0.11

21 20 11
                                    



Kutip tuntas terus ya semua patrnya, vote dan komen kalian adalah cara kalian dukung cerita kuu. Makasih banget udah dukung.






"Akan kah duniaku harus bersandiwara,
Hanya untuk menutupi luka lara,
bukankah sungguh tak adil bagi yang tak berdaya"

....Aurora Ayisanda...




.....

Inihkah jawaban yang dimaksud tuhan atas doaku mengait syarat apa saja agar hidup bersama sebuah keluarga.

Hati ku terombang ambing semuanya begitu rumit. Andai jalanku ini labirin, mungkin butuh waktu lama aku sampai pada finishnya.

Waktu pulangku sudah melapaui batas. Hujan datang secara tak diundang malam ini

Menerobos ribuan titik air hujan membuat ku terpaksa berhenti dan mangkal di posko terdekat yang dekatnya di area perumahan taman itu, tubuhku gemetar sangking tidak tahannya merasakan dinginnya air hujan malam ini.

Ku parkir motorku di depan posko itu dan bergegas lari menujunya.

Sendari menunggu hujan tak luput aku berbincang bincang pada pak sapam yang menjaga posko, "neng dari mana atuh bisa basa kuyup begini?" Tanyanya padaku.

"Mampir ke taman deket sungai kecil di perumahan ini pak" jawabku sambil memeluk tubuhku yang gemetar.

"Ohh.. " ujarnya menggantungkan pembicaraan " yang deket mana atuh?" Ujarnya lagi. Aku meringis mendengarnya kukira ia sudah tahu dengan ber"O"ria.

"Kurang lebih 100m dari sini pak"ujarku sopan.

Iya menganguk nganggukan kepalanya pertanda mengerti "Ohhhh disitu, setahu saya ya neng taman deket sungai itu sengaja dibuat sama pemiliknya"

Aku mengerukan dahi mendengar hal itu. "Pemerintah?" Ujarku.

Ia berdecak kesal nendengar pernyataanku "Aya aya waeh neng, bukan atuhh!! Orang komplek ini pastinya neng, masa pemerintah! " ujarnya sambil menepuk jidat.

"Ohh heheh bercanda ih pak baperan amat "ucapku sambil cengengesan.

Iya menyuguhi kopi panas padaku. "di minum neng, angetin dulu badannya kalo sakit gimana? Abis itu sok baru pulang".ujarnya sambil tersenyum dan menunjukan jempolnya padaku.

Aku menerima secangkir kopi itu dengan senang "Em.. ya ampun pak makasih banget, maaf ni jadi ngerepotin pak" ucapku terimah kasih.

"Iya atuh neng"

Menyeruput kopi hangat itu sambil mengamati jalanan yang masih di banjiri air hujan membuatku termerenung. Tak ada tanda tanda ujan akan meredah saat itu.

Ni ujan betah banget, ga nyuru gue pulang apa!*Batinku.

Kelang beberapa saat satu mobil putih menerobos masuk di perkarangan perumahan itu, air hujan yang bergelinangan di depan poskoku membuat sebuah cipratan hebat menyiram tubuhku.

Splash.. splash.. itu seakan memandikanku.

Geram, wajahku memerah melonjak tinggi menjadi marah.

"WOI SETAN ga punya mata atau gimana loo! Ni orang kayaknya katarak deeh" Teriakku dengan tak memerdulikan siapa saja yang ada di mobil itu.

"Anjing lu berhenti ga sekarang" ujarku lagi sambil menghadang mobilnya tanpa rasa takut.

Ia keluar dan berdiri di depanku. Yap kami berdua sama sama basah sekarang.

DESTINESIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang