Amar POV
Sejak pergi ke toilet tadi, Sanira tidak kembali ke kelas. Hal itu, membuatku sangat cemas sekali. Kemana perginya, Sanira? Dia tak mungkin bepergian lama tanpa ada yang menemaninya. Atau, dia bersama Rara?
"Mar," Aku menatap Rara yang kini berada di sampingku. "Apa?"
"Lo lihat Sanira, gak?"
Jadi, Sanira tidak bersama Rara? Lalu, apakah dengan Janesa?
"Janesa, mana?" Tanyaku menghiraukan pertanyaan Rara.
"Jane lagi makan di, kelas."
Mendengar jawaban Rara, langsung saja aku beranjak pergi. Biarkan saja Rara terus meneriakan namaku. Karena, saat ini Sanira lebih penting dari apapun.
Aku menyusuri setiap tempat di sekolah. Mulai dari gudang, lab, kolam, Rooftop, bahkan toilet yang sudah tak terpakai. Pffuhh... kemana lagi aku harus mencari, Sanira?
Tunggu, aku belum memeriksa taman belakang, 'kan? Ya ampun, kenapa bisa sampai tidak terpikirkan?
Langsung saja aku berlari menuju ke sana. Meskipun, dadaku sudah mulai terasa sesak. Sial, sepertinya aku benar-benar belum boleh kelelahan. Tapi, mau bagaimanapun saat ini Sanira harus aku temukan.
"Kenapa lo gak bilang kalau belum, sembuh?"
Langkahku terhenti saat mendengar seseorang berbicara. Itu suara Riyan, dan saat ini dia sedang bersama seorang gadis. Sial, kenapa aku malah menemukan orang yang pacaran?
"G-gue udah sembuh. G-gue cuma hiks gak tahu k-kalau yang PLP tuh hiks, R-rajen."
Badanku kembali berbalik ketika mendengar suara, Sanira. Jadi, gadis yang ada di pelukan Riyan itu, Sanira? Kenapa bisa?
"Dimana Rajen sekarang?"
Sanira menggeleng, "G-gak tahu, hiks,"
Tunggu, kenapa Pak Rajen bisa disebut-sebut? Ada apa, sebenarnya?
"Ya udah, sekarang lo balik aja ya. Gue antar,"
Sanira menggeleng, "Gak mau,"
Dapat kulihat, Riyan menghela napas sejenak. Namun, matanya tak sengaja bertemu dengan mataku yang sedang bersembunyi di balik dinding.
"Kalau gitu ke UKS aja, ya. Nanti gue nyusul,"
Sanira pun, kini mulai merapihkan diri dan beranjak pergi. Sedangkan, aku? Aku mulai melangkah menghampiri, Riyan. Aku sangat membutuhkan sekali penjelasan tentang kejadian yang baru saja aku lihat.
"Sejak kapan lo ada, di sana?" Ujar Riyan menatapku.
"Sejak lo bilang kalau Sanira belum, sembuh."
Menghela napas, Riyan kembali menatapku. "Duduk!" Titahnya.
"Sanira, kenapa?"
"Mungkin, udah saatnya lo tahu." Lanjut Riyan, membuatku mengernyitkan dahi. Tahu, apa?
"Lo masih ingat 'kan waktu pertama kali gue menyatakan diri sebagai bagian dari kelas lo, gue bisa tahu Sanira? Lo juga masih ingat 'kan betapa galaknya Sanira sama, gue? Kejadian di kantin waktu gue yang godain Jane dan Sanira marah, kejadian waktu gue yang larang lo buat suka sama Sanira, kejadian dimana gue selalu bilang dia sombong, itu semua ada alasannya Mar."
"Gue ingat," Balasku.
"Lo pasti juga ingat 'kan waktu gue bilang Sanira ini cengeng cuma karena, ada yang nakalin sama jailin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Poliamori
Teen Fiction°°° Banyak yang menduga bahwa Sanira melakukan guna-guna pada laki-laki yang kerap di sapa Amar. Pasalnya, semua yang diinginkan Sanira selalu dikabulkan oleh Amar. Hingga pada suatu hari, Sanira meminta Amar melakukan suatu hal yang mustahil. Start...