Part 4

49.4K 4.7K 445
                                    


Duduk terdiam memandang ke arah banyak nya remaja laki-laki  yang sedang berolahraga di lapangan. Lio menatap sendu pada mereka yang tampak semangat berlarian kesana kemari mengejar bola orange yang di lempar kesana kemari.

Kaki nya mengayun pelan di kursi pinggir lapangan itu. Saat ini dia sedang menunggu abang nya itu selesai eskul, padahal Sean sudah menawarkan untuk pulang saja, tapi Lio tidak mau, dia ingin melihat abang nya itu bermain basket. Mata Lio memang mengarah ke lapangan itu, tapi pikiran nya jauh melayang membayangkan seandainya dia berada di posisi salah satu remaja di lapangan itu, pasti akan sangat menyenangkan bisa berlarian bebas tanpa takut sesuatu akan terjadi.

Lio menyentuh dada nya, jantung baru nya ini memang tidak pernah bermasalah, hanya saja dia akan terganggu jika merasa kelelahan.

'Bugh'

Bola basket itu terlempar kuat mengenai kepala Lio. Lio meringis merasa sakit pada kepala nya, dia mengalihkan tatapan nya ke arah datang nya bola itu, disana para remaja seusia abang nya itu tertawa terpingkal-pingkal melihat dia yang sedang kesakitan.

"Heii... Heiii, lihatlah bocah lemah ini.."

Salah seorang remaja itu berjalan mendekat ke arah Lio, sedangkan teman-teman nya masih terus tertawa melihat dahi Lio yang memerah. Suasana sekolah yang sepi membuat tidak ada satupun yang bisa menolong Lio saat itu juga.

"Kupikir kau akan langsung mati jika terkena bola"

Mereka kembali tertawa mendengar ucapan dari teman nya itu. Sementara Lio hanya mampu terdiam, tidak hanya teman-teman sekelas nya, bahkan kakak kelas nya pun sangat suka mengejek nya.

"Selain pergi ke sekolah, kau bisa melakukan apalagi?"

"Kurasa dia hanya mampu makan dan tidur saja..."

Mereka berbiacara saling menyahut mengejek Lio

"Kurasa Sean pun semakin lama akan semakin bosan pada adik nya yang lemah tak berguna ini"

Remaja yang bernama Vino itu terus saja mengejek Lio dengan kata-kata pedas nya. Sejak dulu Vino tidak menyukai Lio. entahlah, Lio pun tidak tahu apa alasan kakak kelas nya itu tidak menyukai nya.

"Apa orangtua mu tidak menyesal melahirakan anak lemah sepertimu?"

Remaja itu tersenyum miring ke arah Lio.

'BUGH'

Satu bogeman keras itu tepat mengenai pipi Vino.

'BUGH'

Tak sampai disitu, satu tendangan lagi tepat mengenai perut nya, Vino meringis kesakitan memegangi perut dan rahang nya. Sementara Lio yang menyaksikan itu langsung terkejut melihat kedatangan Sean yang baru saja datang dari ruang ganti.

"Jangan pernah menganggu adik ku"

Sean hendak melayangkan satu tendangan lagi ke arah Vino yang tersungkur, beruntung Lio langsung menahan pergerakan nya.

"Abang... Jangan...., adek nggak apa-apa"

Sean menghentikan gerak nya, fokus nya beralih ke wajah sendu Lio, matanya menelisik kening Lio yang tampak memerah.

"Kita pulang..."

Tanpa melihat wajah ketakutan  remaja-remaja lain yang ikut menertawakan Lio tadi, Sean menyandang tas milik nya dan tas Lio lalu menggenggam sebelah tangan Lio dan berjalan menuju parkiran.

Lio dan Sean hanya diam sejak tadi, mereka masih menunggu mobil bundanya yang akan datang menjemput. Sean sejak tadi melirik ke arah Lio yang hanya menunduk disamping nya, entah apa yang di katakan oleh mereka kepada Lio, hingga Lio menjadi diam seperti ini.

VARELIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang