02

19 3 9
                                    

Tangan lembut yang mulai berkeriput itu menutup mulutnya rapat-rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan lembut yang mulai berkeriput itu menutup mulutnya rapat-rapat. Berharap jika ia melakukan hal tersebut maka batuknya akan segera reda. Punggungnya di tepuk halus oleh sang dayang yang terus menemaninya dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Segelas air hangat yang sudah tersedia belum juga bisa ditelan untuk meredakan batuk yang mendera.

Dadanya lebih dari sakit saat ini. Tapi ia masih berusaha memasang wajah tenang dan tersenyum di sela-sela batuknya demi menenangkan setiap orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Ia bukannya ingin menangis, akan tetapi air mata di pelupuk matanya luruh begitu saja tanpa ia minta. Membuatnya harus menyeka dengan ujung sapu tangan merah mudanya berkali-kali.

Wajahnya mendongak, menatap wajah khawatir dayang yang menemaninya selama puluhan tahun itu, lalu tersenyum disertai kekehan kecil. "Aku baik, Dayang Joo."

Dayang Joo menarik napas dalam lalu menghelanya dengan berat. Bagaimana mungkin ratunya ini masih sempat menenangkan dirinya di tengah kondisinya yang tidak baik ini?

"Jangan laporkan pada Kun. Anak itu sudah cukup pusing dengan urusan kerajaan."

Raut wajah ketidaksetujuan muncul begitu saja tanpa diminta dari wajah Dayang Joo. "Hamba rasa Yang Mulia Raja berhak tahu kondisi Yang Mulia Ratu saat ini."

Irene menggeleng. Tangan lembutnya menggenggam tangan Dayang Joo. "Aku sudah diberi obat terbaik oleh dokter terbaik Reflet. Itu sudah lebih dari cukup. Jangan buat Kun lebih merasa tertekan dengan kondisi kesehatanku."  Irene lalu memandang rajutannya yang sedikit rusak akibat ulahnya sendiri. Jarinya menyentuh ikatan benang yang sedikit kusut dan tidak seharusnya di sana.

Dayang Joo juga turut mengamati hasil karya Ratunya. "Kalau begitu setidaknya gunakanlah pakaian yang lebih hangat, Yang Mulia."

Irene kembali terkekeh. "Baiklah-baiklah. Kemarikan baju hangatnya. Akan kupakai agar kau lebih tenang."

---

Meja emas panjang dengan lima belas kursi yang mengitari, telah terisi sepenuhnya. Para raja duduk dengan pakaian kebanggaannya masing-masing. Penasehat kerajaan dan sekretaris di sisi kanan dan kiri belakang mereka. Serta panglima perang tertinggi masing-masing yang berbaris rapih di luar ruangan untuk menjaga ke-kondusif-an Konfederasi Kerajaan hari pertama ini.

Taeyong memandang semua raja dengan tatapan tanpa ekspresi. Memperkirakan dan menimbang arus komunikasi yang efektif. Sebelumnya, ia telah mendapat laporan bahwa telah terjadi sedikit keributan oleh dua raja kerajaan besar di depan paviliun raja lainnya. Kini ia memandang raja-raja tersebut. Taeil memainkan gelas perak yang ada di hadapannya anteng. Johnny yang duduk menyilangkan kakinya dan memberi tatapan tajam pada setiap orang. Serta Kun, raja yang biasanya tenang itu, terlihat sedikit gelisah, begitu bisa ia simpulkan. Ia kira sumber masalah akan datang dari Johnny dan Jaehyun, tapi sepertinya ia lupa bahwa Johnny bisa memulai pertikaian dengan siapa saja.

SELCOUTH [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang