1

4K 347 44
                                    

Siang tadi hujan turun deras, menyisakan jalan becek dan beberapa genangan air. Kaki itu melangkah dengan pelan, berhati - hati agar tidak terciprat air. Lampu jalan berkedip. Angin menghembus bau hujan yang menenangkan. Pemuda itu merapatkan jaketnya, menyusuri jalan untuk pulang.

Mobil berlalu lalang, juga ada beberapa café di sudut jalan. Nelayan yang mendayung, orang - orang berjalan kaki. Beberapa bercenkrama, beberapa lainnya memesan taxi untuk pulang. Sore hari yang sibuk di Kota Yunmeng.

Banyak hal yang ia lihat, namun ia tidak berminat sedikitpun sampai akhirnya iris hazelnya menangkap sebuah toko tua di sebrang jalan. Bangunan yang antik, masih memakai kayu, sangat sederhana dibandingkan bangunan sekitarnya yang sudah memakai batu bata dan semen. Meskipun sederhana tapi itu tidak mengurangi nilai keindahannya di tengah hiruk pikuk kota.

Tanpa berfikir dua kali, pemuda itu melangkah menyebrangi jalan. Dengan kaki jenjangnya, tidak butuh waktu lama untuk sampai di depan toko itu. Cahaya matahari sore terpantul di jendela, menambah daya bangunan kayu itu. Pemuda itu menaiki anak tangga dan melangkah untuk masuk ke dalam.

Krining.. !!

Bunyi lonceng yang terdengar ketika ia membuka pintu. Klasik. Pupil matanya melebar melihat barang - barang antik di dalamnya. Ia tidak menahan diri, menghampiri barang satu persatu. Mengamati lalu terkagum - kagum.

"Selamat sore nak," pria paruh baya menyapanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat sore nak," pria paruh baya menyapanya. Ialah sang pemilik toko. Memakai kemeja kotak - kotak, ikat pinggang, dan celana gelap.

"Sore," pemuda itu tersenyum dan menyapa balik.

"Apa kau menemukan barang yang butuhkan?"

"Belum, apa anda bisa merekomendasikan sesuatu?"

Pria itu tersenyum melihat kesopanan dan mata berbinar sang pemuda. Ia mengangguk dan membawa si pemuda ke salah satu kotak kaca yang terletak di tengah ruangan. Kotak kaca itu tebal, melindungi sebuah telepon rumah di dalamnya. Telepon lama, dengan kabel dan piringan yang harus diputar untuk menulis nomor.

"Huhh? Untuk apa ini?" pemuda itu mendengus tidak tertarik.

"Tentu saja untuk menelpon, nak" pria pemilik toko itu terkekeh membuat si pemuda mencebikkan bibirnya.

"Baiklah kuambil itu!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pemuda itu sudah sampai di apartemennya. Selain ransel di punggung, tangannya juga membawa kotak kaca berisi telepon yang tadi ia beli di toko itu. Mengapa aku jadi beli barang tidak berguna ini? Batinnya meringis.

"Xiao Zhan!"

Pemuda itu, Xiao Zhan, menoleh ke asal suara yang memanggil namanya. Itu Zhuocheng dan kakak perempuannya, Xuan Lu yang baru juga pulang. Mereka bertetangga dan apartemennya bersebelahan.

Telepon, Aku, Dan Kamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang