7. Amar

2 2 8
                                    


Vote+komen+share ya, gaess.

Harus, mau.

Kalau gak mau, nanti aku cium. Wkwk.






Amar POV

Hari ini, adalah hari yang terasa menegangkan untukku. Mungkin juga, ini akan menjadi hari paling gugup selama aku hidup. Bayangkan saja, aku baru satu kali latihan basket dan kini harus bertanding dengan Arendra yang memang sudah tak diragukan lagi, kemampuannya. Terlebih lagi dia itu, sainganku. Huft, aku tak boleh kalah. Gengsi dong kalau kalah sama, rival?

Kuhembuskan napas saat ini guna menetralisir rasa, gugupku. Bila saja pertandingan ini diselenggarakan di GOR, maka aku tak akan merasa gengsi walaupun harus kalah. Tapi, ini diadakan di sekolah. Di lapangan utama. Lalu, dilihat oleh... Sanira.

Ya, aku ingin terlihat keren di mata Sanira. Aku ingin terlihat percaya diri dan mampu untuk menjadi keren dimatanya. Meskipun, ini bertolak belakang dengan hobiku. Tapi, tak dipungkiri bahwa saat ini aku merasa gugup. Sangat, gugup.

"Udah siap, Mar?"

Aku menatap Riyan yang kini menghampiriku disertai tepukan pelam di bahu. "Pffuhh, gak tau. Gue gugup, Yan."

"Ck, yaelah gitu aja gugup. Anggap aja ini permainan biasa. Gue tahu lo pasti bisa, kok."

"Kalau kalah, gimana?" Kini, Riyan mengusap wajahnya dan menatap seolah tak percaya dengan apa yang baru saja aku katakan. "Astagfirullah Amar. Lo kenapa si pesimis, gini? Katanya mau tampil keren di depan si Sanira, kok malah kayak gini?"

"Ya itu masalahnya Yan, Sanira tuh suka sama cowok yang bisa main basket. Kata dia, cowok yang bisa main basket itu keren. Lalu, gue? Basket bukan fashion gue, Yan. Lo juga tahu, itu."

Riyan menghela napas, kemudian menatap ke arahku. "Perlu lo tahu, Sanira juga suka cowok yang tenang dan percaya sama dirinya sendiri. So, harusnya lo gak ambil pusing, kan?"

"Terus?"

Riyan mengernyit, "Apaan?"

"Cowok yang kayak gimana lagi yang dia, suka?"

Riyan tertawa kecil. "Tanya aja, sendiri." Ucapnya lalu beranjak pergi.

Kututup mata sejenak dan menghela napas. Pokoknya aku harus bisa, titik.

°°°

Ini, tak seperti yang aku bayangkan. Mengapa ada banyak siswa dan siswi yang, menonton? Kupikir, hanya akan ada kelasku dan kelas Sanira, saja. Tapi, apa semua ini? Mereka duduk dan menonton seakan-akan ini dalah pertandingan antar club besar. Sial, kakiku lemas hanya karena semua ini.

"Amar!"

Aku menoleh ke arah, suara. Lalu, dapat kulihat bahwa Sanira kini tengah memegang balon berbentuk 'A' dan mulai menyerukan namaku.

Aku tersenyum. Huruf 'A' itu, adalah aku. Ah, Sanira memang tahu cara mengembalikan mood-ku. Berkat itu pula, aku semakin semangat untuk membuktikan bahwa aku ini mampu untuk mengalahkan Arendra dan membuat Sanira, bahagia. Lihat saja, nanti.

Priiiiitttt.....

Suara peluit yang berbunyi menandakan bahwa pertandingan telah dimulai sejak tiga puluh detik yang, lalu. Seperti yang kalian tahu, sudah pasti kapten dari kelasku adalah Riyan. Sedangkan dari kelas Sanira adalah, Are. Ya, tidak diragukan lagi keahlian mereka dalam bidang olahraga ini. Setidaknya, untuk saat ini.

PoliamoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang