Part 3

171K 8.3K 333
                                    


Happy Reading!

Almira diam menatap wajah tampan kaisar Ming. Kenapa ada pria dengan wajah sempurna seperti itu. Di dunia aslinya jika Lee Min Ho dinobatkan sebagai pria tertampan di asia maka kaisar Ming akan dinobatkan menjadi pria paling tampan di dunia.

"Penjaga, seret puteri dan bawa dia kembali ke istana Neptunus."

Deg

Almira buru-buru berdiri. Siapa yang kaisar Ming maksud untuk diseret dan dibawa ke istana Neptunus. Namun saat melihat kedua penjaga mendekat ke arahnya membuat Almira mengerti. Kaisar Ming mengira ia adalah salah seorang puteri yang menyalahi aturan dan datang ke istana Mars.

"Yang mulia, aku adalah selirmu." Ucap Almira yang dengan segera menunjuk ke arah perutnya. Tapi ternyata perut besarnya kini sudah tidak nampak melainkan buntalan kain di bawah kakinya. Sepertinya kain itu jatuh saat ia berdiri tadi.

Dengan senyum merekah, Almira menatap wajah tampan kaisar Ming yang kini melayangkan tatapan tajam pada dirinya.

"A_aku benar-benar selir yang mulia." Ucap Almira terbata. Pasalnya jika tatapan bisa membunuh seseorang, Almira yakin pasti ia sudah mati sekarang.

"Yang mulia kaisar." Dua penjaga berlutut dihadapan kaisar Ming.

"Seret gadis ini dan bunuh dia!" Tegas Kaisar Ming membuat Almira kaget. Ia akan di bunuh.

"Perintah yang mulia akan kami laksanakan."

"Tidak_ jangan!!" Teriak Almira saat dua penjaga memegang kedua tangannya dan menarik tubuhnya menjauh dari sana.

'Apa yang harus aku lakukan?' Batin Almira ketakutan. Ia tidak ingin mati, terlebih dengan cara tidak elit seperti ini.

"Tolong akuu!!" Teriak Almira memberontak. Namun pegangan kedua penjaga terlalu kuat. Almira menatap sekeliling, banyak selir yang menatap ke arahnya namun tidak mengatakan apapun. Seolah apa yang mereka lihat bukan hal baru dan terasa seperti pemandangan yang membosankan.

'Ya Tuhan, kenapa aku bisa lupa kalau di sini makhluk berjenis kelamin perempuan sama sekali tidak ada artinya.' Jerit Almira dalam hati. Tiba-tiba pandangannya terarah pada punggung kaisar Ming yang berjalan keluar dari gerbang istana Mars.

Sepertinya rencana masa depannya harus direalisasikan lebih cepat. Almira meneguk ludahnya kasar, bersiap memasang kuda-kuda untuk menendang dua penjaga.

"Hiyaaa"

Dugg dugg

Bughh bughh

Dengan sekuat tenaga, Almira menendang kaki ke dua penjaga kemudian menendang sesuatu diantara paha keduanya. Hingga pegangan tangannya terlepas, Almira segera berlari dengan kencang ke arah Kaisar Ming.

"Yang Mulia_ Yang Muliaa."Teriak Almira membuat rombongan kaisar berhenti.

"Lepass!!" Almira berusaha berontak saat dua orang pengawal dari rombongan kaisar menghentikan dirinya.

"Cepat seret dia sebelum kaisar marah."

Almira melotot lalu langsung menggeleng saat rombongan kaisar melanjutkan perjalanan.

"Yang Mulia_ aku bisa melahirkan anak laki-laki untuk yang mulia." Teriak Almira sekeras dan sekuat yang ia bisa.

Grepp

"Arghhh" Almira memekik saat tubuhnya ditarik kebelakang. Ternyata dua penjaga yang tadi ia tendang.

'Tidak. Almira tidak mau mati'

"Yang Mulia_ aku bicara benar. Aku bisa melahirkan anak laki-lak__emtt"

"Diam! Yang mulia sudah memerintahkan kami untuk membunuhmu."

"Ayo seret dia ke ruang eksekusi!"

Tubuh Almira ditarik paksa dengan mulut yang ditutup. Almira tidak bisa lagi berteriak dan hanya bisa pasrah. Bahkan sekarang ia sudah kesulitan bernapas seolah seluruh oksigen di dunia ini menghilang entah ke mana.

'Ya Tuhan! Kembalikan aku ke dunia asalku' Do'a Almira sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.

Di sebuah ruangan, terlihat seorang pria tampan dengan pakaian sutera khas seorang bangsawan duduk menatap ke arah tubuh seorang gadis yang belum sadarkan diri di atas tempat tidurnya.

"Dia adalah Na Young, selir keseratus yang mulia. Dia tinggal di istana Pluto karena masih berusia 15 tahun."

Kaisar Ming mengangkat tangannya mengisyaratkan pelayannya itu untuk pergi sementara matanya masih menatap ke arah gadis yang beberapa waktu lalu ia selamatkan dari hukuman mati yang ia berikan.

Gadis muda yang berteriak bisa memberikan anak laki-laki untuk dirinya. Namun tentu itu bukan alasan ia menyelamatkan gadis itu karena nyatanya sudah ada puluhan bahkan ratusan gadis yang mengatakan hal serupa namun sama sekali tidak terbukti.

Kaisar Ming berdiri dan melangkah menuju jendela kamarnya. Dari sana ia bisa melihat seluruh bagian istana, sesuatu yang sangat ia banggakan namun entah apakah bisa ia pertahankan. Tahun ini ia sudah memasuki usia 40 tahun, harusnya di usia itu ia sudah memberikan kerajaan ini pewaris. Namun sepertinya ia harus mati dan meninggalkan kerajaan yang sangat ia cintai ini tanpa keturunan laki-laki.

Puas menatap pemandangan di luar. Kaisar Ming melangkah memasuki kamarnya.

"Di mana aku?"

"Apa aku ada di surga? Tapi kenapa di surga sangat panas."

"Apa aku ada di neraka? Akh tapi kenapa kamar ini sangat indah."

Almira terus menerus berbicara sendiri. Ia bahkan sudah turun dari tempat tidur dan berjalan berkeliling tanpa sadar bahwa sedari tadi ada seseorang yang menatap ke arahnya.

"Huhh jika aku sudah mati lalu bagaimana dengan kaisar kejam itu? Dia harusnya sekarang menyesal karena telah menghukum mati diriku." Gumam Almira sembari menyentuh sebuah patung emas.

"Tentu saja dia akan menyesal. Lagipula dari sekian banyak gadis kenapa dia harus menghukum mati diriku. Satu-satunya orang yang bisa memberinya anak laki-laki." Lanjut Almira tanpa sadar bahwa apa yang diucapkannya di dengar oleh seseorang.

"Benarkah?"

"Eh?" Tubuh Almira menegang. Kenapa ia seperti mendengar suara seseorang.

Kaisar Ming melangkah dengan cepat ke arah selirnya lalu menarik tubuh mungil itu hingga menghadap ke arahnya.

"Benarkah kau bisa memberiku anak laki-laki?"

Almira melotot, dihadapannya sekarang berdiri kaisar Ming.

"Ya_yang mulia." Gagap Almira. Ia bingung. Bukankah ia sudah mati, lalu kenapa sekarang ia berhadapan dengan kaisar Ming.

"Jawab! Benarkah kau bisa memberiku anak laki-laki? Pewaris untuk kerajaan ini?" Tanya kaisar Ming tegas. Sorot matanya tajam namun jika dilihat terdapat sedikit harapan dari tatapannya itu.

Tubuh Almira bergetar tapi ini bukan saatnya untuk takut. Jika kaisar Ming dihadapannya adalah nyata itu berarti dirinya belum mati. Mungkin saja kaisar Ming membatalkan hukumannya karena mendengar teriakannya tentang melahirkan anak laki-laki.

Almira mengangguk yakin."Iya yang mulia. Saya akan melahirkan anak laki-laki untuk yang mulia."

-Bersambung-

Anak Laki-Laki Untuk Kaisar MingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang