Part 1

13.7K 1.6K 2
                                    

Suasana berisik mengelilingi Iris saat dia membuka matanya. Pandangan kebingungan melintas di matanya saat ia dengan cepat mengamati keadaan di sekelilingnya. Aula yang megah, musik yang mengalun indah dan penuh harmoni, hidangan yang enak dan mewah, juga para bangsawan di sekelilingnya segera ditangkap oleh mata Iris. Gadis itu kemudian menatap dirinya sendiri lalu terdiam.

Jadi, apa yang sedang terjadi di sini sekarang?

Iris yakin dia tidak salah ingat dan dia tidak akan meragukan ingatannya. Terakhir kali, setelah tubuhnya mati, Iris dengan jelas merasakan jiwanya ditarik ke suatu tempat dengan kuat. Dia kemudian terkurung di sebuah ruangan kecil yang penuh dengan benda-benda aneh. Iris menjelajahinya selama beberapa putaran, tapi tidak menemukan keberadaan orang lain selain dirinya. Ah, ini tidak benar. Maksudnya, keberatan jiwa lain selain jiwanya.

Iris tidak tahu berapa lama waktu yang berlalu hingga ia berangsur-angsur mulai merasa bosan. Rasa penasaran mendorongnya menyentuh semua benda-benda itu. Yang mengejutkannya, dia bisa menyentuh benda itu. Setelah selesai menyentuh semua benda yang ada berulang kali, Iris beralih ke rak buku di ruangan itu.

Kesepian dan kebosanan bisa mendorong orang untuk melakukan hal yang paling ia tidak sukai sekalipun. Inilah yang terjadi pada Iris sekarang. Dirinya yang biasanya tida suka membaca buku, sekarang tengah duduk di depan salah satu rak buku dan membaca buku-buku yang ada. Waktu berlalu sekali lagi dan Iris menatap dirinya yang tidak berubah sedikitpun.

Dia tidak lagi terikat dengan konsep waktu.

Iris memahami itu dengan sangat jelas. Jadi, gadis itu dengan santai membaca semua buku yang bisa dibaca. Segera, semua buku di kelima rak buku itu selesai dibaca Iris. Bahkan ia sudah mengulangi semuanya tidak kurang dari tiga kali. Iris curiga, ia bahkan mengingat isi bukunya saat ini.

Kebosanan sekali lagi melanda Iris. Ia berputar di sekitar tempat tidur dan memutuskan untuk mencoba tidur di sana. Saat ia mengangkat selimut, Iris terkejut mendapati buku lain terbaring diam di sana. Oh, bagus. Ada satu buku lagi. Ia bisa menahan kebosanannya sedikit. Lalu, tanpa sedikitpun tekanan psikologis, Iris membaringkan diri di atas tempat tidur dan membaca buku itu.

Ngomong-ngomong, pakaian penjaranya sejak awal sudah berubah menjadi gaun putih selutut tanpa lengan. Jadi Iris tidak merasakan ketidaknyamanan di manapun.

Waktu perlahan berlalu. Iris yang awalnya membaca buku tanpa ekspresi mulai berubah. Ekspresi wajahnya perlahan-lahan menjadi semakin rumit. Ia bangun tanpa mengucapkan sepatah katapun dan dengan tegas menutup buku. Iris membalik buku itu dan membaca tulisan di sampulnya.

Merasa itu tidak cukup, Iris akhirnya menguatkan dirinya untuk lanjut membaca. Dengan ekspresi seolah melihat seekor kelinci berbicara di depannya, Iris membuka buku itu. Walaupun ekspresinya terus berubah-ubah, Iris tetap membaca buku itu sampai selesai. Setelahnya, dengan wajah dingin, Iris menutup buku dengan kuat.

Bagus sekali.

Seseorang sepertinya memainkan sebuah lelucon padanya.

Namun, setelah membacanya berulang kali, Iris akhirnya mengkonfirmasi kalau isi buku itu benar.

Baik, mari kita bahas.

Isi buku itu menceritakan kisah seorang pangeran kerajaan, Reon yang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Helena.

Iris meragukan matanya. Bagaimana bisa sama?

Setelah membacanya berulang kali, Iris tidak bisa berkata apa-apa karena isi buku itu memang sama seperti yang ia tahu!

Demi apapun, apakah ini buku catatan kehidupannya?!

Tapi tidak mungkin, karena namanya juga ada di dalam buku itu.

Buku itu menceritakan kalau ia adalah sosok wanita antagonis. Ia selalu menindas Helena kapan saja ada kesempatan. Iris tidak membantahnya, karena memang itu kebenarannya. Namun toh Helena selalu bisa bebas dari penindasan Iris. Yang paling membuat Iris kesal adalah kebenaran dibalik runtuhnya keluarga Alastair.

Semuanya hanya rekayasa. Semuanya dirancang oleh Reon. Setelah melindungi kerajaan selama beberapa generasi, keluarga Alastair dihancurkan karena kerajaan Oswald takut pada kekuatan di tangan sang Duke. Mereka dengan sengaja memancing Iris agar membuat kesalahan dan akhirnya, setelah sekian tahun, keluarga itu memberi celah dan akhirnya hancur.

Heh, dunia.

Iris menyeringai tipis. Bagus sekali. Ia akhirnya mengetahui kebenaran ini. Walaupun Iris tidak tahu apakah isi buku ini bisa dipercaya atau tidak, Iris tetap merasakan gelombang kemarahan menyapu dan mengamuk di dalam darahnya, berteriak-teriak meminta dilepaskan di setiap sel tubuhnya.

Iris jatuh dalam pemikiran yang mendalam. Setelah sekian lama, keinginannya untuk membunuh sudah hilang. Ia memikirkan semuanya sekali lagi dan akhirnya memutuskan kalau itu memang salahnya. Jika dia tidak ceroboh, tidak akan ada celah dalam keluarganya.

Iris melipat kedua lututnya, memeluknya dengan kedua tangannya, dan membenamkan kepalanya dalam-dalam. Ruangan di sekitarnya perlahan memudar dan menghilang, namun Iris tidak menyadari hal ini. Kegelapan dan kesepian mulai mendekat dan menyelimuti dirinya. Keinginan balas dendamnya menguap, digantikan dengan beragam pikiran kacau. Sangat kacau hingga Iris ingin memukul kepalanya dengan batu sekuat mungkin.

Tidak tahu sudah berapa lama berlalu, sebuah energi yang familiar kembali dirasakan oleh Iris. Tarikan yang kuat kembali menerpa tubuh Iris dan Ia dengan tenang membiarkan tubuhnya terseret. Dia sudah mati satu kali, mati dua kali tidak lagi berarti baginya.

Lalu, Iris mendapati keadaannya salah. Ini terlalu berisik di sekitarnya. Ia akhirnya memaksakan diri untuk membuka mata dan disambut oleh pemandangan semacam ini. Jantungnya langsung menegang saat itu. Ia bahkan curiga kalau jantungnya siap melompat keluar dan mencari rumah baru. Untung saja ini tidak terjadi.

'Mimpi buruk?' pikir Iris diam-diam sambil mengangkat tangan dan memegang lehernya.

Detik berikutnya, tubuh Iris mendadak kaku. Ia dengan jelas merasa tangannya memegang lehernya dengan lembut, namun  tubuhnya mendingin. Semacam trauma akan sesuatu. Iris menyipitkan matanya dan langsung menarik kembali tangannya. Itu bukan mimpi. Ini nyata. Detak jantungnya saat ini nyata. Rasa sakit trauma kulit saat itu juga nyata.

Bagus sekali, apa dia diberi kesempatan kedua?

Setelah menginformasi keadaan dirinya, Iris memandangi orang-orang disekelilingnya dalam diam. Ah, mereka lagi, hanya saja dengan penampilan yang lebih muda dari yang ada di ingatannya. Iris menundukkan kepala lalu menyipitkan matanya dan mundur diam-diam.

'Lingkaran sosial yang kacau, aku akan menjauh saja.'








Next =>

I'm a Villain? Oh, Just RelaxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang