chapter 5 [past]

190 13 4
                                    

"kakak mau kemana??" eira memunculkan kepalanya dari kamar nya ke ruang tengah di mana nampak eirlys sedang menyiapkan beberapa ramuan untuk di bawa pergi

"ah, ei.. aku di perintahkan oleh raja untuk berpatroli ke bagian selatan kerajaan." lys menjelaskan sembari melanjutkan kegiataannya

"yaahh aku sendirian dong di sini.." eira mendesah pasrah dan melemaskan tubuhnya hingga ia terjatuh di lantai dengan posisi duduk kaki seperti huruf w

lys terkekeh geli melihat tingkah sang adik yang sedang manja manja nya

"tumben sekali kau drama seperti ini, biasanya kau biasa saja dan membantu ku merapihkan barangku" lys jongkok agar tinggi nya menyerupai sang adik yg terduduk di lantai

"tapi kaaakkk rasanya sepi sekali jika tidur sendirian di menara ini.. bayangkan.. menara dengan tinggi 100 lantai. dan isinya hanya diri ku sendiriii" eira merengek berpura pura menangis, mendramatisir

lys menahan gelak tawanya dan mengelus kepala sang adik

"kasian icy tak di anggap tuh" lys menunjuk icy yg duduk di ujung ruangan sedang bermain dengan mainannya

"KAKAAAKK"

"iya, iya aku hanya bercanda ya ampun ei" lys melepas tawanya sementara eira hanya cemberut dengan tangan yang di silang

"ah.. ya ampun.." lys menepis air matanya yang keluar karena gelak tawanya

"tenang saja ei, raja memiliki sebuah kejutan untuk mu" lys berancang ancang berdiri

"hmm??" eira menatap kakaknya bingung

"sudah lihat saja nanti, aku pergi dulu ya ei. jaga menara ini dengan baik, oke??" lys memanggil serigala nya ivy agar mendekat

"iya kakaakk" eira berdiri dan menepuk nepuk rok bajunya yg terkena debu lantai

lys tersenyum tipis lalu menjetik kan jarinya, seketika dirinya dan ivy menghilang dari menara tersebut

"ya ampun kakak ku ini... tak bisa kah lewat pintu saja.." eira menatap lelah lantai yang awalnya di pijak lys sekarang retak karena tak kuat menahan sihir yang di keluarkan lys ketika berteleportasi

"fyuh... Ad' Normalem" eira menjentikkan jari nya

seketika lantai yang awalnya retak menjadi kembali sempurna sesaat setelah eira mengucapkan mantra nya

'untung saja aku meminta kakak untuk mengajarkan ku mantra membetulkan sebuah barang' eira tersenyum puas menatap lantai yang kembali sempurna

tiba tiba saja bola sihir milik eira menyala

eira mendekati bola sihir yang ada di meja bersebelahan milik lys, nampak di bola tersebut ada muka sang raja

'seperti handphone saja' athy terkekeh pelan mengingat cara memakai bola sihir ini sama seperti handphone yang ia gunakan sebelum ia masuk kedalam novel ini

"saya menghadap kepada pedang alastrine yang agung" eira membungkuk kecil namun sopan kepada sang raja lewat bola sihir tersebut

"ah eira" raja tersenyum lebar melihat putri dari kerajaan sebelah yang sekarang menjadi mage dari kerajaan miliknya

"ya, yang mulia??" eira memiringkan kepalang menunjukkan rasa penasarannya

"bisakah kau ke istana??? aretha dan arden ingin belajar soal obelia namun buku buku di alastrine tentang obelia itu sangat terbatas dan bisa di hitung oleh jemari... jadi aku ingin kau mengajarkan mereka soal obelia. jika kau mau tentu saja"

eira menahan nafas seketika, ingatannya tentang peracunan zenith dan seterusnya tereka ulang di kepalanya. ia berusaha menenangkan diri dengan cara menggigit bibirnya, namun tak berhasil

the truthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang