap rambut anak sulungnya, Soobin adalah orang yang paling tahu tentang masalah keluarga mereka dan rahasianya juga. Tentu saja karena otak namja kelinci itu sangat pintar, pandai merangkai suatu peristiwa hingga menciptakan benang merah yang saling berhubungan.
Soobin sendiri sebenarnya tidak ingin tahu, tapi otak pintarnya membuatnya jadi tahu semua hal. Makanya dia sempat ragu menyerahkan Hueningkai ke tangan Beomgyu, ia takut adik manisnya terluka. Walaupun dirinya percaya sama sahabatnya, tetap saja sebagai seorang kakak dia ingin yang terbaik untuk adiknya.
Tiba - tiba Jin menyenggol bahu anak sulungnya yang melamun. Soobin tersentak dari lamunannya, kemudian melihat ke arah bundanya yang menyuruhnya untuk memandang apa yang dipandangnya. Soobin pun menatap ke arah depan, di sana Hueningkai melambaikan tangan ke arah mereka. Lalu namja manis itu meminta izin kepada tamu dan suaminya.
Setelah itu Hueningkai berlari kecil ke arah mereka dan langsung memeluk erat tubuh kakak dan bundanya. Jin terkekeh pelan, anak bungsunya tetap bayi manisnya. "Ugh, kau berat Kayi... untung hyung tidak terjungkal ke belakang," canda Soobin.
Hueningkai mengerucutkan bibirnya. Tangan kanannya mendorong tubuh kakaknya, kemudian mencubit pinggang namja kelinci itu. "Kayi nda berat yya, hyung saja yang lemah," elaknya sembari mengejek. Soobin hanya tertawa renyah, lalu memeluk tubuh adiknya gemas. Hueningkai sampai terengah - engah karena pelukan saudaranya terlampau erat, dia pun memekik kencang seraya memukul kepala Soobin.
Jin menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya. Dia jadi merasa baru saja melahirkan seorang anak, kini dua anaknya sudah besar dan berumah tangga. Setitik air mata jatuh dari matanya, hal itu mengambil alih atensinya putranya. "Lho.. Bunda kenapa menangis?" tanya Hueningkai seraya memeluk erat bundanya.
Soobin juga memperhatikan Jin, ia ikut memeluk bunda tercintanya. "Ah tidak, bunda menangis karena terharu.. Dua putraku sudah besar.." balasnya seraya mengecup kening anak bungsunya. Mereka berpelukan tanpa mengindahkan pandangan orang lain yang kagum dengan keharmonisan keluarga mereka.
Sang kepala rumah tangga muncul bersama dua menantunya. "Bagus, pelukan tanpa ngajak ayah.. kena kutukan baru tahu rasa.." sindir Namjoon. Jin terkekeh pelan, mereka melepaskan pelukan. Soobin menghampiri istrinya ah suaminya yang tengah mengandung. Bukannya kecupan atau senyuman manis yang ia dapatkan, tetapi sebuah omelan panjang.
"Ish, kamu tuh kemana saja, Bin?! Aku nyariin kamu tahu enggak sih! Aku kira kamu diculik sama om - om pedo soalnya wajahmu manis. Mana kamu ninggalin aku sama kue puding di depan, gimana kalalu aku jatuh?!" omel Yeonjun seraya mencubit pinggang suaminya. Soobin mengaduh, lagipula siapa yang mau nyulik dia. Wajahnya juga tidak manis, hanya pandangan Yeonjun saja. Ia kan sedang hamil, makanya saat lihat suaminya dibilang manis. Anggap saja lagi ngidam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana A Aloha [ Beomkai ]
Hayran KurguCambuk, bentak, membisu, tatap, benci, amarah, acuh, dingin, menjauh, menolak. Hyung, bisakah kamu kembali melihat dan mencintai ku kembali? Sakit, Hueningkai lelah hyung.. Boleh kah aku menyerah? BXB Areahhh! Beomkai Shipper! Enggak suka? Baca dulu...