11. Lee Jong Suk

1.4K 228 23
                                    

Rio duduk di sebuah bangku, baju nya kembali tertetesi darah nya sendiri, dari luka jahitan nya, Seo nampak sibuk mengambil kotak obat.

Dengan hati-hati dia membuka plester di pelipis Rio, tangan nya gemetar karena ia sedikit tak nyaman dengan darah, sesekali ia melirik wajah Rio yang tak bereaksi, padahal Seo sendiri menahan ngilu, melihat jahitan yang belum kering, Yoona menyusul masuk ke pantry, wajah marah nya berubah cemas dan iba menatap Rio, ia merasa bersalah.

"Hyunie, biar unnie saja" ujar nya, hendak mengambil alih untuk mengobati Rio.

"N-ne unnie" gugup Seohyun, Yoona lalu mengambil obat merah yang ia teteskan pada kain kasa lalu ia tempelkan di luka Rio.

"Sakit?"

"Tidak" kedua nya saling menatap dalam posisi wajah yang begitu dekat, padahal Seo masih disana.

"Rio" panggil Seohyun sambil menyerahkan tisu pada pemuda itu, dan memberi kode agar Rio menyeka darah di sudut bibir nya, pemuda itu pun melakukan nya.

"Aku kembali ke ruanganku unnie" pamit Seo

"Ne" jawab Yoona, ia melirik kearah Seo sampai gadis itu keluar dari pintu pantry.

"Bukan kah aku memberi mu cuti tiga hari?" Ujar Yoona kembali menatap Rio sambil menempelkan plester baru di pelipis nya, Rio sedikit mendongak menatap sang majikan.

"Luka ku tak terlalu serius noona, saya masih sanggup bekerja" jawab Rio, Yoona terdiam, jari telunjuk nya menyingkirkan rambut Rio yang sedikit menutupi pelipis nya, Yoona mengalihkan tatapan nya dari Rio, lalu mengambil tempat duduk di depan Rio.

"Nama nya Lee Jong Suk" beritahu Yoona tanpa Rio harus bertanya.

"Dia mantan tunangan ku" Yoona menarik nafas panjang dan menghembuskan nya, untuk mengurangi rasa sesak di hati nya.

"Kami berpisah sebulan yang lalu, karena dia menjadi lawan ku di kasus Kim Taeyeon dan Tiffany Hwang, ia hendak menggagalkan kemenanganku dengan berbuat curang, aku tidak suka itu, jadi aku lebih memilih untuk mengorbankan hubungan kami, dari pada mengingkari janji seorang pengacara yang sudah di sumpah" cerita Yoona panjang lebar, Rio menyimak dengan serius setiap penuturan yang keluar dari mulut Yoona.

"Maaf atas perbuatan nya pada mu hari ini" Yoona kembali menatap Rio merasa bersalah.

"Bukan kewajiban noona untuk meminta maaf pada ku atas perilaku nya, tenang saja, aku sudah melupakan kejadian tadi" jawab Rio, senyum Yoona merekah, ia menyukai cara Rio dalam berbicara, entah nada nya atau cara dia bertutur kata, serta ekspresi wajah nya.

"Bukan kewajiban noona untuk meminta maaf pada ku atas perilaku nya, tenang saja, aku sudah melupakan kejadian tadi" jawab Rio, senyum Yoona merekah, ia menyukai cara Rio dalam berbicara, entah nada nya atau cara dia bertutur kata, serta ekspresi ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa karena ini, Seo dan Joy jadi sering memperhatikan Rio secara diam-diam?" Batin Yoona bertanya, karena ia kerap kali memergoki kedua rekan kerja nya itu tengah memperhatikan Rio.

"Unnie, ada kiriman untuk mu" ujar Joy yang tiba-tiba mendatangi pantry sambil membawa bucket bunga untuk Yoona.

"Dari siapa?" Tanya Yoona, Rio ikut menoleh menatap Joy yang menyerahkan bunga itu pada sang boss.

"Unnie baca saja sendiri" jawab Joy.


"Selamat atas kemenangan mu, kamu hebat, dan aku ingin merayakan nya dengan mengundang mu makan malam"


"Oh Sehun" gumam Yoona membaca nama pengirim bucket bunga untuk nya itu, dia menggeleng.

"Untuk mu saja" ujar Yoona menyerahkan bunga itu pada Rio yang kelihatan linglung, Joy terbahak melihat ekspresi Rio, ia lalu menyusul Yoona meninggalkan pantry dan Rio yang tengah memegang seikat bunga.

Rio, pemuda sederhana itu memiliki banyak pesona dan daya tarik tersendiri bagi orang-orang di sekitar nya, terutama para yeoja, dari mulai wajah nya yang tampan, bentuk tubuh nya yang tegap dan atletis, cara dia berjalan, dan cara dia berutur kata, semua mampu membuat mata begitu betah memandang nya, ia juga terlihat misterius karena tak banyak bicara, dan sekali dia bicara, itu akan membuat lawan nya jadi mengantuk karena terbuai.

"Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Jenno pada Rio yang kembali ke lobby.

"Tidak" jawab Rio.

"Kenapa kamu tidak membalas nya?" Tanya Jenno penasaran.

"Karena aku tidak mengenal nya" balas Rio, Jenno menggeleng sambil tersenyum tak habis pikir dengan jawaban Rio.

Rio berdiri karena bosan, menatap keluar jendela kantor menunggu Yoona selesai dengan pekerjaan nya.

Tap. . . Tap. . . Tap. . .

Suara langkah kaki membuyarkan lamunan Rio, ia menoleh karena merasa sang majikan sudah turun dan waktu nya untuk pulang.


Deg


Yoona, Joy dan Seo mematung menatap Rio, mereka nampak menelan ludah dengan penampilan pemuda itu yang berantakan, rambut tak beraturan, plester di pelipis nya, serta baju bernoda darah yang telah mengering malah membuat ia terlihat sexy.

Rio tentu saja tak merasa menjadi pusat perhatian dari ketiga gadis itu, karena fokus nya hanya satu, pada Yoona, ia lalu mendekat, meraih tas kerja dan map dari tangan Yoona, lalu membawa nya ke mobil.

"Pemandangan apa itu tadi?" Ucap Joy mengerjab tak percaya, Seo terkikik.

"Sudah ayo pulang" ajak Yoona, yang dalam hati merasakan debaran tak biasa.

Di dalam mobil, ia terus melirik Rio yang sedang mengemudikan mobilnya.


"Apa menurutmu, bekerja dengan ku itu berat?" Tanya Yoona memancing obrolan.

"Tidak noona" jawab Rio singkat.

"Meski kamu pernah terluka karena melindungi ku?"

"Yaa, itu sepadan, karena noona orang baik, jadi saya tak ingin orang baik seperti mu terluka oleh orang-orang tak berguna seperti mereka" jawab Rio memancing senyum Yoona, ia begitu menikmati obrolan singkat nya dengan Rio.




#TBC




MinefieldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang