Part 32

16.3K 1.3K 207
                                    

Suara decitan brankar dan diiringi dengan langkah kaki yang terdengar ramai itu memenuhi lorong rumah sakit.

"Maaf tuan, biar kan kami melakukan pemeriksaan terlebih dahulu" Salah seorang perawat itu menahan tubuh Darion yang hendak ikut masuk kedalam ruang pemeriksaan.

Pintu ruangan itu tertutup, meninggalkan Darion yang menatap kosong ke arah pintu yang tertutup rapat

Darion tak memperdulikan tatapan dari orang-orang sekitarnya yang memandang nya dengan prihatin. Kemeja putih yang ia gunakan bahkan telah berubah warna menjadi merah pekat akibat darah yang merembes ke lapisan baju nya.

Dia terduduk dengan kepala menunduk, bahkan sampai saat ini kedua tangan nya yang masih bernoda darah Lio itu masih bergetar.

'Drtt'

'Drtt

Ponsel di saku celana nya bergetar.

'Leonidas'

Nama itu muncul dilayar ponsel milik nya. Namun Darion memilih untuk mematikan ponsel nya, tak ada alasan bagi nya untuk menjawab panggilan itu sekarang

********

"Sayatan di pergelangan tangan nya tidak terlalu dalam, beruntung anda segera membawa pasien kemari"

Dokter laki-laki itu memberi penjelasan pada wanita yang menjadi ibu dari pasien remaja laki-laki yang baru saja dia tangani

"Kenapa dia belum sadar?"

"Kami sengaja memberi obat bius kepada pasien untuk mempercepat pemulihan nya, pasien cukup kehilangan banyak darah, beruntung jumlah darah dalam tubuh nya belum melewati batas jumlah darah normal"

Letta hanya diam tak merespon ucapan dokter laki-laki itu, matanya sibuk memperhatikan kondisi putranya yang sangat pucat.

"Apa ada masalah lain selain itu?"

Dokter laki-laki itu kini merubah arah pandangan nya pada sosok pria dewasa yang ia ketahui sebagai ayah dari pasien nya.

"Untuk masalah itu kami belum melakukan pemeriksaan lengkap pada putra anda tu-"

"Lakukan seluruh pemeriksaan lengkap padanya, aku ingin mendengar laporan itu besok"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Leonidas keluar dari ruang rawat Zio.

Tes

Tes

Untuk kesekian kalinya air mata Letta jatuh hanya karna melihat kondisi putranya, dia tidak menyangka Zio akan melakukan hal senekat ini.

"Kenapa kau melakukan ini hm?" Letta berbicara seolah sedang berbicara pada Zio. Tangan nya tak berhenti mengusap wajah Zio.

"Bukankah mama selalu bilang, untuk selalu bercerita jika kau sedang ada masalah?" Air matanya kembali luruh ketika melihat kedua pergelangan tangan Zio yang memiliki banyak bekas goresan disana. Sejak kapan Zio suka melukai dirinya sendiri? Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Letta berfikir bahwa dia gagal menjadi seorang ibu untuk Zio.

"Cepatlah bangun.."

"Bukankah kau ingin menjemput adik mu?"

"Kau tidak akan kesepian lagi sekarang..."

Letta mengucapkan itu sambil tersenyum, tangan nya menggenggam sebelah tangan Zio, dan mengecup nya dengan lembut.

Namun tak dapat dipungkiri, Letta juga merasakan ketakutan yang luar biasa di hati nya. Bukan, ini bukan tentang Zio, tapi hal lain yang mampu membuat dadanya merasa sesak saat ini juga.

********

Berulang kali Leonidas menghubungi nomor tak dikenal yang ia yakini itu adalah nomor milik Dave, namun panggilan itu tak berbalas, bahkan nomor nya sudah tidak aktif.

Hingga akhirnya Leonidas mengetikkan nama seseorang dan kembali mengangkat ponsel itu ke telinga nya.

Panggilan itu terhubung, namun tak ada balasan dari seberang. Tak dapat dipungkiri ada kegelisahan yang muncul dari hatinya.

Hingga akhirnya Leonidas memilih untuk menyimpan kembali ponsel nya.

"T-tuan.."

Langkah Leonidas terhenti ketika sosok pria yang menjadi asisten pribadi nya itu memanggil nya dengan gugup.

"Saya baru saja melihat sekertaris Rion berada di ruang gawat darurat tuan.."

Deg

Perasaan Leonidas semakin tak menentu, fikiran-fikiran buruk mulai bermunculan di fikirannya. Ia langsung berjalan dengan cepat melewati lorong panjang rumah sakit itu.

Hingga pandangan nya tertuju pada sosok pria yang tampak terduduk dengan kepala menunduk di kursi depan ruangan gawat darurat itu.

Itu Darion yang terduduk dengan kondisi yang memprihatinkan. Baju yang ia gunakan bahkan telah dipenuhi oleh darah yang hampir mengering. Degup jantung Leonidas berdetak lebih kencang, darah siapa yang memenuhi baju Darion

"Dimana Lio?"

Darion tersentak ketika mendengar pertanyaan itu ditujukan padanya. Padangan nya beralih menatap sosok pria yang kini tepat dihadapannya.

Darion tak merespon apa-apa, tatapan pria itu kosong seolah berputus asa.

"Katakan dimana Lio?!" Leonidas menyentak dan menarik kasar kerah baju yang dipakai oleh Darion.

Namun lagi-lagi Darion hanya menatap kosong kearah Leonidas

Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian dua pria dewasa disana.

Darion dengan cepat berjalan ke arah pintu itu

"Bagaimana keadaanya?" Dengan menyesak Darion bertanya pada dokter paruh baya itu

"Orangtua dari Lio?"

"Saya ayah nya.."

Darion langsung menjawab pertanyaan dari dokter itu.

"Pasien kehilangan banyak darah sehingga membutuhkan tranfusi darah yang banyak, dan persedian dari rumah sakit dengan golongan darah yang sama dengan pasien tidak mencukupi.

"Ambil darah saya.."

"Apa anda memiliki golongan darah AB-?"

Darion terdiam sesaat.

"Golongan darah saya A+"

Dokter laki-laki itu mengeryit mendengar jawaban dari pria dihadapannya.

'Ceklek'

Pintu ruangan itu kembali terbuka.

"Dokter, pasien kembali pendarahan..."

Mendengar hal itu membuat ketakutan Darion kembali bertambah. Dia segera berbalik menghadap ke arah Leonidas yang sejak tadi hanya diam tak ber ekspresi apa-apa.

"Berikan darah mu pada Lio!"

Darion mencengkram kuat kerah Leonidas.

Namun Leonidas hanya diam menatap ke arah Darion. Matanya beralih menatap pada dokter dan perawat yang memandang ke arah  mereka.

"Berikan darah mu brengsek!!"

Emosi Darion kembali naik ketika Leonidas bahkan tak merespon nya sama sekali. Putranya sedang sekarat didalam, dan membutuhkan darah segera, namun pria dihadapannya ini hanya diam seolah tak mempedulikannya.

Kedua mata Darion mulai kembali basah, cengkraman ditangan nya mulai melemah.

'Bruk'

Darion menjatuhkan dirinya dan berlutut dihadapan Leonidas.

"Bukankah dia darah daging mu sendiri?"

"Kumohon berikan darah mu pada Lio..."

Kepala nya menunduk, dia menjatuhkan harga dirinya dihadapan Leonidas.


"Dengan satu syarat"







NEXT?

VARELIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang