Part 7

1K 85 33
                                    

Setelah mengantar kedua orang tuanya ke bandara Arthit pulang ke rumahnya, di depan sudah ada mobil Fiat di sana, ternyata benar daddynya menyuruh Fiat untuk menjaga mereka.

Di depan rumah Arthit bertemu dengan Fiat yang tampak rapi dengan seragam polisinya, sepertinya dia ingin pergi.

"Phi ingin kemana?" Tanya Arthit.

"Aku ada tugas mendadak, jangan lupa untuk makan siang, aku sudah memasak tadi dan satu lagi jangan bertengkar dengan Kongpob" Ucap Fiat.

"Aku tak akan memulai jika Kong tak mulai dulu phi" Ucap Arthit.

"Hmm... Aku pergi dulu"

Tepat setelah Fiat pergi, Kongpob datang dengan motor besarnya, dia membuka helm dan menatap tajam Arthit yang masih berada di depan, Arthit membalas tatapan kongpob tak kalah tajam dan berlalu masuk ke kamarnya.

Hari menjelang malam, Fiat masih belum kembali ke rumah, Kongpob ke dapur dan berkutat dengan sesuatu, setelah itu dia kembali ke kamarnya.

Tak lama Arthit turun ke dapur dan duduk di kursi meja makan, disana sudah tersedia bermacam-macam makanan masakan Fiat. Arthit memulai kegiatan makannya, dia makan dengan lahap karna masakan phinya benar-benar enak.

Setelah makan tiba-tiba tubuh Arthit terasa panas, wajahnya memerah dan dia bergerak gelisah.

"A-aku kenapa..." Gumam Arthit.

Karna merasa gerah Arthit langsung berlari ke lantai atas, dia ingin masuk ke kamarnya, tapi kongpob memegang tangan Arthit dan menariknya masuk ke dalam kamarnya.

"Lepas kong!!" Ucap Arthit sambil berusaha menarik tangannya.

"Aku sangat membencimu! Karna kamu daddy dan papa selalu memarahi ku! Karna kamu papa sudah 2 kali menampar wajah ku! Karna kamu juga wajah tampan ku menjadi bengkak! Aku memang selalu kalah jika beradu otot dengan mu, tapi aku tak akan kalah jika di atas ranjang" ucap kongpob.

"Maksud kamu apa!" Ucap Arthit.

Kongpob mendorong tubuh Arthit ke atas ranjang dan mulai mengukungnya. Arthit berusaha berontak namun tenaganya sedikit lemah saat ini karna pengaruh obat perangsang yang kongpob masukan di dalam makanannya tadi.

"Kamu gila, Kong. Kita masih saudara kandung! Ada darah daddy mengalir di tubuh kita" ucap Arthit mencoba untuk menyadarkan kongpob.

"Kata siapa? Kamu hanya anak jalang yang di asuh oleh daddy dan papa ku. Bahkan kamu tak punya AYAH KANDUNG! jadi sudah pasti mama mu bermain dengan banyak pria sehingga menghasilkan anak haram sepertimu!" Ucap Kongpob.

"M-maksud kamu apa"

"Kamu anak haram, Arthit! Bukan anak daddy! Aku mendengar papa dan daddy berbicara kemarin!" Ucap Kongpob.

"T-tidak mungkin"

"Tapi memang faktanya seperti itu"

Wajah arthit memerah menahan pengaruh obat perangsang, sekaligus menahan tangis karna fakta yang baru saja di dengarnya, tubuhnya seakan mati rasa, bahkan untuk sekedar menggerakan tangannya saja Arthit merasa tak mampu, dia terlalu shock mendengar kebenaran yang di katakan oleh Kongpob.

Kongpob mulai melumat kasar bibir Arthit tangannya dengan cepat membuka kancing kemeja yang di gunakan Arthit hingga terpampang dada mulus dengan tonjolan pink di sana, Kongpob semakin bergairah melihatnya sedangkan arthit benar-benar mati rasa, pandangan matanya kosong, dia tak menghiraukan kongpob di atas tubuhnya yang tengah menggerayangi tubuh mulusnya, bermain dengan niple pink miliknya, Arthit seakan tak merasakan apapun saat ini pikirannya benar-benar kosong air matanya mulai menetes perlahan. Rasanya lebih sakit saat mengetahui fakta jika daddy Krist bukan daddy kandungnya di banding saat tubuhnya di gerayangi oleh Kongpob.

Kongpob kembali melumat habis bibir Arthit, bermain-main di sana walau tanpa balasan sekali pun. Hanya butuh waktu sebentar untuk kongpob melepas pakaian keduanya, dengan seringai kecil kongpob berbisik di telinga arthit.

"Apa kamu siap, bitch?" Bisik Kongpob.

Kongpob mengecup kembali bibir Arthit yang sudah mulai membengkak, turun ke bawah dan berhenti di dada putihnya, meraup putingnya dan sebelah tangannya ia gunakan untuk mencubit niple sebelah Arthit. Kong menghisap kuat kulit Arthit hingga meninggalkan tanda biru keunguan disana. Dia tersenyum puas melihat hasil karyanya kemudian bibirnya mulai menelusuri setiap jengkal tubuh Arthit, Kongpob mengambil lube yang di belinya tadi dan mengoleskannya ke lubang Arthit, satu persatu jarinya mulai masuk ke dalam lubang Arthit, hingga jari ketiga Arthit seakan tersadar dalam lamunannya.

"K-kong.... Apa yang kamu lakukan" ucap Arthit ketakutan.

Terlambat... Kongpob sudah mengukung tubuhnya dan mendorong penisnya agar masuk ke lubang Arthit.

"Aaghhhh...." Teriak Arthit kesakitan.

Kongpob menutup mulut Arthit menggunakan bibirnya dan mulai bergerak maju mundur didalam sana, air mata Arthit tak henti-hentinya menetes keluar, dia merasa seakan dunianya sudah mati, ia baru saja mengetahui fakta jika dia bukan anak kandung daddy Krist, dan sekarang dia malah di perkosa Kongpob. Semakin cepat dan cepat kongpob bergerak, bibirnya tak henti-hentinya memberi ciuman, lumatan dan sesapan di leher putih arthit.

"Lihat... Kamu sudah seperti jalang, sama seperti mama mu" hina Kongpob, dia masih bergerak maju mundur dengan cepat menikmati tubuh Arthit yang ikut bergerak dibawahnya. Wajah Arthit benar-benar memerah seperti kepiting rebus.

*Tok...tok...tokkk.... Fiat mengetuk pintu kamar kongpob, karna dia baru saja pulang berkerja dan menemukan rumah yang sepi, tadi dia sudah mengetuk pintu kamar Arthit namun tak ada jawaban.

Kongpob menghentikan gerakannya, dan membekap wajah Arthit menggunakan bantal agar Arthit tak bersuara. Arthit berusaha memberontak, namun kongpob duduk di pahanya saat ini, Kong juga menahan sekuat tenaga bantal di wajahnya hingga Arthit merasa lemas.

"Kenapa phi?" Tanya kongpob sedikit berteriak agar fiat di luar dapat mendengar suaranya.

"Apa kamu sudah makan?"

"Sudah..."

"Apa kamu melihat Arthit? Sepertinya kamarnya kosong"

"Tidak tahu... Aku mengantuk sekarang"

"Baiklah aku pergi"

Setelah Fiat pergi Kongpob membuka bekapan di wajah arthit. Wajahnya semakin memerah saat ini, bukannya kasian Kongpob malah semakin bergairah dan kembali memasukkan penisnya ke dalam lubang Arthit.

"Jangan bersuara atau kamu akan menyesal nanti!" Ucap Kongpob.

Dia kembali bergerak maju mundur hingga mengenai prostat milik Arthit, menghajarnya tanpa henti.

Mata sayu, bibir bengkak dan basah, rambut acak-acakkan membuat Arthit semakin manis di mata kongpob. Tubuh Arthit terlonjak setiap kongpob menusuknya sangat dalam dan keras, Arthit hanya menatap kongpob tak berdaya, tubuhnya benar-benar sudah berada di bawah kendali Kongpob saat ini.

Hujaman Kong semakin lama semakin cepat pada akhirnya Arthit memuntahkan cairannya untuk pertama kali sedangkan Kongpob tak peduli dia masih mencari kenikmatannya sendiri, Arthit terengah dan meraup banyak udara, pergerakan Kongpob semakin cepat hingga akhirnya Kongpob mencapai kepuasannya dan menyemprotkan seluruh muatannya di dalam lubang Arthit. Setelah itu arthit langsung tak sadarkan diri, kongpob tak peduli sama sekali, dia mencabut penisnya sehingga cairan kental ikut meluber keluar.












To be continued.

Crazy Brother ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang