Part 33

11.1K 907 38
                                    

"Bukankah dia darah daging mu sendiri?"

"Kumohon berikan darah mu pada Lio..."

Kepala nya menunduk, dia menjatuhkan harga dirinya dihadapan Leonidas.

"Dengan satu syarat"

***********

Deru suara monitor itu menggema, memenuhi setiap penjuru ruangan khas bernuansa putih itu dengan keras. Tak hanya itu, rangkaian alat dan kabel- kabel yang terhubung ke tubuh sosok remaja laki-laki yang masih tertidur itu pun turut menjadi pelengkap ruangan sunyi itu.

Sudah hampir enam bulan lebih, sosok remaja laki-laki itu masih terlelap dalam tidur nya. Semakin hari tubuh itu kian bertambah kurus dan semakin memucat.

"Adek tidur nya nyenyak banget ya, sampai ngga mau ketemu sama bunda lagi?"

Celia mengusap lembut wajah yang dimulut nya masih terpasang ventilator itu dengan sangat pelan.

"Sebentar lagi ayah pulang, adek ngga mau ketemu ayah juga?"

Tes

Lagi dan lagi, air mata Celia lolos untuk ke sekian kali nya.

Sementara itu, sosok wanita dewasa yang juga berada di ruangan itu hanya mampu terdiam melihat pemandangan dihadapannya. Dia juga ingin duduk disana, menggenggam dan berbicara dengan putranya.

Letta.

Wanita itu berusaha untuk menahan air mata nya agar tidak menangis lagi. Pemandangan didepan nya cukup menyayat hati nya sebagai seorang ibu. Tidak, dia tidak menyalahkan keberadaan Celia disana, dia hanya ingin merasakan posisi yang sama dengan Celia.

'Ceklek'

Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok pria yang masih mengenakan setelan kantor nya.

Darion, pria itu datang dengan paperbag ditangan nya.

"Apa ada kemajuan?"

Melihat gelengan kepala dari wanita kesayangan nya itu, Darion hanya bisa menghela nafas nya.

"Kau sudah makan?"

"Belum..."

Mendengar jawaban dari Celia, Darion membuka paperbag yang ia bawa tadi dan mengeluarkan makanan di dalam nya.

"Makan dulu, setelah itu kita pulang..."

Celia menggeleng dan menolak pelan makanan yang disodorkan Darion. Dia tidak lapar dan dia juga tak ingin pulang.

"Aku tidak ingin pulang, boleh kita menginap disini?"

Celia menatap langsung ke arah Darion, berharap Darion menjawab dengan 'boleh' atas pertanyaan nya.

Namun gelengan kepala dari Darion kembali memunculkan rasa kecewa bagi Celia.

Sebenarnya Darion juga sangat ingin tetap berada disini, 24 jam berada disamping putranya. Namun sayang, kini ia juga harus berbagi waktu dengan keluarga Leonidas, hingga ia dan keluarga nya tidak bisa berada sepanjang waktu di samping Lio.

Darion menatap ke arah jam yang melingkar ditangan nya, hari sudah hampir malam dan sebentar lagi Leonidas pasti datang. dia mulai membereskan kembali barang² bawaannya.

"Hari sudah hampir malam, sudah waktunya kita pulang, Sean sendirian dirumah..."

Celia yang paham pun mengangguk dan mulai bangkit dari posisi nya. Darion merangkul pinggang Celia dan berjalan ke arah pintu keluar. Tatapan mereka bertemu dengan Letta yang sejak tadi duduk di sofa ruangan itu.

"Kabari kami apapun yang terjadi.."

Darion mengucapkan itu sebelum akhirnya keluar dari ruang rawat Lio.

Letta hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Hati - hati dijalan..."

Wanita itu menutup pintu ruang rawat Lio dan segera berjalan ke arah brankar remaja manis itu.

"Lio..."

Letta mengusap lembut kepala Lio dan menggenggam sebelah tangan nya yang terbebas dari infus an.

"Lio mimpi apa sampai ngga mau bangun gitu?"

Letta terkekeh pelan, bibir nya membentuk sebuah senyum lembut khas seorang ibu, namun mata nya tak bisa berbohong kalau dia juga merasakan sakit melihat putranya hanya mampu berbaring lemah.

"Mama mohon bangun lah, kasih mama kesempatan sayang..."

Ucapan itu terdengar sangat lirih dari mulut Letta. Kenapa dia harus tahu kebenaran ini saat putranya sudah terbaring lemah. Selama ini Lio ada disekitar nya, namun mengapa kebenaran itu harus terungkap begitu lama.

'Ceklek'

Pintu ruangan itu kembali terbuka, kali ini menampilkan sosok pria dewasa dengan penampilan yang tampak sedikit berantakan. Pria yang selalu tampil dengan bersih dan rapi itu, kini terlihat kacau dengan kantung mata yg terlihat diwajah tegas nya.

Letta yang menyadari kehadiran pria itu pun mulai mengangkat kepala nya dan hanya diam memperhatikan apa yang pria itu lakukan. Bau alkohol yang begitu khas tercium jelas saat pria itu mendekat ke arah Letta. Dapat Letta tebak, pria dihadapan nya ini pasti baru saja meminum banyak alkohol sebelum kemari.

"Belum ada perkembangan?"

Letta menggeleng dan pindah dari posisi nya, ia membiarkan Leonidas memgambil posisi nya yang berada disamping Lio.

Tangan Leonidas terulur untuk mengusap wajah Lio, dia sedikit membungkuk dan mengecup lama dahi remaja laki-laki itu.

"Cepat la bangun, kita mulai semua nya dari awal hmm.."

Terakhir, ia mengecup lembut punggung tangan Lio yang terbebas dari infus itu.

Letta yang sejak tadi memperhatikan pemandangan dihadapan nya itu pun hanya mampu terdiam.

"Kau sudah makan?"

Kini Leonidas beralih kepada Letta.

"Jangan urus aku, aku bisa mengurus diri sendiri. Seharusnya kau yang memperhatikan diri mu sendiri..."

Leonidas hanya menghela nafas nya, Letta masih belum memaafkan nya.










Holaaaa, dah lama banget ya 😭😭🙏
Maaf banget baru bisa up lagi

Ngga bisa janji, buat ngga ilang - ilangan lagi ✌😭

VARELIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang