[ • s a m u d e r a p e r m a t a • ]
Kring kring
Bunyi bel yang nyaring menandakan pelajaran hari itu telah usai.
Awan gelap menyelimuti langit sore, pertanda hujan akan segera turun. Dan benar saja, saat Bagas menuju halte bus hujan turun begitu derasnya. Dahan pohon yang rindang kini basah terguyur air hujan.
"Ahh sial gue lupa bawa payung lagi." Ujar Bagas dengan sedikit kesal.
Sembari menunggu bus datang, Bagas duduk di kursi halte paling pojok. Tak lama kemudian datang seorang perempuan yang berlari tergesa-gesa menuju halte dengan seragam yg basah kuyup.
Perempuan itu duduk di samping Bagas. Bagas sedikit melirik wanita itu.
"Nara"
"Bukannya Nara itu perempuan yang tadi pagi nabrak gue, ya. Baru ngeh gue" ujar Bagas dalam hati.
Suasana yang begitu hening hanya terdengar rintikan air hujan dan suara bising kendaraan yang melintas.
Setelah 5 menit menunggu, akhirnya bus datang. Bagas dan Nara bergegas memasuki bus tersebut.
Mereka duduk agak berjauhan. Dengan kondisi badan yang kedinginan karena baju yang dikenakan sedikit basah karena air hujan.
Bagas mengeluarkan jaket yang ada di dalam tas dan mengenakannya.
Selang beberapa menit bus pun berhenti di sebuah halte. Nara sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya, ternyata yg dicari adalah uang untuk membayar ongkos bus.
Karena tergesa-gesa sebuah kalung dengan liontin berwarna putih jatuh di lantai bus. Bagas yg melihat kalung Nara jatuh langsung bangun dari tempat duduknya dan berniat untuk mengemblikannya.
"Ra.. Nara.. kalung lo jatuh" teriak Bagas.
Ah sial Bagas sepertinya lupa kalau Nara tidak dapat mendengar suara Bagas. Bagas berniat untuk mengejar Nara.
Tapi karena bus mulai berjalan untuk menuju tujuan selanjutnya, akhirnya Bagas mengurungkan niatnya. Dia akan mengembalikannya esok hari saja.
Hujan pun mulai sedikit reda. Sepanjang jalan Bagas memandangi kalung milik Nara itu. Terbesit wajah Nara di pikirannya.
"Ah ngapain gue mikirin dia, sih" sadar dengan apa yang dia pikirkan Bagas menyimpan kalung tersebut ke dalam tasnya.
Setelah beberapa saat bus terhenti di halte dekat rumah Bagas. Ia pun langsung bergegas turun dari bus. Semampainya di depan rumah, Bagas teringat kejadian pagi tadi yang menyesakkan hatinya.
Ceklek
Pintu rumah terbuka. Melihat keadaan rumah yang begitu sepi karena orang tua yang belum pulang, Bagas langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak lama kemudian terdengar suara gaduh di dapur. Rupanya Radit baru bangun dari tidurnya dan mencari makanan.
Saat Radit membuka tudung saji yang ada di meja, tak ada makanan sedikitpun. Sontak dia menendang kursi kayu yang ada di sebelahnya.
Brakk
"Sialan ngga ada makanan lagi. Woy, Gas! mana nih makanan!" teriak Radit. Melihat Bagas yang baru saja masuk kedalam rumah.
"kenapa bang?"
Brakk
Radit memukul meja yang ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudera Permata
Fiksi Remaja[ Follow dulu yuk sebelum baca ] ❝Hidup itu sederhana, Gas. Kita yang membuatnya sulit.❞ - Narasi Putri Permata. ❝Aku akan selalu mencoba untuk mengubah kemalangan menjadi kesempatan, Ra.❞ - Bagaskara Samudera Pratama. ©Copy Right By Liayace started...