12

1.5K 244 78
                                    

(Disini jam tempat Yibo dan Xiao Zhan sama ya, yang beda hanyalah tahun mereka, jadi sekalipun mereka ada di tempat dan jam yang sama, mereka tidak bertemu)
.
.
.
.

Xiao Zhan meneguk ludahnya susah payah. Nama yang tertera di handphonenya terpampang dengan jelas. Tanpa kesalahan sedikitpun.

Wang Yibo? Bocah polos nakal itu membantai satu desanya sendirian? Di pagi-pagi buta?

"Dia pasti memiliki alasannya sendiri.." lirih Xiao Zhan. Yibo adalah kekasihnya, jadi ia harus yakin dan percaya dengan Yibo-nya. Apalagi teringat dengan kisah yang Zhuocheng ceritakan, Xiao Zhan percaya Yibo memiliki alasan dibalik pembantaiannya.

Jemari Xiao Zhan berhenti pada salah satu foto dokumentasi saat tragedi di tempat kerjadian. Beberapa warga, polisi, dan mobil-mobil ambulance terpotret disana. Namun ada satu yang menarik perhatiannya.

Pria paruh baya. Memakai kemeja kotak - kotak, ikat pinggang, dan celana gelap.

"Pemilik toko antik itu!"

Xiao Zhan mendownload foto itu dan memperbesarnya untuk memastikan matanya tidak salah lihat. Ia nyaris tidak percaya. Muka seseorang di foto tragedi itu mirip dengan pemilik toko antik tempatnya membeli telepon tua itu! Hanya saja lebih muda.

Bukankah tidak ada yang selamat dari tragedi itu?

"Apa kau menemukan barang yang butuhkan?"

"Belum, apa anda bisa merekomendasikan sesuatu?"

Pria itu tersenyum melihat kesopanan dan mata berbinar sang pemuda. Ia mengangguk dan membawa si pemuda ke salah satu kotak kaca yang terletak di tengah ruangan. Kotak kaca itu tebal, melindungi sebuah telepon rumah di dalamnya. Telepon lama, dengan kabel dan piringan yang harus diputar untuk menulis nomor.

"Huhh? Untuk apa ini?" pemuda itu mendengus tidak tertarik.

"Tentu saja untuk menelpon, nak" pria pemilik toko itu terkekeh membuat si pemuda mencebikkan bibirnya.

"Baiklah kuambil itu!"

Kening Xiao Zhan berkedut, "Kau dapat merekomendasi barang se indah ini, tapi kenapa kau merekomendasi ku sebuah telepon rumah?"

Sang pemilik toko itu hanya tersenyum, tidak menjawab. Ia menunjuk arlojinya. Xiao Zhan menatapnya aneh, lalu melirik ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam 5.15.

Xiao Zhan terdiam. Kemana saja ia selama ini? Alasan sebenarnya kedua insan yang tidak seharusnya bertemu. Alasan itu. Alasan yang ia cari-cari. Yang ia pikirkan tiap hari. Yang ia khawatirkan setiap waktu. Yang tidak bisa ia temukan jawaban penyelesaiannya.

Setiap jawaban dari pertanyaan, akan selalu dari tempat asalnya. Selalu dari sumbernya.

Toko antik itu!

Xiao Zhan bergegas. Bahkan ia tidak mengganti bajunya. Ia memasukkan semua pecahan telepon tua itu ke dalam tas miliknya dan ia lari keluar. Ia tidak bisa membuang banyak waktu! Ia harus pergi ke toko antik itu!

.
.
.
.
.
.
.

"Jika semua orang mati, aku tetap bisa mencintainya bukan?"

Suara rendah Yibo, mengisi tiap celah di ruangan temaram itu. Papa Yibo berhenti berteriak. Cahaya lilin yang redup membuatnya susah melihat ekspresi Yibo di dalam sana.

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak akan berakhir sepertimu, papa"

Yibo perlahan berdiri dan tersenyum tipis. Ia berjalan menghampiri papanya. Matanya berkilat. Ia menatap papanya. Ia tidak bisa terus terdiam, tidak tahu apa-apa dan hanya menerima. Ia memutuskan bahwa hari ini, ia akan bangkit dan melawan.

Telepon, Aku, Dan Kamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang