Part 8

8 1 0
                                    

Tinggalkan jejak berupa vote, follow dan juga komen yaa
Happy reading:))

Waktunya pulang sekolah telah tiba, seperti biasa Shira akan pergi menuju halte bis dekat sekolahnya. Namun langkahnya dihentikan oleh Alvan.

"Shiraa, tunggu," teriak Alvan sembari menghentikan motornya.

"Ada apa Van? Shira mau pulang nih, ntar ketinggalan bis," ujarnya.

"Gue mau nganterin lo, pokoknya ga ada nolak-nolak lagi. Gue pengen tau rumah lo, kan kali aja bisa jemput lo kalo mau sekolah," terang Alvan.

"T-tapi kan Van ...." Belum sempat Shira menyelesaikan omongannya, Alvan langsung memotongnya.

"Ga ada tapi-tapian, buruan naik," titah Alvan.

Shira terpaksa menuruti pria ini, karena jika tidak pasti Alvan akan terus menanya-nanyainya. Namun, Shira juga takut gimana kalo nanti ayahnya melihat Alvan yang mengantar Shira pulang, pasti ayahnya akan marah besar.

Arrghhh sangat kacau pikirannya saat ini, andai saja takdir kini berpihak padanya. Ia ingin pulang sendiri tanpa diantar oleh Alvan.

Tak ada alasan yang tepat saat ini untuk Shira memberhentikan perjalanan ini, bagaimana jika nanti pas mereka sampai di rumah, ayah Shira melempar barang seperti biasanya? Shira sangat tak ingin Alvan tau tentang keadaannya.

***

Sampailah mereka di kediaman rumah Shira yang kecil tapi sangat bermakna untuk Shira, itu adalah rumah kesayangannya. Rumah itu yang telah melindungi dari teriknya matahari dan derasnya hujan yang melanda bumi.

Alvan tak bergeming sedikitpun, ia sekarang tau keadaan rumah Shira yang sebenarnya. Sungguh sangat kasihan dan miris.

"Thanks ya Al."

"Okeyy, gue mau pulang nih, ga butuh sesuatu lagi?" ujar Alvan menawarkan.

"Gak ada, emang Shira butuh apa lagi?" balasnya bingung.

"Ya kali aja lo butuh pelukan hangat dari gue ahahaha," imbuh Alvan yang tertawa dengan renyah dan perutnya langsung dicapit oleh Shira.

"Awhh, awhh ampun tuan putri."

Shira langsung tertawa karena tak tahan melihat ekspresi dari Alvan yang sedang kesakitan. Salah sendiri ya kan, siapa suruh genit kek gitu. Akhirnya kena capitan dari Shira deh, kulit perut Alvan kini serasa ingin tercabut dari dagingnya.

"Ya udah gue pulang ya, kalo butuh sesuatu atau perlu bantuan bisa telfon gue aja. Dan kalo lo kangen, bisa panggil nama gue 3 kali, gue gak akan dateng. Kan gue di rumah ahahaha," canda Alvan membuat Shira geram, lalu memukul tubuh pria di hadapannya ini.

Setelah Alvan berlalang pergi meninggalkan kediaman rumah Shira, dengan perlahan Shira masuk ke dalam rumahnya.

Kosong, rumahnya tak ada siapapun termasuk ayahnya. Entah tak tau kemana ayahnya pergi saat ini, tapi Shira sedikit lega karena bebas dari lemparan barang apapun yang akan melukai dirinya.

Shira langsung bergegas berganti baju dan memasak untuk ia makan siang.

Tak memakan waktu yang lama Shira telah menyiapkan makan siangnya.

Sembari memakan makanannya, Shirapun menonton TV yang jadul di rumahnya. Tak apa jadul, asalkan bisa menonton walaupun warnanya hanya hitam dan putih saja seperti chanel TV zaman dahulu.

Setelah Shira merasa kenyang dan ia membereskan peralatan makannya, ia berniat membuka tas, lalu membaca ulang pelajaran di sekolag tadi.

Namun, saat Shira membuka tas. Tasnya dipenuhi dengan kecoa, entah dari mana kecoa-kecoa itu berasal yang kini telah memenuhi tasnya.

"Aaaa aaaa, pasti gitu kan reaksi Shira melihat seluruh kecoa ada di dalam tasnya ahahaha." Tawa renyah dari geng Strong Signals.

Yap, itu adalah gengnya Fara kakak kelasnya Shira.

Fara akan berbuat nekat jika ia sudah membenci seseorang, apapun akan ia lakukan untuk membuat dirinya puas akan kejahilannya.

Siapapun yang mengganggu hidupnya, ia akan membalasnya dengan cara apapun, baik itu secara sehat ataupun tidak, ia tak perduli.

Next part selanjutnya yaa
Thanks to readers setia:)

Cinta Untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang