Part 9

575 82 12
                                    

Sudah 1 minggu berlalu, hari ini Krist dan Singto pulang ke rumah mereka, Arthit menjemput daddy dan papanya di bandara.

"Daddy, papa" Ucap Arthit sembari memeluk Krist dan Singto.

Krist dan Singto membalas pelukan Arthit, mereka sangat merindukan anak mereka itu.

"Apa kamu dan Kongpob masih sering bertengkar?" Ucap Krist.

"Tidak dad.." Jawab Arthit.

"Bagus" Ucap Krist sembari mengusap rambut Arthit.

"Daddy... Aku ingin berbicara sebentar" Ucap Arthit.

Saat ini mereka sudah berada di rumah.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Krist.

"Aku ingin tinggal sendiri, dad" Ucap Arthit.

"Maksud mu?" Ucap Krist.

"A-aku bukan anak daddy kan" ucap Arthit sambil menangis.

"Kenapa tiba-tiba mengatakan itu? Apa kongpob mengatakan hal aneh lagi" Itu Singto yang bicara.

"Ya, Kong mengatakan aku bukan anak kandung daddy, Kong mendengar saat daddy dan papa mengatakan itu di kamar" Ucap Arthit.

"Maafkan daddy. Biar bagaimanapun kamu tetap anak daddy, daddy dan papa sangat menyayangimu, Arthit" Ucap Krist.

"Ijinkan aku keluar dari rumah ini dad. Aku berjanji, aku akan lebih sering main ke sini nanti" Ucap Arthit.

"Tidak, Arthit. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan rumah ini" ucap Singto.

"Ku mohon..." Lirih Arthit.

"Biarkan saja pa. Anak jalang itu memang harus keluar dari rumah ini" ucap Kongpob yang berada tak jauh dari mereka.

"KONGPOB! masuk ke kamar mu sekarang!" Ucap Singto.

"Besok aku sudah harus melihatmu pergi dari rumah ini!" Ucap Kongpob sinis.

"Daddy..." Ucap Arthit.

"Masuk ke kamar mu, Arthit. Jangan bahas itu lagi!" Ucap Krist marah.

Arthit mengangguk dan berjalan ke kamarnya, jujur saja dia mulai takut dengan Kongpob saat ini, apa lagi tatapan Kongpob terkadang membuatnya risih, Kong kadang menatapnya seolah ingin memakan dirinya. Hey... Arthit itu pria normal, dia tak menyukai pria, apa lagi itu Kongpob yang notabennya adalah saudaranya sendiri, walau mereka bukan saudara kandung apa lagi mereka tumbuh bersama, tetap saja Arthit masih menganggap Kongpob saudaranya, hanya saja terkadang mulut dan tingkah laku Kongpob membuat Arthit tak menyukainya. Sejak dulu Kongpob memang suka mencari ulah terhadapnya.

Di satu sisi kongpob juga salah sebenarnya, Kong mencoba mencari perhatian Arthit dengan membuat Arthit kesal padanya, Kongpob memang sempat menyukai Arthit. Namun, semenjak rahasia besar mulai terungkap Kong jadi tak yakin dengan perasaannya sendiri. Apa lagi mama Arthit sempat membuat papanya menderita.

Saat ini kongpob tengah duduk di atas ranjang sambil memikirkan Arthit, Arthit semakin hari semakin jauh darinya dan semakin dekat dengan Namtan. Kongpob gelisah, entah kenapa dia membenci itu.






***
Keesokan paginya mereka sarapan bersama sebelum berangkat ke kantor. Dan lagi Kongpob menatap Arthit secara intens , sayangnya Singto dan Krist terlalu fokus ke makanan mereka jadi tak tahu dengan tatapan Kongpob.

Arthit merasa risih di tatap seperti itu, dia menghabiskan makanannya dengan cepat, kemudian beranjak dari duduknya.

"Daddy, aku berangkat dulu" Ucap Arthit.

"Secepat ini? Bukankah masih ada waktu 1 jam sebelum masuk kerja" Ucap Krist.

"Hmm... Aku ingin menjemput teman ku, dad..." Ucap Arthit sambil tersenyum malu.

"Jadi anak daddy sedang jatuh cinta sekarang? Siapa pria itu?" Ucap Krist.

"Aku tak menyukai pria, dad. Aku menyukai wanita" ucap Arthit.

"Oh... Pria atau wanita sama saja, jika kamu sudah yakin dengan perasaan mu secepatnya perkenalkan dia pada papa dan daddy"

"Siap... Aku pergi dulu, dad"

Kongpob sedari tadi hanya diam, tangannya meremas sendok yang di pegangnya, wajahnya masih datar tapi percayalah didalam hatinya terdapat banyak kobaran api.

"Bagaimana dengan mu, Kong? Apa sudah punya pacar?" Tanya Krist.

"Belum, dad" jawab Kongpob.




***
Arthit keluar dari mobilnya, dia berjalan ke depan rumah, dan mengetuk pintu rumah Namtan.

"Ini baru jam berapa, Arthit?" Ucap Namtan setelah dia membuka pintu rumahnya.

"Memangnya kenapa?"

"Hanya saja kamu datang terlalu pagi"

"Aku hanya tak ingin terlambat menjemputmu" ucap Arthit.

Namtan mempersilahkan arthit masuk.

"Apa kamu sudah sarapan?" Tanya Namtan.

"Sudah tadi"

"Ku tinggal sebentar"

Namtan beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan Arthit minuman kemudian dia datang kembali ke ruang tamu.

"Silakan di minum, maaf ku tinggal lagi, aku bersiap dulu" ucap Namtan.

"Ya" Ucap Arthit.

Sembari menunggu Namtan, Arthit terdiam dalam diam, dia memikirkan Kongpob, apa lagi mengingat malam panas itu, Arthit menjadi merinding membayangkannya.

Di kantor seperti biasa, setiap jam istirahat Arthit pasti menghabiskan waktunya bersama Namtan, semua gerak-gerik Arthit tak lepas sedikit pun dari pandangan mata Kongpob.

Arthit bercanda tawa dengan Namtan, bahkan hampir seluruh karyawan kantor tahu jika Arthit dekat dengan namtan sekarang.

Saat jam kerja selesai Arthit berjalan menuju tempat parkir, dia melihat ban mobilnya bocor. Arthit melihat ke sekeliling berharap menemukan Kongpob karna dia yakin itu semua pasti ulah Kongpob. Tak lama kongpob datang dengan motor besarnya.

"Mau pulang bersama?" Ajak Kongpob.

"Cihh... Sejak kapan kamu baik pada ku, huh!?" Ucap Arthit sinis.

Tak lama datang Namtan menghampiri keduanya, karna tadi pagi namtan berangkat bersama Arthit, jadi rencananya pulangnya juga akan bersama Arthit.

"Maafkan aku Namtan, ban mobil ku bocor" ucap Arthit.

"Tidak masalah... Sebaiknya kita cari taxi saja" ucap Namtan.

Mereka pergi dari sana meninggalkan kongpob yang masih terdiam menatap keduanya.














Tbc.

Crazy Brother ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang