"SETAN!"
Seharusnya, aku tak boleh membiarkan mulut ini berkata demikian. Apalagi, jika keadaannya tengah berada di ruang kelas dan berlangsungnya pelajaran kimia. Ditambah, guru kimia ini adalah sosok wali kelas dan orang yang menjunjung tinggi sopan santun.
Kupejamkan mata sejenak ketika pertanyaan 'Ada apa?' dilontarkan oleh pak Saep.
"Saya sedang menghafal kimia pak, setanium, geranium, helium, kalium." Ucapku dengan perasaan gugup.
Ini semua salah si Rara Andira yang mengagetkanku dari belakang. Apalagi, pikiranku tengah bernostalgia dengan film horor yang kulihat tadi malam. Untungnya, pak Saep dengan mudah mempercayaiku. Walau beliau sempat berpikir keras memikirkan 'setanium' yang kuucapkan.
"Mungkin memang ada ya, bapak belum tahu San, Insya Allah pertemuan selanjutnya akan bapak jelaskan bila sudah menemukan sumbernya." Ucap pak Saep.
"Baik Pak, terima kasih." Ucapku dengan menganggukan kepala sambil tersenyum kecil.
Persetan dengan setanium atau apalah itu, aku lega karena ternyata pak Saep tidak menyadari alibiku. Jelas-jelas aku ini lagi ngibul lho pak.
"Oke, 2 menit lagi istirahat. Bapak kasih bonus buat kalian."
Setelah pak Saep keluar, kutatap Rara yang berada dibelakangku. Matanya berair yang kutebak bahwa dia menahan tawanya sedari tadi.
"Anjir anjir, lucu banget anjir. Eh Jane Jane, lo lihat gak mukanya pak Saep pas si Sanira teriak 'SETAN'? Hahaha." Rara tertawa dengan tangan yang menggebrak-gebrak meja.
"Em, gak tahu Ra. Soalnya Jane malah search kata setanium yang Sansan ucapin." Ucap Jane membuat Rara berhenti tertawa.
Rara berdecak "Ck, gak asik lo." Ucapnya.
"Lo yang gak asik begeg," Timpalku memukul bahu Rara pelan. "Orang gue lagi nyebayangin film yang lo kirim malah dikagetin, ya gue teriak 'setan' lah." Lanjutku.
"Iya deh iya, gue minta maaf." Ucap Rara sambil cengengesan. "Mending sekarang kita pikirin mau makan apa." Sambungnya menatap aku dan Jane.
Berbicara soal makan, aku memang belum sarapan. Sialnya lagi, saat aku merogoh saku, aku menyadari bahwa uang jajanku tertinggal di rumah. Tapi, tak usah khawatir. Aku punya seseorang yang akan senantiasa akan membuat perut ini merasa kenyang.
"Kalian duluan aja ke kantin, gue mau ada urusan dulu." Ucapku yang pergi meninggalkan Rara dan Jane.
Ngomong-ngomong, aku ini adalah siswi kelas 12 Mipa 4. Dari kelas sepuluh, aku, Janesa, dan Rara satu kelas hingga saat ini. Biar kuberi tahu sedikit, Rara alias Rara Andira ini orangnya sebelas dua belas denganku. Agak bobrok juga, yang membedakan antara aku dan Rara adalah k-pop. Jika Rara adalah fans garis keras Jungkook, maka aku adalah fans garis keras susu jahe. Nah, jika berbicara mengenai Janesa, dia ini orang paling baik diantara kami bertiga. Paling pinter juga, terus punya humor yang aneh. Tiap ada hal yang bikin Rara ngakak sengakak-ngakaknya, maka, Jane hanya akan memandangku dan meminta penjelasan 'Apa yang terjadi?'
Tap tap tap...
Suara sepatuku yang bergesekan dengan lantai koridor kelas 12 ini terdengar jelas. Ya, aku memang sedikit mempercepat langkahku agar bisa sampai ke kelas 12 Mipa 1, yang terletak di ujung sana. Bukan tanpa alasan, aku akan menemui seseorang disana. Nah, itu dia orangnya, tengah menuruni tangga hingga membuatku memutuskan untuk berdiri menunggunya di bawah sini.
"Baru aja gue mau ke kelas lo." Ucapku tersenyum kecil ketika dia sudah berada dihadapanku.
"Oh, ya?" dahinya mengernyit. "Gue juga baru aja mau ke kelas lo." Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poliamori
Teen Fiction°°° Banyak yang menduga bahwa Sanira melakukan guna-guna pada laki-laki yang kerap di sapa Amar. Pasalnya, semua yang diinginkan Sanira selalu dikabulkan oleh Amar. Hingga pada suatu hari, Sanira meminta Amar melakukan suatu hal yang mustahil. Start...