"Daddy... Aku berangkat bersama daddy nanti" ucap Arthit.
Saat ini Arthit, Kongpob, Krist, dan Singto sedang sarapan bersama sebelum memulai aktivitas mereka.
"Bersama ku saja..." Ucap Kongpob
Krist dan Singto menatap heran ke arah Kongpob, bukankah Kong sangat membenci Arthit, kenapa tiba-tiba Kong menawarkan tumpangan kepada Arthit?
Arthit menatap sinis Kongpob yang duduk di sampingnya, dia yakin mulai hari ini hidupnya akan sangat berantakan karna Kongpob akan terus ikut campur dengan segala urusannya.
"Aku tak mau berangkat bersama mu!" Ucap Arthit.
"Apa daddy ingin melihat foto kemarin?" Tanya Kongpob pada Krist.
"Foto apa?" Itu Singto yang bicara.
"Foto sesuatu, karna foto itu Arthit memukul ku kemarin" Ucap Kongpob.
Arthit menginjak kaki kongpob di bawah meja dan menatapnya tajam.
"Foto apa Arthit?" Tanya Singto.
"Foto Arthit--"
Ucapan kongpob terputus saat arthit kembali menginjak kakinya dengan sangat kuat.
"Aku berangkat bersama Kong saja, dad." Ucap Arthit.
Kongpob tersenyum senang mendengarnya, begitu juga dengan Singto dan Krist yang merasa heran dengan keduanya. Krist dan singto menatap keduanya intens sehingga Arthit menjadi gelagapan.
"Ayo, Kong..." Ucap Arthit.
"Sebentar lagi" ucap Kongpob santai sambil memakan sarapannya.
"Aku pesan taxi saja" Ucap Arthit.
"Apa daddy dan papa ingin melihat foto itu? Fotonya masih ku simpan di ponsel ku" ucap Kongpob.
"Mau ku pukul kamu, Kong!!" Bentak Arthit.
"Perlihatkan cepat!" Ucap Krist.
Jantung Arthit berdebar kencang, tangannya menjadi dingin karna ketakutan, Kongpob mengambil ponselnya dan membuka galeri, Arthit ingin merebut ponsel Kongpob tapi secepat kilat Kongpob menjauhkannya.
"Ini dad..." Ucap Kongpob.
Arthit melihat foto yang di perlihatkan Kongpob, dia bernafas lega melihat itu.
"Apa hanya karna foto itu Arthit ingin memukul mu?" Tanya krist.
"Hmm..." jawab kongpob.
"A-aku tunggu di luar" ucap Arthit.
Setelah kongpob selesai makan, dia beranjak dari sana, menyusul arthit. Kongpob mengeluarkan motor besarnya dari dalam garasi.
"Ayo naik" Ucap Kongpob.
Arthit naik ke atas motor kongpob.
"Pegang pinggang ku" Ucap Kongpob.
"Tidak"
"Daddy, Apa Daddy ingin melihat--" ucapan Kongpob terhenti saat Arthit memeluk perutnya.
Kongpob melajukan motornya membelah jalanan. Hanya butuh waktu 30 menit mereka tiba di kantor. Arthit langsung turun dari motor kongpob, sebelum Arthit pergi kongpob menahan tangannya.
"Jangan dekat-dekat Namtan lagi" Ucap Kong.
"Siapa kamu berani mengaturku!" Ucap Arthit.
"Apa kamu mau aku memperlihatkan foto mu yang sexy itu kepada media!" Ancam Kongpob.
"Bodoh! Sampai kapan kamu akan terus mengancam ku menggunakan foto itu, Kong!"
Kongpob menatap Arthit intens dari atas kebawah dengan tatapan mesumnya.
"Sampai aku puas menikmati tubuh putih mu itu" ucap Kongpob.
"Najis! Aku tak akan membiarkan tubuh ku di sentuh olehmu"
"Baiklah... Aku akan memperlihatkan foto mu pada media" Ucap Kongpob.
Arthit mencengkram kerah baju Kongpob.
"Satu kali tangan cantikmu menyentuh wajahku, aku akan langsung memperlihatkan foto itu kepada media" ucap Kongpob sebelum Arthit memukulnya.
Namtan datang menghampiri keduanya. Kongpob menatap namtan tajam, namun sepertinya namtan tidak peka, kemudian di susul oleh kedatangan Pete dan Kao.
"Apa kalian berangkat bersama?" Tanya pete kepada Arthit dan Kongpob.
"Cih... Aku tak sudi berangkat bersama anak jalang ini" ucap Kongpob tajam kemudian dia berlalu pergi meninggalkan tempat parkir.
"Ayo masuk, thit" ucap Namtan.
"Apa kalian sudah menjalin hubungan?" Tanya Namtan pada Pete dan Kao.
"Iya... Kemarin malam Pete menyatakan perasaannya pada ku" ucap Kao.
"Uhh, aku iri mendengarnya" ucap Namtan.
"Arthit, itu kode keras" ucap Pete.
Arthit hanya tersenyum menanggapinya, bagaimana mungkin dia bisa menjadikan Namtan pacarnya sedangkan hidupnya saat ini di bawah kendali Kongpob.
"Kenapa kamu hanya diam?" Tanya Namtan pada Arthit.
"Aku harus apa?" Ucap Arthit.
Saat ini mereka berada di koridor kantor, sepertinya Arthit tak peka dengan kode yang di berikan namtan.
Namtan berhenti berjalan, otomatis Pete, Kao, dan Arthit juga berhenti. Namtan memegang tangan Arthit sehingga Arthit menjadi bingung.
"Arthit... Aku menyukaimu, apa kamu mau menjadi pacarku?" Ucap Namtan.
Pernyataan cinta Namtan di dengar oleh seluruh karyawan yang berada di sana, termasuk Kongpob yang sedari tadi menatap tajam keduanya. Seluruh karyawan bersorak mengatakan terima!!
Arthit melihat ke sekeliling, hampir semua karyawan di sana menyuruhnya menerima Namtan, jika dia menolak Namtan pasti Namtan akan malu.
"Seharusnya aku yang mengatakan perasaan ku lebih dulu" Ucap Arthit.
"Kenapa?"
"Hanya saja..... Bukankah aku pria disini dan kamu wanita? Bukankah seharusnya pria yang mengatakan perasaan terlebih dahulu?" Ucap Arthit.
"Itu sama saja Arthit. Bagaimana?"
"Iya.. Aku mau menjadi pacarmu" ucap Arthit.
Sontak seluruh karyawan disana bertepuk tangan dan menggoda keduanya, Arthit mengeluarkan ssesuatu dari kantong celananya.
"Cincin..." Gumam Namtan saat melihat itu.
"Hmm... Kamu mengajak ku berpacaran, dan sekarang aku melamarmu" ucap Arthit.
Seluruh karyawan semakin heboh mendengarnya dan berteriak-teriak tak jelas. Kongpob sudah semakin emosi sekarang, dia mencengkram erat berkas yang tengah di pegangnya.
Arthit memasukan cincin tersebut ke jari manis Namtan kemudian dia mencium punggung tangan Namtan.
"Semoga ini pilihan yang tepat" batin Arthit.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Brother ✓
FanfictionAntara cinta dan benci yang Kongpob rasakan! Sequel "maaf untuk itu" Lebih baik baca "maaf untuk itu" dulu baru baca ini, agar ceritanya nyambung dan nggak mikir aneh-aneh nantinya :') *Top Kong, bot Arthit, Mpreg!