10. Sanira

0 1 0
                                    

Sanira POV

Pukul 06.59 WIB, aku sudah berada di sekolah dan sedang berjalan di koridor, kelas. Hari ini aku berangkat naik angkot agar ongkosnya bisa lebih, murah. Tahu sendiri 'kan kalau Ibuku belum mengirimkan, uang?

Oh ya, menurut informasi di grup kelas, katanya, mahasiswa yang akan PLP di kelasku akan hadir hari ini. Sehingga, saat ini pelajaran matematika umum akan di isi oleh beliau. Banyak yang bilang kalau mahasiswa PLP di kelasku itu, tampan. Tapi, masa bodo deh. Toh, nanti tak akan memberi dampak apapun padaku.

"San,"

Aku membalikan badan ketika seseorang menyerukan, namaku. Dapat kulihat, Amar tengah berlari kecil menghampiriku. Lho? Bukannya Amar masih, sakit?

"Pffuhh, gue panggil lo dari tadi gak nyahut terus."

"Lo udah, sembuh?" Dahiku mengernyit.

"Gue gak apa-apa kali, San. Kemarin cuma sesak doang,"

Aku menghembuskan napas lega mendengarnya, "Syukur deh kalau gitu. Btw, hari ini lo ada di kelas gue, 'kan?" Amar menatapku, "Emang yang PLP di kelas lo udah, sembuh?"

Aku mengangguk, "Katanya sih, gitu."

"Ya udah, kalau gitu gue langsung ke kelas lo aja, deh." Aku mengangguk, "Yuk."

Aku dan Amar, pun berjalan bersama menuju kelas. Rasanya, pembelajaran hari ini pasti akan sangat mudah. Ada Amar dan Are yang akan membantuku jika aku kesulitan mengerjakan, soal. Bahagia, bangettt.

Tiba di kelas, langsung saja aku duduk di bangku, milikku. Tepatnya bangku paling akhir dan paling, pojok. Namun, ketika aku duduk Amar dan Are menghampiriku seraya menaruh tas miliknya secara, bersamaan. Mereka berdua saling menatap, seakan-akan memberi sinyal lewat mata bahwa tengah memperebutkan kursi di sampingku.

Menghela napas, aku mulai berdiri dan memindahkan tas ku di bangku depan. Maksudku, di depan bangku milikku sebelumnya. Ya, daripada mereka ribut hanya untuk bisa duduk di belakang, lebih baik aku yang mengalah saja, bukan?

"Harusnya kalau kalian mau duduk di belakang bilang aja sama, gue. Toh, gampang, 'kan? Tinggal gue yang pindah tempat duduk" Ucapku yang kini menatap Amar dan Are yang duduk berdua di bangku milikku sebelumnya.

Dapat kulihat, Amar dan Are saling menatap sejenak lalu keduanya menghela napas bersamaan. "Iya," Ucap mereka serempak.

Ohohoho, mereka seperti dua orang kembar saat ini. Selalu melakukan hal secara, bersamaan.

Tuk

Pulpenku jatuh ke lantai karena tersenggol lengan, kiriku. Saat itu pula aku mendapati pemilik bangku ini sudah hadir dan tengah berdiri, menatapku.

"Kok lo ada di bangku, gue?"

"Because, bangku gue lagi di sewa." Ucapku membuat Rara menatap Amar dan, Are.

"O-oh, ya udah kalau gitu." Ucap Rara sambil, duduk.

Kemudian, aku membuka ponselku dan membuka salah satu aplikasi yang memuat berbagai cerita, offline. Sesekali, aku tersenyum. Merasa terhibur dengan berbagai bacaan yang isinya sangat menghibur, bagiku.

"O-oppa?"

Aku tak peduli siapa yang Rara lihat sehingga mengucapkan kata, itu. Toh, saat ini aku sedang asyik membaca cerita yang baru tadi malam aku unduh, dan ceritanya juga sangat menarik.

"Oh my god, gue butuh banyak oksigen."

Memutar bola mata malas, aku mendengus kecil. Lagi-lagi Rara mengatakan hal-hal yang aku tebak, dia pasti melihat sosok yang tampan di matanya.

PoliamoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang