🍋Lemonade🍋"Kau ditangkap!"
Joy menunjukan selembar kertas penangkapan sedang Jisoo mengeluarkan borgol dari dalam blazernya.
"Hei kalian tidak bisa begitu, aku akan tuntut kalian semua."
"Bicaralah di kantor," ucap Jisoo tenang sambil memborgol tangan orang yang telah menjadi incaranya.
"Kalian semua ikut kami ke kantor!" kata pria berkulit susu dan rekanya yang membawa target mereka memasuki mobil Cuda.
"Joy, kau bawa mobilku." Jisoo melemparkan kunci mobilnya pada rekannya yang di tangkap dengan sigap oleh gadis cantik bertubuh molek itu.
"Aku akan pastikan mereka tidak ada yang kabur."
Joy melihat sekilas Jisoo yang berjalan mendekati gerombolan pemuda dengan berbagai macam motor sport mahal disekitarnya, sepertinya mereka anak-anak orang kaya yang kelewat dimanja orang tuanya.
"Kalian semua ikut ke kantor."
Suara seksi itu mampu membuat Jaehyun menghentikan aksinya menghajar adik kandungnya, kepalanya menoleh dan mendapati paha mulus Jisoo tepat di depan wajahnya. Dia mendongak berniat melihat wajah cantik gadis polkadot itu tapi matanya berhenti tidak pada tempatnya.
"Putih...polos."
Jaehyun langsung teringat pengalaman pertamanya melihat vidio porno ketika berumur lima belas tahun, pemeran wanitanya memakai celana dalam bewarna putih polos.
Plakk!
"Dasar brengsek mesum," kata Jisoo kesal, tanganya meraih lengan Jaehyun, menarik pemuda itu untuk berdiri kemudian menyeretnya menuju motor.
Sedang Jaehyun hanya mengikuti gadis polkadot itu membawanya pergi, masih memasang wajah datar andalanya, mengabaikan teman-temanya yang menertawakanya, sepertinya mereka semua senang melihatnya menderita.
"Ikuti mereka!"
Jaehyun hanya mengangguk, mengambil helmnya dan memakaikanya pada Jisoo, kemudian naik ke atas motornya, berusaha menulikan telinganya dari ejekan teman-temannya.
"Hei kalian semua ikuti kami jangan ada yang mencoba kabur!" teriak Jisoo memeringati, dia tersenyum manis melihat decakan dan gerutuan protes dari teman-teman Jaehyun.
"Go!"
Jaehyun menjalankan motornya mengikuti mobil porsche putih di depannya, teman-temannya mengikutinya dari belakang.
"Kau tidak mencari dompetmu?" Jisoo membuka pembicaraan, menunggu si datar ini bicara lebih dulu lebih melelahkan dari pada mengejar kawanan penjahat.
"Aku menunggu teleponmu."
"Hah??"
"Dimana kantormu?"
"Distrik 3."
"Pegangan," kata Jaehyun pelan lalu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, jalanan malam yang legang menggelitik naluri tukang balapnya untuk menaklukan jalanan.
"Hei kau tak berniat membawaku kabur kan?"
"Kau akan menyukainya."
Jaehyun tersenyum, menikmati angin malam yang menampar wajah tampannya. Jalanan sangat sepi seolah memang dibuat hanya untuk mereka berdua--yang lain numpang. Senyuman kembali terukir di wajah flatnya saat mendengar jeritan Jisoo.
"Wow, kau gila, bolehkah aku berdiri?" teriak Jisoo exited, dia merentangkan kedua tangannya, seperti burung yang hendak terbang.
"Hei kau..." suara Jaehyun tertahan di kerongkongan saat merasakan tangan Jisoo sudah mengalung di lehernya, gadis itu sudah berdiri dengan memeluknya.