Hari-hari berlalu begitu saja, Kongpob dan Arthit masih berperang dingin, mereka tak saling menyapa saat di rumah maupun di kantor.
"Ku perhatikan kamu dan Kongpob tak pernah bertegur sapa?" Ucap Kao pada Arthit.
Saat ini Arthit tengah makan siang bersama Kao di kantin kantor, sedangkan tak jauh dari mereka, Kongpob makan bersama pete.
"Kami memang tak pernah akur sebelumnya, jadi tak heran jika kami tak pernah saling menyapa" Ucap Arthit.
"Kenapa?" Tanya Kao penasaran.
"Kenapa kamu sangat ingin tahu urusan orang, huh" ucap Arthit kesal.
Kao hanya menyengir menampilkan deretan gigi ratanya.
Setelah makanannya habis, Arthit beranjak pergi dari kantin berjalan menuju ruangannya. Di sana Arthit melihat seorang pria yang sebelumnya tak pernah di lihatnya, siapa pria itu?
"Hai... Apa kamu karyawan baru?" Ucap pria itu saat melihat kedatangan Arthit.
"Bukan... Aku anak magang disini" Ucap Arthit.
"Ohh, aku karyawan yang baru saja di pindahkan ke bagian ini, perkenalkan nama ku Bright" Ucap pria yang bernama Bright itu.
"Nama ku Arthit."
"Apa kamu anak pemilik perusahaan ini?" Tanya Bright karna seingatnya nama anak pemilik perusahaan mereka adalah Arthit.
"Ya" Jawab Arthit
"Cihh... Bukan, dia hanya anak haram" Ucap Kongpob yang baru saja masuk.
Wajah arthit memerah menahan amarah. Semua mata karyawan disana tertuju pada Arthit dan Kongpob, dan banyak juga yang berbisik-bisik setelah mendengar itu sehingga membuat Arthit merasa malu.
"Benar... Dia hanya anak selingkuhan daddy, ibunya seorang jalang" ucap Kongpob.
Arthit berjalan mendekati Kongpob dan mencengkram kerah lehernya.
"Tarik ucapan mu itu!" Ucap Arthit.
"Memang fakta 'kan? Kamu anak jalang!" Ucap Kongpob yang terlihat tak takut sama sekali dengan Arthit.
"Ku peringatkan untuk kalian semua, siapa yang berani berteman dengan anak jalang ini, akan aku pecat! Ini perusahaan milik daddy ku! Aku akan meminta daddy untuk memecat kalian yang berani dekat dengannya!" Ucap Kongpob.
*Bughhhh... Satu tinjuan melayang ke wajah kongpob, bahkan bekas kemarin saja masih belum hilang, Arthit menghajar kongpob dengan membabi buta, tak membiarkan Kongpob membalasnya sedikitpun, dan juga tidak ada yang berani memisahkan mereka. Sejujurnya itu seperti tontonan menarik bagi para karyawan yang ada di sana, kapan lagi mereka bisa melihat anak pemilik perusahaan bertengkar di hadapan mereka.
Satu orang satpam masuk ke dalam ruangan karna mendapatkan laporan ada yang bertengkar, kini satpam itu menahan tangan Arthit agar berhenti memukul Kongpob.
Kongpob mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah, dia menatap tajam pada Arthit dan meludah di hadapan arthit, lalu memilih untuk pergi dari sana.
"Anak jalang tak tahu malu!" Teriak Kongpob.
"Lepaskan aku!" Ucap Arthit sembari menarik tangannya dari satpam.
Arthit melangkahkan kakinya pergi dari sana, dia berjalan menuju ruangan CEO, dan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu lebih dulu.
"Daddy..." Ucap Arthit sehingga membuat Krist menatap ke arah Arthit yang baru saja datang.
Arthit langsung memeluk Krist sehingga membuat Krist bingung.
"Ada apa, sayang?" Tanya Krist lembut.
"Kong mempermalukan ku tadi, dad. Kong mengatakan aku anak jalang di depan semua karyawan, kenapa aku harus terlahir seperti ini, dad. Kenapa mama meninggalkan ku" ucap Arthit sambil menangis.
"Maafkan daddy... Nanti daddy akan menegur Kong... Kamu tenang saja" Ucap Krist sambil mengusap pundak Arthit.
"Tapi aku malu, dad. Kong mengatakan aku anak selingkuhan daddy dan semua orang di larang berteman dengan ku, jika mereka masih dekat dengan ku Kong akan memecat mereka" Ucap Arthit.
"Kamu tenang saja, tak akan ada yang berani menjauhi mu" ucap Krist menenangkan anaknya.
Arthit menangis di pelukan krist sampai sesenggukan, matanya membengkak dan wajah putihnya memerah, setelah Arthit sedikit tenang, Arthit melepas pelukannya dan kembali ke ruangannya, banyak mata memperhatikan Arthit namun tak ada yang berani bersuara.
Sedangkan di tempat lain saat ini, Kongpob sedang mengobati lukanya, perasaannya penuh dendam, mungkin rasa kagumnya dulu ke Arthit sudah lenyap berganti dengan rasa sakit.
****
Baru saja Kongpob menginjakkan kakinya ke dalam rumah, di ruang tamu sudah ada krist yang menunggunya."Kenapa wajahmu?" Tanya Krist.
"Di pukul arthit tadi" Ucap Kongpob.
"Itu semua karna kamu mempermalukannya kan!" Ucap Krist marah.
"Aku tahu itu, daddy pasti akan terus membela anak selingkuhan daddy, kenapa dia harus lahir, kenapa tidak di bunuh saat di dalam kandungan!" Ucap Kongpob.
"KONGPOB!!! SIAPA YANG MENGAJARIMU BERBICARA SEPERTI ITU!!" Bentak Krist.
"Aku malas berbicara dengan daddy, aku tahu daddy memang lebih sayang Arthit di banding aku" Ucap Kongpob sembari berjalan pergi dari sana.
Saat Kongpob hendak masuk ke kamarnya, disana dia bertemu dengan Arthit yang kebetulan keluar dari kamarnya.
Fyi, kamar mereka berhadapan.Kongpob dan arthit saling menatap sinis.
"Apa masih kurang di wajah mu itu?" Ucap Arthit.
"Cih.... Anak jalang tak tahu malu!"
Kongpob masuk ke kamarnya dan menutup pintunya dengan kencang sedangkan Arthit turun ke bawah mencari papanya di dapur, karna Singto memang masih suka memasak sampai sekarang meskipun sudah sedikit berumur.
"Papa..." Ucap Arthit sehingga membuat Singto menoleh ke belakang.
"Ada apa, Arthit?" Ucap Singto.
"Apa papa membenci ku?" Tanya Arthit.
"Kenapa berbicara seperti itu?"
"Aku... A-aku Anak selingkuhan, daddy?" Ucap Arthit sambil menunduk.
Singto menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekat ke arah Arthit, dia memegang kedua pundak Arthit dan menatap matanya.
"Semua sudah berlalu, papa sudah memaafkan mama mu, apa lagi kamu, papa sangat menyayangimu, tak peduli kamu anak siapa, bukankah sejak kecil papa sudah merawat mu? Kenapa berbicara begitu, jika papa membenci mu, papa tak akan mau membesarkan mu dulu" Ucap Singto.
"Maafkan aku pa..." Ucap Arthit sambil menangis.
Singto memeluk arthit dan mengusap rambutnya dengan lembut.
"Kamu tak salah, Arthit, maafkan Kongpob jika ada kata-kata Kongpob yang melukai hatimu, nanti papa akan menegurnya, dia memang terlalu kekanak-kanakan, bukankah kamu tahu itu" Ucap Singto.
Semua interaksi mereka tak luput dari perhatian Krist, ia menjadi tambah menyayangi Singto yang tak pernah membedakan Arthit dan Kongpob. Krist berjalan mendekat ke arah keduanya dan ikut bergabung, mereka berpelukan erat bertiga tanpa tahu dari kejauhan ada yang menatap ketiganya sinis.
"Aku akan membuat daddy dan papa membencimu nanti! Aku akan membuat mereka membuang mu ke jalanan!" Ucap Kongpob penuh emosi, setelah itu Kongpob berlalu pergi dari sana.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Brother ✓
FanficAntara cinta dan benci yang Kongpob rasakan! Sequel "maaf untuk itu" Lebih baik baca "maaf untuk itu" dulu baru baca ini, agar ceritanya nyambung dan nggak mikir aneh-aneh nantinya :') *Top Kong, bot Arthit, Mpreg!