Part 10

3 1 0
                                    

Tinggalkan jejak
No siderrr!!!!!

"Pulang gue yang anter," ucap Bara sembari menghentikan motornya di depan Shira.

Semua mata tertuju kepada mereka berdua, Alvanpun melihat mereka.

"B-Bara beneran?" balas Shira terbata-bata karena ia tak percaya ia akan menaiki motor yang ia impikan selama ini.

"Iya, buruan naik."

Dengan sesegera mungkin Shira menaiki motor milik Bara, Shira takut ntar Bara berubah pikiran jika Shira berlama-lama.

Alvan sangat tak percaya dengan Bara, ia mengikuti mereka secara diam-diam. Alvan tak ingin gadis yang ia cintai disakiti oleh seorang Bara yang biadab.

"Bara beneran mau anter Shira sampe rumah? Rumah Shira kecil, nanti Bara malu kalo jalan sama Shira," celoteh Shira.

"No problem," ucap Bara dengan santay.

Degup jantung Shira kini menderai-derai tak karuan, sungguh apa yang diimpikannya kini menjadi sebuah kenyataan. Tak apa jika ini ditakdirkan untuk sementara, setidaknya ia merasakan kebahagiaan yang tak terkira ini dan semoga saja ini akan berjalan untuk seterusnya.

Kini, sampailah mereka di kediaman rumah Shira. Baru saja Shira turun dari motor dan belum sempat mengatakan apa-apa kepada Bara, ada seorang pria paruh baya menghampirinya.

"Ada apa Pak?" tanya Shira heran karena orang ini sangat tergopoh-gopoh sekali untuk menghampirinya.

"Itu dekk, Ayah kamu. Ayah kamu ditahan di penjara."

Shira sangat syok dengan berita ini, pasti ayahnya ditangkap polisi karena ketahuan memakai narkoba dan berjudi. Shira rasanya ingin sekali menangis dengan kencang.

"Buruan naik, gue temenin," ujar Bara.

"Bara gak keberatan? Bara gak malu punya temen kek Shira?"

"Udah, naik aja," ucapnya.

Tak memikirkan apapun lagi, Shira bergegas menaiki motornya Bara dan mereka pergi menuju kantor polisi dimana ayahnya Shira ditahan saat ini.

***

"Ayah kenapa?"

"Udah tau dipenjara, pakek nanya lagi, dasar goblok. Pokoknya kamu cari uang biar Ayah bisa lepas dari sini, terserah mau dapet uang dari mana. Atau kamu jual diri aja," ujar Cakra dengan semena-mena dan disaksikan oleh Bara.

"Iya Ayah ntar Shira cari uangnya dan Shira gak mau jual diri, kan itu dosa Yah," ucap Shira dengan polosnya.

"Sok suci banget sih kamu, pokoknya saya gak tau menau, dalam 3 hari kamu sudah harus mendapatkan uang 100 juta untuk membebaskan saya."

Shira terdiam sejenak, ia berfikir bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu yang dekat? Sangat mustahil.

Walaupun ia bekerja siang malampun tak akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam kurun waktu 3 hari.

Rasa kepala Shira ingin meledak sekarang juga, mending dia aja yang masuk penjara daripada harus begini. Namun, tak apa jika sedikit lama mengeluarkan Cakra dari penjara, biar Cakra sadar akan kesalahannya.

Di sisi lain Shira tak mau jadi anak yang durhaka karena melawan perintah dari ayah kandungnya.

Kalaupun ingin meminjam uang di bank, ia tak memiliki jaminan apapun kecuali rumah kecil yang ia miliki saat ini. Itu tempat tinggal satu-satunya bagi Shira.

Daripada ia terus memikirkan itu, ia memutuskan untuk pulang dan akan memikirkan semua itu di rumah saja.

Bara mengantarkan Shira pulang ke rumah dengan selamat, lalu Bara berpamitan untuk pulang.

Baru saja Shira merasakan kebahagiaan karena Bara sudah mau menerimanya, tapi ada saja masalah yang datang dan merusak kebahagiaannya. Selalu saja kebahagiaan Shira datang beriringan dengan sebuah masalah hidupnya.

Ingin sekali Shira merasakan aman, damai, dan ketentraman dalam hidupnya. Namun, sepertinya itu sangat mustahil.

Next part selanjutnya yaa
See u

Cinta Untuk BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang