Part 34

10.3K 1K 211
                                    

"Anak papa tidur nya nyenyak hari ini?"

Leonidas berucap pelan ke telinga remaja laki-laki itu. Seperti biasa, jarinya ia taut kan pada jari-jari kecil yang tak kunjung bergerak itu.

Menyesal?

Tentu saja, Leonidas menyesal pada perbuatan nya di masa lalu. Dulu sekali dia memang sangat mengharapkan kedua putranya lahir dengan sempurna, namun sayang kelahiran putra kembar nya malah mengulang kembali kisah nya di masa lalu. Dia trauma dengan masa kecil nya, dia tidak ingin mengulang kisah itu kembali.

Lagi dan lagi rasa sesak itu berhasil memojokkan Leonidas. Ia hanya mampu terdiam, menggenggam erat jari jemari Lio dan berulang kali mengucapkan kata maaf.

Ego tinggi yang selama ini membentengi diri nya, pada akhirnya runtuh karena Lio. Leonidas tidak lagi memikirkan apapun, harta, jabatan dan reputasi yang ia miliki kini tak lagi menjadi prioritas pria dewasa itu. Kini ia hanya menginginkan hidup bahagia dengan keluarga kecil nya.

Selama ini ia berfikir bahwa dengan uang ia dapat membeli segala nya, termasuk dengan kebahagiaan. Namun kini ia sadar, kebahagiaan yang selama ini ia rasakan ternyata hanya kebahagiaan semu.

Tidak ada kehangatan dan kebahagian yg nyata dalam keluarga nya. Ia sadar selama ini Letta mungkin terlihat bahagia dengan kemewahan yang ia berikan, namun tak dapat dipungkiri wanita itu tak pernah tersenyum lepas sejak pertama kali ia mendapat kabar bahwa salah satu putranya telah tiada. Ia juga sadar bahwa selama ini ia terlalu mengekang Zio, obsesi nya yang menginginkan memiliki anak yang sempurna tanpa sadar membuat nya gelap mata hingga tak memikirkan kebahagiaan putranya sendiri.

"Maafin papa sayang, jangan hukum papa seperti ini, kasih papa kesempatan untuk memperbaiki semuanya..."

Kali ini ucapan itu dibarengi dengan air mata yang mulai mengalir dari kedua sudut mata Leonidas. Ia tidak peduli jika ada orang lain yang melihat nya menangis, sungguh rasa sesak itu benar-benar menyiksa diri nya.

Tanpa Leonidas sadari, sejak tadi Letta sudah masuk kedalam ruangan itu. Ia datang dengan kantung plastik berisi makanan didalam nya, tadi nya ia hanya meninggalkan ruangan Lio untuk membeli sarapan ke kantin, namun setelah kembali, ia malah menemukan Leonidas yang sedang menangis disamping brankar Lio.

'Ceklek'

Pintu ruangan itu terbuka, baik Letta dan Leonidas sama-sama menoleh ke arah pintu masuk itu, seorang perawat masuk dengan troli yang berisi peralatan untuk memandikan pasien.

"Permisi tuan dan nyonya, sekarang jadwal pasien atas nama Lio untuk dimandikan dulu ya.."

Leonidas mengangguk dan membiarkan perawat itu mempersiapkan peralatan nya.

Pria itu berjalan ke arah sofa tempat dimana Letta sedang duduk.

"Kau sudah lama datang?"

Leonidas bertanya pada Letta, karna ia bahkan tidak mendengar perempuan itu masuk tadi.

"Tidak, aku baru saja masuk.."

Leonidas hanya mengangguk dan kembali mengarahkan pandangan ke arah bed Lio.

Tiba-tiba saja Letta berdiri dan mendekat ke arah bed Lio.

"Boleh aku yang melakukannya?"

"Anda tahu caranya nyonya?"

Letta mengangguk dihadapan perawat itu, dia sudah pernah diajarkan sebelumnya.

"Baik lah, saya akan membantu anda kalau begitu nyonya..."

Perawat itu membiarkan Letta mengambil peralatan mandi itu.

"Anak mama mandi dulu ya sayang..."

Letta mulai mengusap pelan wajah Lio dengan menggunakan waslap khusus. Tangan nya dengan telaten mengusap seluruh tubuh Lio, mulai dari leher hingga ke ujung kaki Lio. Terakhir, ia membaluri olive oil ke seluruh tubuh Lio yang terbebas dari alat-alat yang terpasang ditubuh nya. Setelah itu baru ia kembali memperbaiki kembali selimut yang menutupi tubuh polos Lio.

"Terimakasih.."

Letta tersenyum dan mengembalikan peralatan mandi tersebut, perawat itu balas tersenyum dan keluar dari ruangan Lio.

'Ceklek'

Ruangan itu kembali terbuka, kali ini sosok Darion dan Celia masuk dengan membawa beberapa barang yang mungkin diperlukan oleh Lio.

Darion menatap ke arah Leonidas yang tampak diam di sofa sudut ruangan itu, pria itu tampak termenung dengan penampilan yang tampak berantakan. Sementara Celia datang menghampiri Letta yang duduk disebelah brankar Lio.

"Apa ada perkembangan?"

Letta hanya menggeleng tanpa menoleh ke arah Celia.

Tangan Celia terulur untuk menggenggam sebelah tangan Lio.

"Adek gimana kabarnya hari ini?"

"Bunda udah datang lagi, adek belum mau bangun?"

Celia mencium lembut punggung tangan Lio.

Letta yang mendengar itu sejujur nya merasa cukup sedih ketika mendengar orang lain menyebut kata 'bunda' untuk putranya sendiri, namun ia tidak bisa mengelak fakta bahwa putranya memang dibesarkan oleh orang lain.

Setelahnya hanya ada keheningan diantara mereka semua.

Sampai kemudian Celia mulai merasakan pergerakan kecil dari jari-jari Lio yang ada di genggaman nya.

"Adek..."

Celia sontak bangkit dari posisi nya saat melihat kedua alis milik Lio tampak mengerut.

Darion dan Leonidas yang melihat itu pun mulai mendekat ke arah brankar remaja laki-laki itu.

"Adek..."

Darion memandang khawatir pada Lio yang tampak mulai bergerak dengan alis yang tampak mengerut. sampai kemudian Darion tak mampu lagi untuk membendung senyumnya saat melihat mata jernih itu mulai terbuka.

"Adek.., adek bisa dengar ayah sayang?"

Tak hanya Darion. Celia, Leonidas dan Letta pun tak mampu menyembunyikan rasa bahagia nya melihat mata yang sudah lama terpejam itu akhirnya terbuka.

"Eungh.."

Lio tampak mengerang, pergerakan tangan nya yang lemah tampak berusaha menggapai selang ventilator yang berada di mulutnya.

"Adek kenapa sayang?"
"mulut nya ngga nyaman?"
"Tahan sebentar ya, sebentar lagi dokter datang melepas nya..."

Darion langsung menekan tombol yang ada diatas brankar Lio. Tangan nya tak berhenti menggenggam sebelah tangan Lio.

"Adek, adek lihat ayah.. Tahan sebentar ya sayang, jangan tutup matanya, dokter sebentar lagi datang..."

Berbeda dengan Darion yang fokus pada Lio, perlahan langkah Leonidas mulai mundur dari sana. Ia tak berbohong, ada rasa bahagia yang begitu besar melihat putra nya akhirnya bangun dari tidur panjang nya. Namun Leonidas sadar, kasih sayang Darion untuk Lio mungkin lebih besar dari dirinya sendiri.











Spam NEXT nya disini!!

VARELIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang