Part 4

20 2 0
                                    

Tinggalkan jejakmu dgn vote, follow dan komen yaa
Happy Reading><

Shira terlebih dahulu membereskan serpihan pecahan kaca di lantai, setelah itu baru ia mengobati lukanya dan memperbani dahinya. Untung saja ia masih menyimpan dengan baik kotak P3K di rumahnya, untuk berjaga-jaga seperti ini.

Jam dinding telah menunjukkan pukul 13.20, Shira belum mengganti pakaiannya. Boro-boro mau makan, ia saja belum memasak apa-apa. Makanan tadi pagipun sudah habis dimakan ayahnya.

Namun, setelah itu Shira bergegas memasak makanan untuknya dan untuk ayahnya nanti. Shira tak mengeluh sedikitpun, justru ia bersemangat pergi ke dapur untuk memasak. Tak dihiraukannya rasa sakit yang ada pada dahinya itu.

Sembari memasak, ia bersenandung. Itu membuat hatinya tenang dan merasa lebih happy. Shira menghibur dirinya sendiri, toh siapa perduli dengan kebahagiaannya kecuali dirinya sendiri?

"Makanan siapp, waktunya makann," ucap Shira bersemangat menyiapkan makan siangnya yang terlambat.

Dengan lahap ia memakannya. Shira sangat lapar karena perjalanan dari sekolah ke rumah cukup jauh ia tempuh, sampai di rumahpun ia harus masak terlebih dahulu agar ia bisa makan.

Itu sangat tak masalah baginya, setiap hari Shira menjalaninya dengan hati yang senang.

Setelah makan, Shira sempatkan untuk belajar dan mengerjakan tugas, karena dikhawatirkan nanti ia tak bisa mengerjakannya karena malam nanti ia akan bekerja untuk sebuah rupiah.

***

Malampun tiba, kini Shira bersiap-siap untuk bekerja. Tak ada kata lelah baginya untuk menjalani kehidupannya, "Ini hidupku dan aku harus menjalani hidupku sebaik mungkin."

Itu kata-kata yang sering Shira ucapkan ketika rasa lelah melanda tubuhnya.

Karena rumah dan cafe tempat Shira bekerja tak terlalu jauh, Shira pergi hanya menggunakan sepeda. Ya itung-itung olahraga di malam hari.

***

Sesampainya Shira di cafe, ia bergegas masuk dan mulai bekerja. Tak ia rasakan sakit dan perih di dahinya, Shira menutupi perban di dahinya dengan topi. Ya walaupun masih kelihatan, tapi setidaknya bisa tertutupi sedikit.

Dari pukul 19.00 sampai pukul 22.00 malam ia bekerja.

Penat sekali bukan? Pagi sampai siang ia harus ke sekolah, siang sampai sore Shira harus belajar dan membaca ulang materi yang dijelaskan oleh guru agar beasiswanya tetap berjalan sampai ia tamat sekolah. Malam ia lanjutkan untuk bekerja.

Belum sampai situ, malampun Shira harus mengurus ayahnya, memijat kepala ayahnya hingga ayahnya tertidur pulas. Baru Shira bisa tidur dengan nyeyak.

Pagi-pagi sebelum sekolah Shira harus bangun lebih awal untuk memasak, mandi, dan bersiap sekolah. Menunggu di halte bis dengan tepat waktu agar dirinya tak terlambat ke sekolah.

Sungguh itu butuh perjuangan yang keras, Shira selalu ikhlas dalam menjalani kehidupannya. Inilah kehidupan untuknya, ia harus menjalani dengan sepenuh hati. Karena Shira sadar, di luaran sana masih banyak manusia yang kurang beruntung bahkan lebih susah dari Shira. Untuk sesuap nasipun mereka tak mampu.

Shira sangat sangat mengucapkan syukur atas segala nikmat yang ia peroleh, sekolah tak perlu membayar. Ia cukup mencari uang untuk ia jajan, buku-buku, keperluan sekolah, dan untuk ia makan sehari-hari bersama ayahnya.

Bukan berarti ayah Shira tak pernah memberikan uang kepadanya, tapi uang yang ayah Shira berikan adalah uang haram hasil perjudian. Tentu saja Shira tak mau dan menolaknya.

Dan pastinya ayah Shira akan marah dengan hal itu, akan tetapi Shira tak memperdulikannya. Lebih baik ia tak makan daripada harus makan hasil dari uang yang haram. Baginya, itu akan merusak fungsi otaknya dan membuat dirinya jadi bodoh.

Next part selanjutnya yaa
See u next time:)

Cinta Untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang