[ • s a m u d e r a p e r m a t a • ]
Seperti yang dikatakan Radit, malam ini AidaㅡNenek Radit dan Bagas datang ke rumah.
Disana ada Bram, Sonya, Radit, Bagas dan Aida sedang duduk diruang tamu, berbagai macam camilan dihidangkan untuk menjamu Aida.
Bagas dan Radit tidak tau alasan mengapa neneknya meminta semua berkumpul malam ini.
"Mamah tau kalian pasti bingung kenapa mamah meminta kalian semua berkumpul malam ini" Ujar Aida membuka pembicaraan.
"Umur mamah sekarang sudah menginjak kepala 6. Mamah ga mungkin mengelola panti asuhan keluarga lagi diumur yang segini, mamah sudah ga mampu. Jadi, mamah memutsukan Sonya untuk mengelola Panti Asuhan Pratama" Aida menjelaskan alasan mengapa dia mengumpulkan mereka disini.
Kaget? Jelas, semua orang yang ada diruangan jelas kaget.
Bram yang keberatan dengan keputusan Aida pun membantah.
"Loh, Mah! Kok mamah gitu, Panti itu milik keluarga kita, keluarga Pratama. Panti itu didirikan udah lama banget, loh. Dia orang baru yang tiba-tiba dateng ke keluarga Pratama dan mamah dengan gampangnya serahin panti itu ke dia?"
"Bram, mamah ga serahin Panti itu ke Sonya, mamah cuma minta Sonya buat mengelola Panti itu. Kalau kamu yang kelola juga mamah ga mau. Kamu sudah disibukkan dengan urusan kantor dan mamah mau kamu fokus dengan kantor saja. Keputusan mamah ini yang terbaik. Mamah sudah memikirkan ini dari jauh-jauh hari"
Radit sosok yang membenci Sonya dan Bagas juga membantah Aida.
"Nek, mereka itu orang asing loh. Nenek ga takut?"
"Radit! Kamu yang sopan ya! Sonya itu juga mamah kamu!" Aida sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Tapi mamah Radit itu udah meninggal 17 tahun yang lalu, Nek."
Hening, semua orang disana bungkam mendengar perkataan Radit.
Sonya sadar diri, dia juga tau kalau dia ini orang baru di keluarga Pratama. Dia juga agak berat menerima keputusan dari mertuanya itu.
"Mah, apa yang mereka bilang ada benarnya. Aku juga takut kalau nanti aku ga bisa ngurus Panti dengan benar. Gimana kalau Mas Bram aja yang mengurus panti?"
"Udah lah, Nek. Biar ayah aja yang urus panti, lagian juga ayah lebih berpengalaman" Ujar Radit menambahi.
"Keputusan ini sudah bulat. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat keputusan ini. Hari ini dan jam ini secara resmi saya Aida Alinka Pratama memutuskan Sonya untuk mengelola Panti Asuhan Pratama"
"Dan untuk kepemilikan Panti itu masih tetap milik saya"
Semua orang terdiam. Tidak ada yang bisa mereka katakan lagi, Aida menang.
"Sudah malam, mamah pulang dulu ya Sonya, Bram. Bagas, Radit nenek pulang ya sayang"
Satu persatu dari mereka salim pada Aida. Aida mencium puncak kepala Bagas, hanya Bagas. Radit yang melihat itu kesal setengah mati.Entah sengaja atau lupa Radit tidak tau.
"Ingat Sonya, kelola panti itu dengan baik. Kalau ada masalah dengan Panti cepat kasih tau aku, aku akan coba bantu urus. Aku ngelakuin ini biar mamah ga kecewa dengan keputusannya itu" Bram memperingati Sonya yang malah sedang enak memakan camilan yang dimeja.
"Aku juga tau kali mas"
"Bagus deh" Bram beranjak dari ruang tamu menuju ruang kerjanya.
Disana tersisa Sonya, Bagas dan Radit. Kini Radit pun ikut beranjak dari duduknya, pergi meninggalkan Sonya yang bermain Hp dan Bagas yang sedang memangku toples camilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudera Permata
Teen Fiction[ Follow dulu yuk sebelum baca ] ❝Hidup itu sederhana, Gas. Kita yang membuatnya sulit.❞ - Narasi Putri Permata. ❝Aku akan selalu mencoba untuk mengubah kemalangan menjadi kesempatan, Ra.❞ - Bagaskara Samudera Pratama. ©Copy Right By Liayace started...