Part 14

126K 8.4K 670
                                    

Happy Reading!

Almira melewati istana Merkurius. Sudah satu minggu dan masih saja banyak yang berkabung. Sepertinya rakyat sangat terluka karena kepergian permaisuri yang mengaku mengandung bayi laki-laki.

"Istana Merkurius sangat indah yang mulia, bahkan ada yang mengatakan kolam pemandiannya seperti surga." Ucap Na Na. Sepertinya pelayannya itu mulai mengajak menggosip.

"Bahkan jika itu surga pun aku tidak mau tinggal di sana."Jawab Almira. Bagaimana tidak? Ia tidak mau tinggal di tempat pembantaian seperti itu. Apalagi mungkin saja roh permaisuri malah masih nempel di atas pintu.

"Kenapa yang mulia?" tanya Na Na heran. Padahal ia sudah bermimpi tinggal di istana Merkurius. Tentu saja sebagai pelayan.

"Pakai tanya lagi. Ya aku harus tinggal di istana matahari. Mengawasi kaisar buaya yang suka muncrat sembarangan."Ucap Almira sedikit kesal. Tidak ditinggal saja, kaisar bisa membawa lima selir setiap malam, lalu bagaimana kalau ditinggal.

"Ha ha.. Yang mulia cemburu?"Ejek Na Na membuat Almira mendengus.

"Oh ya, Na Na. Apa kau tidak punya kekasih?"Tanya Almira. Mereka sudah seperti teman yang bicara.

"Punya yang mulia."Jawab Na Na antusias.

"Benarkah? Di mana dia? Apa dia seorang prajurit?" Tanya Almira antusias.

"Bukan yang mulia_ dia petani dari kampung." jawab Na Na membuat Almira menatap pelayannya itu.

"Lalu bagaimana kalian berkomunikasi? Di sini tidak ada ponsel kan?"Tanya Almira bingung.

Na Na menggeleng pelan."Apa itu ponsel, yang mulia?" tanya Na Na penasaran.

"Lupakan. Jawab saja perta__" Almira melotot dan langsung menarik lengan Na Na untuk bersembunyi saat melihat sebuah rombongan yang terdiri banyak wanita.

"Yang mulia kaisar sepertinya membawa wanita baru lagi, yang mulia." ucap Na Na membuat amarah Almira memuncak.

Dasar kaisar buaya. Katanya mengambil banyak selir agar punya anak laki-laki. Sekarang Almira hamil anak laki-laki lalu untuk apa membawa wanita lagi. Dengan langkah kesal, Almira melangkah ke istana matahari.

"Di mana kaisar?"Tanya Almira pada pengawal pribadi kaisar.

"Di pemandi__"

Belum sempat pengawal itu mengatakannya, Almira sudah lebih dulu melangkah menuju bangunan belakang. Dan begitu tiba di sana, barisan para selir membuat Almira semakin geram.

Tanpa banyak kata, Almira menerobos masuk.

"Maaf yang mulia, silahkan tunggu giliran dibel__"

"Minggir!"Bentak Almira lalu bergegas masuk setelah berhasil mendorong pelayan yang berjaga.

Begitu masuk, Almira langsung saja mendelik. Kaisar Ming melihatnya tapi tetap saja memacu senjatanya.

"Apa yang kau lakukan?"Tanya Kaisar Ming datar dengan gerakan yang semakin cepat. Ditambah dengan desahan dan rintihan yang keras dari selir yang bercinta dengan kaisar.

Brukk

Almira menatap kasian pada selir yang pingsan di bawah kakinya. Dua pelayan masuk dan membantu membawa tubuh selir yang pingsan keluar.

Hampir saja Almira berteriak marah, tapi seorang wanita sudah masuk dan mulai melepas pakaiannya.

"Apa yang kau lakukan?"Teriak Almira kesal.

Wanita itu menatap Almira."Ini giliranku." ucapnya membuat Almira melotot sedang kaisar Ming hanya duduk dengan senjata yang berdiri kokoh.

"Keluar sana! Kau tidak lihat aku di sini."Teriak Almira.

"Aku melihatnya tapi ini bukan giliranmu."Jawab wanita itu membuat Almira melotot garang lalu mulai meregangkan jari-jarinya.

Kaisar Ming yang enggan melihat jambak-jambakan segera berdiri dan mengusir Almira.

"Kembalilah ke kamar!"Usir kaisar Ming membuat Almira mendelik lalu sedetik kemudian.

"Yang muliaaaaaa_" Teriakan selir menjadi saksi kebrutalan Almira yang kini tengah menjambak rambut kaisar Ming.

"Lepaskan yang mulia, tolongggg" teriak sang selir yang mencoba menarik tubuh Almira. Namun itu tidak berhasil.

Sedang di luar, para selir yang mengantri hanya bisa menahan napas dengan kaki yang gemetar. Mendengar teriakan itu membuat nyali mereka menciut. Kaisar pasti sedang bermain kasar. Biasanya jika seperti itu paling beberapa gerakan mereka sudah pingsan.

"Aku ingin kembali."Bisik selir yang di depan.

"Apa yang kau katakan? Kau ingin di hukum?"Ucap selir yang satunya.

Sedang di dalam, kaisar Ming hanya pasrah. Ingin melawan takut melukai kandungan selirnya. Sekarang yang bisa ia lakukan hanya berusaha memeluk selirnya seerat yang ia bisa agar gerakannya berhenti.

"Dasar buaya."teriak Almira begitu ia tidak bisa bergerak lagi."Lihat saja! Jika aku melihatmu menyentuh wanita lagi. Aku akan mencari selingkuhan juga." Ancam Almira membuat kaisar Ming melotot. Namun tidak bisa mengatakan apapun. Matanya menatap kekagetan dari wajah selir yang sedari tadi menyaksikan keduanya.

Kaisar Ming melepas pelukannya lalu mendekati selir yang telah melihat dan mendengar semuanya.

"Kau masih ingin menye__"

Kraakk

"Arghh" Almira menutup matanya melihat pembunuhan terjadi tepat di depan matanya.

Brukk

Selir itu mati jatuh ke lantai dan meninggal.

Dua pelayan masuk dan seperti yang di duga, mereka kaget. Namun segera menutupinya. Lagipula ini bukan kejadian pertama. Jika kaisar sedang bersemangat, biasanya selir ada yang patah tangan, kaki bahkan hampir botak.

"Minta selir di luar untuk pergi!" ucap kaisar Ming datar.

"Baik yang mulia."Dua pelayan itu langsung keluar setelah membawa mayat selir.

Kaisar Ming segera memakai pakaiannya lalu menarik lengan Almira kembali ke kamar.

"Kau membunuhnya."Ucap Almira tak percaya.

Kaisar Ming menatap selir Na Young."Itu akibat jika kau melihat sesuatu yang tidak seharusnya." ucapnya datar membuat Almira diam.

"Saat aku jalan-jalan tadi, aku melihat rombongan wanita. Apa itu selir barumu?" tanya Almira setelah sekian lama diam.

"Bicaralah dengan benar, selir Na Young!" Ucap kaisar membuat Almira mendekat.

"Jangan menyentuh wanita lain lagi, yang mulia."Pinta Almira setelah memeluk tubuh kokoh kaisar Ming.

"Kenapa?" tanya kaisar Ming.

Almira mendongak menatap wajah kaisar Ming. Beberapa kali menarik napas lalu menghembuskannya pelan.

"Karena aku cemburu."

-Bersambung-

Anak Laki-Laki Untuk Kaisar MingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang