01

53 3 37
                                    

Belasan kereta kuda, dengan berbagai macam warna bendera di atasnya, berjajar rapih untuk masuk menuju Istana Draco dengan melewati gerbang utama yang dijaga ketat pengawal Kerajaan Trathuil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belasan kereta kuda, dengan berbagai macam warna bendera di atasnya, berjajar rapih untuk masuk menuju Istana Draco dengan melewati gerbang utama yang dijaga ketat pengawal Kerajaan Trathuil.

Suara terompet yang menandakan kedatangan raja-raja dari berbagai wilayah terus berbunyi. Aula utama kerajaan sudah disulap dengan semua bendera beludru bersulamkan masing-masing simbol kerajaan di tengahnya.

Dayang dan prajurit juga sibuk berlarian di setiap sudut kerajaan untuk memastikan paviliun yang ditempati tamu kerajaan memberikan pelayanan terbaik demi menjaga nama baik Trathuil sebagi tuan rumah Konfederasi Kerajaan. Para penjaga kuda juga sibuk menata jerami dan menyapu setiap bilik untuk kuda-kuda kerajaan lain. Agar tetap dalam keadaan sehat dan prima.

Besok adalah harinya. Hari penentuan masa depan setiap kerajaan sampai tahun berikutnya Konfederasi Kerajaan diadakan kembali. Setiap keputusan penting dan dialog alot akan terjadi, mulai besok hingga lusa. Kedatangan rombongan kerajaan lain ke Trathuil tidak hanya membawa kemeriahan, namun juga sebuah atmosfer tekanan dan ketegangan.

Aliansi kerajaan-kerajaan yang telah terbentuk sebelumnya, mungkin saja bisa bubar dan akan terbentuk aliansi baru esok hari. Tapi, aliansi yang paling ditakutkan untuk terbentuk dan tidak pernah diharapkan untuk terbentuk kembali oleh sekumpulan raja kerajaan kecil dan pinggiran adalah The Great Alliance. Aliansi lima kerajaan besar yang sudah dibubarkan empat tahun lalu.

Jaehyun melebarkan pandangannya ke seluruh sudut paviliun yang akan dia tempati untuk beberapa hari ke depan. Terdapat ornamen-ornamen ukiran kayu sebagai hiasan di dinding. Sebuah ranjang besar dan mewah di bagian tengah. Serta ruang duduk di bagian depan. Karpet bulu yang ia injakpun tak lepas dari perhatiannya.

Kewaspadaannya tidak pernah menurun di manapun ia berada. Justru karena sekarang Jaehyun sedang berada di luar wilayah amannya, kewaspadaan itu kian meningkat. Rasa khawatir juga melingkupi hati dan pikirannya. Memikirkan bagaimana putri semata wayangnya dan kakaknya harus tinggal di istana. Walaupun mereka telah didampingi dengan kesatria terbaik, tapi ayah dari Jaina ini tetap tidak bisa melepas perasaan gelisah itu.

"Sudah hamba pastikan bahwa paviliun ini bersih, Yang Mulia." Dejun memasukkan kembali pedang platinanya ke dalam sarung setelah menyisir paviliun, kediaman sementara, rajanya.

Jaehyun mengangguk. Begitu setiap sisi dipastikan aman, ia langsung melepas jubahnya dan merebahkan diri di sofa. Kepalanya mendongak menatap langit-langit memikirkan masa depan tentang apa yang akan terjadi esok hari ketika Konfederasi Kerajaan berlangsung? Bagaimana jika nanti terjadi kembali tragedi empat tahun lalu sehingga ia tidak akan bisa selamat? Lalu bagaimana Jaina hidup tanpa dirinya?

---
Jaina mendongak. Alisnya menukik dengan mata memicing curiga. "Paman pandai berpedang?"

Sesosok pria dewasa yang ditanya memandang sang putri mahkota datar lalu mengangguk.

SELCOUTH [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang