Empat puluh satu

1.4K 71 9
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..
____________________

Kehilangan terberat dalam hidup adalah kehilangan seseorang yang lebih dulu Allah panggil

💎Zalfa Najla💎

_______
Pagi hari yang biasanya harus sudah sibuk kesana kemari.Tapi hari ini tidak berlaku bagi Zalfa.Karena ia masih berada di pondok ustadz Yusuf.

Sisa acara semalam masih berantakan,belum sepenuhnya di bereskan.Jadilah Zalfa kembali turun tangan membantu membersihkan halaman pondok.

"Mbak Alfa hari ini jadi pulangnya?"

"Gak tau juga Da,gimana jemputannya aja"ujar Zalfa.Hari ini ia memang berniat pulang dulu kerumahnya.

"Yaudah kalau mau pulang pamit dulu sama kita kita ya!"pesan Fida.

"Mbak!!"

Zalfa menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya.Ternyata Lia sudah berdiri di belakangnya.

"Kenapa Li?Kok lari lari"

"Kemarin kan mbak bilangnya hari ini mau pulang.Kalau mau pulang mbak harus mandi dulu.Sana gih gantiin antrian aku mandi!Males mandi,belum selesai bersih bersih"cerocos Lia.

"Yaudah mbak gantiin,kamar mandi yang mana?"

Lia bersorak gembira."Kamar mandi nomer 2 ya mbak!"

Zalfa hanya bergumam sebagai jawaban.Kemudian ia pergi ke kamar Lia untuk mengambil baju.

Zalfa memang sudah membawa baju dan beberapa barangnya untuk pulang. Sudah ijin juga dengan gusnya kalau hari ini ia langsung pulang.

Saat Zalfa sudah ada di kamar mandi.Ternyata ada beberapa orang yang malah sibuk nyuci dan mandi,bukannya membantu yang lain bersih bersih.

Sebelum masuk ke kamar mandi,Zalfa tak sengaja berpapasan dengan Hilda."Gak nyangka ya,yang aku kira gak ngikut ngebully ternyata dia penyebab aku di bully"bisiknya tepat di dekat telinga Hilda.

Wajah Hilda terlihat cukup kaget,sebelum akhirnya menyeringai. "Masih mau nyalahin orang?Padahal hal kaya gitu emang salah"

"Emang iya salah,tapi bisakan tunjukan jati diri kamu yang sebenarnya!Gak usah pura pura jadi pembela,jika pada nyatanya ingin mendorong"

"Kenapa?Takut reputasinya hancur.Kenapa waktu itu gak ngebela diri,kalau emang iya gak salah"Hilda tersenyum meremehkan.

Zalfa tersenyum miring menatap Hilda yang ada di sampingnya."Gimana perasaannya ya,kalau aku ngadu ke ustadzah Merisa.Ada santri putri yang diam diam ketemuan sama santri putra di dekat kebun pembatas santri putra dan santri putri"

Tubuh Hilda menegang mendengar ucapan Zalfa."Kamu tau,kenapa aku gak sampe laporin itu?"tanya Zalfa.

"Karena aku tau kalian gak ngapa ngapain,cuma ngobrol biasa.Tapi kalau di aduin itu tetep jadi kesalahan"lanjut Zalfa penuh penekanan.

" Tanpa aku duga,ternyata orang yang aku selamatkan dari hukuman justru mendorongku untuk di hukum.Hebat ya!"sinis Zalfa.

Jika orang lain melihat keduanya.Mungkin mereka tidak akan menyangka Zalfa bisa berbicara seperti itu.Bahkan dari tadi tatapan matanya tidak bersahabat.

Bukan karena benci atau marah.Zalfa hanya tak habis pikir dengan apa yang ia alami beberapa tahun yang lalu.

Mungkin ini memang salahnya,menutupi kesalahan orang lain.Hingga ia di sadarkan dengan kesalahan dirinya sendiri.

FaZa (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang