By Past

478 79 49
                                    


🍋Lemonade🍋

"Kau mau jadi pacarku?"

"Apa?"

"Aku perlu seseorang yang bisa memotivasiku untuk mencapai kesuksesan, aku rasa kau adalah orang yang tepat."

"Kau gila!"

Jaehyun ditolak lagi gaes, pria bermanik coklat gelap itu mengedarkan pandanganya kesegala arah.

"Apa ada yang salah?" tanya Jaehyun enteng, tangannya meraih remote control kemudian menghidupkan televisi.

Jisoo menahan dirinya untuk tidak memukul kepala Jaehyun, "Tentu saja kau salah besar Tuan-sok-keren, mana mungkin kau meminta seorang gadis menjadi pacarmu dengan alasan seperti itu?" Nada suara Jisoo meninggi, dia benar-benar tak habis pikir dengan permintaan konyol pemuda yang berbaring di sampingnya ini.

"Ayolah, aku tau kau bukan gadis kuno yang mendewakan cinta," ucap Jaehyun santai, menyibak selimutnya kemudian duduk menghadap Jisoo.

Jisoo membuang mukanya, semburat tipis menghiasi pipi mulusnya, "Ibuku bilang hubungan seorang laki-laki dan perempuan harus dilandasi cinta," ujar gadis cantik itu pelan.

"Apa ibumu juga mengatakan kau harus menikah dengan orang yang kau cintai?" tanya Jaehyun dengan nada mengejek, "naif sekali."

Jisoo menatap Jaehyun tajam, kilatan amarah terpancar jelas dari manik arang gadis berambut ikal itu, dengan cepat dia bangkit dari posisinya dan berjalan tergesa menuju pintu keluar.

Jaehyun mengembuskan napasnya kasar segera berlari demi menghadang Jisoo, dia tak mungkin membiarkan kesalah pahaman terjadi diantara mereka lebih dari ini.

"Oke, aku salah, aku minta maaf." Jaehyun mengenggam tangan Jisoo, mengunci pergerakan gadis itu dengan menatap sepasang mata indah cerminan langit malam di depannya, hanya pada mata Jisoo-lah dia ingin bertamu dan memandangnya tanpa jemu.

"Aku jatuh cinta padamu," ungkap Jaehyun jujur, dia dapat melihat kedua kelereng Jisoo membulat, "cinta berlari terlalu cepat tanpa bisa ku kendalikan," lanjutnya dengan mengalihkan tatapanya pada lazuardi kekuningan yang mulai berganti warna.

Sekali-pun Jung Jaehyun tidak pernah menyangka, dia bisa mencintai seseorang dengan jiwa, selama ini dia mendapatkan segalanya. Nama besar Jung di depan namanya membuat dunia seolah memeluknya dengan kesuksesan.

Seorang Jung memiliki kehormatan tinggi, harga dirinya setara 10 matahari dan 10 purnama tapi cinta seolah menamparnya sangat keras, siapa yang menyangka dia akan jatuh cinta dengan  gadis yang terlihat tidak tertarik padanya, harapanya untuk dapat menggapai Jisoo seolah menguap bersama embun yang menempel di kaca kamar apartemennya setelah tertimpa cahaya matahari, ekspektasi memang menyakitkan.

Bola mata Jisoo masih membelalak, ini terlalu mendadak meski nyatanya dia merasakan sesuatu yang hangat membanjiri dadanya, perasaan menyenangkan yang entah apa namanya dan demi apapun, dia tak tau apa sebabnya.

"Tapi kenapa..?"

Jaehyun kembali menenggelamkan dirinya pada sepasang langit malam tanpa bintang di hadapanya, bibirnya mengukir sebuah senyuman tulus yang membuat Jisoo membatu, "Segala sesuatu yang jatuh pasti ada sebabnya... kecuali cinta," jawabnya datar kembali memasang wajah flat andalanya.

Jisoo kehilangan suaranya dan memilih untuk menatap coklat lembut Jung Jaehyun, pipinya memanas, perkataan pria dihadapanya membuat kinerja organnya tak terkendali, jantungnya memompa darah hingga naik ke wajahnya, meski sedang tak bercermin dia yakin pipinya memerah sekarang.

"Kau terlihat berbeda jika sedang malu," goda Jaehyun masih dengan wajah papannya, yang membuat Jisoo gemas ingin menghajar  pria miskin ekspresi itu.

"Tidak perlu kau jawab sekarang," ucap Jaehyun tenang sambil membuka pintu apartemenya, "jika bukan ini waktunya, jika aku belum pantas untukmu dan jika kau belum siap menerimaku, aku bersedia menunggu."

Jisoo mengikuti langkah pemuda di depanya dengan pandangan takjub, dia cukup terkejut dengan sosok lain seorang Jung Jaehyun yang beberapa waktu lalu dikenalnya, entah untuk alasan apa dia menjadi penasaran.

"Sekuat apapun kau menolak, jika aku adalah takdirmu, jarak pasti terurai, sesuatu akan mendekatkan kita. Sedekat jantung dan detakannya," ucap Jaehyun menghentikan langkahnya sambil tersenyum tanpa menoleh kebelakang.

Jisoo juga berhenti satu jengkal dibelakang Jaehyun, menatap punggung kokoh pemuda yang belum lama mengisi hari-harinya. Lagi-lagi ucapan Jaehyun menohok hatinya, demi Tuhan, kenapa dia merasa bahagia sekarang?

"Kenapa kau mau menunggu?" tanya Jisoo lirih, dia masih penasaran dengan sisi lain Jung Jaehyun juga perasaan membuncah dihatinya yang tidak bisa dikendalikan.

"Itu salaj satu caraku mencintaimu," jawab Jaehyun telak yang membuat wajah Jisoo memerah seketika, pria tampan itu tersenyum kecil masih memunggungi Jisoo.

Hening..

"Hei, kenapa tak cepat masuk? Bukankah ini kamarmu?" tanya Jaehyun dingin, mengarahkan dagunya pada kamar di sampingnya.

Jisoo menatap pintu kamar yang ditunjuk oleh Jaehyun, dahinya berkerut. Benar juga, bagaimana aku tak menyadarinya

"Aku sedang menunggumu menyerah, pria brengsek mesum sepertimu sama sekali bukan tipeku. Yah... meski hari ini kau memperlihatkan dirimu yang berbeda tapi aku tak akan tertipu, aku ini bukan gadis biasa yang bisa kau dapatkan dengan mudah," kata Jisoo meremehkan sambil mengibaskan tanganya membuat gesture mengusir Jung Jaehyun.

"Jika kau menungguku untuk menyerah, kau akan menunggu selamanya,*" ucap Jaehyun santai, tangan kanannya  dimasukan ke dalam kantong celananya. "Aku tak akan pernah menyerah, merah," lanjutnya tak acuh sambil melangkahkan kakinya perlahan.

Krik...

Krik...

Krik...

"Brengsek!!" Jisoo menggeram kesal menyadari satu hal, pria kurang ajar  itu baru saja menyebutkan warna bra dan celana dalamnya, oh sial apakah semalam dia mengintipnya lagi?

"Aku tak akan pernah berubah pikiran, dasar sialan brengsek mesum, kau itu jauh dari kriteria ideal pria idamanku!" teriak Jisoo kesal sambil berlalu cepat masuk ke kamarnya.

Brakk!

Jaehyun menatap pintu yang tertutup di depanya dengan pandangan yang sulit diartikan, siapapun yang melihatnya tidak akan mengerti apa nama ekspresi yang mendominasi wajah Jung Jaehyun saat ini tapi semua orang pasti bisa melihat rasa sakit dalam sorot matanya.

"Hah... perasaan memuakkan macam apa ini?" desahnya pelan sambil melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Jisoo.

END

* kata kata itu diambil dari sebuah anime terkenal

Thank udah ikutin cerita ini sampai akhir 😅 aku yakin kalian gak menyangka cerita ini akan selesai secepat ini 😂

LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang