Part 18

6.6K 963 20
                                    

Charlos dan Iris berjalan di sepanjang lorong dengan Charlos menggandeng tangan Iris. Sepanjang jalan, satupun dari mereka tidak ada yang berniat untuk memulai percakapan. Tidak sampai mereka akhirnya tiba di taman.

"Bagaimana ayah tahu?" tanya Charlos.

"Sepertinya beberapa prajurit memberitahunya," jawab Iris lemah.

"Siapa mereka?" tanya Charlos tajam. Matanya menyipit tanpa sadar.

Iris tersentak kaget saat melihat respon Charlos. Tanpa sadar, ia melangkah mundur yang langsung disadari oleh Charlos. Pemuda itu kaku seketika. Nah, dirinya kelepasan. Ia jadi merasa bersalah karena menakuti adiknya secara tidak sengaja.

"K-kak?"

"Maaf, maaf," ucap Charlos sambil tertawa kecil. Ia menarik Iris ke dalam pelukannya agar adik perempuannya itu tidak menyadari perubahan emosinya.

"Apa aku menakutimu?" tanya Charlos bercanda.

"Kamu mau jawaban jujur atau bohong?" balas Iris.

"Jujur," jawab Charlos spontan.

"Sangat menakutkan," ucap Iris.

"Tidak mungkin....!"

Charlos melepaskan pelukannya. Ia meletakkan kedua tangannya di bahu Iris sambil menatap adiknya itu dengan tatapan terluka. Prioritasnya saat ini adalah membuat Iris melupakan ekspresinya tadi. Bercanda dramatis seperti ini adalah pilihan terbaik baginya.

"Bagaimana mungkin aku yang tampan, lembut, ceria, ramah, dan baik hati ini sangat menakutkan? Iris, kamu tega sekali!" ucap Charlos dramatis.

Iris menatap kakaknya itu sejenak. Sesuatu yang hangat menyebar dalam hatinya. Iris tahu Charlos sengaja melakukannya agar ia melupakan kejadian tadi. Jadi, Iris tidak keberatan jika harus bermain bersama.

"Yah, aku tega, jadi kenapa?" ucap gadis berambut ungu anggur itu pura-pura sombong.

"Lagipula, jangan terlalu membanggakan diri deh," lanjutnya.

"Siapa yang membanggakan diri?" tanya Charlos tak percaya.

Kedua kakak dan adik itu saling bertatapan sebelum tertawa bersama. Yah, sepertinya semua sudah baik-baik saja sekarang.

"Ngomong-ngomong, tidakkah menurutmu respon ibu terlalu salah?" tanya Charlos.

Saat ini, keduanya sudah duduk di bawah pohon. Iris duduk di ayunan sementara Charlos duduk di tanah sambil bersandar pada batang pohon di belakangnya. Sinar matahari yang terik tidak membuat keduanya terlalu kepanasan karena bayangan pohon menyelimuti mereka.

"Aku tidak memperhatikan," jawab Iris kemudian menutup mulutnya yang menguap lebar. Ah, dia merasa ngantuk lagi.

"Huh? Kamu tidak memperhatikan?" Charlos bertanya dengan nada tak percaya.

Iris mengangguk. "Bagaimana respon ibu?" tanyanya kemudian.

"Ibu terlihat terkejut namun setelah itu ia sepertinya panik dan ketakutan?" jawab Charlos ragu-ragu.

Iris diam. Kenapa ibunya takut kalau kekuatan sihirnya bangkit? Apa ia sejak awal tidak boleh memiliki kekuatan sihir? Jika benar seperti ini, Iris menyesal karena tidak berhati-hati saat menyembunyikan kekuatan sihirnya.

"Apa yang salah?" Charlos bertanya-tanya. Otaknya terasa panas saat ini. Satu reaksi tidak benar sari ibunya benar-benar membuat pikirannya sibuk. Bukan hanya Charlos saja, tapi juga Iris.

"Tanyakan pada Kak Astra? Siapa tahu ia tahu sesuatu," usul Iris.

"Tapi dia akan tahu kalau kamu punya kekuatan sihir," tolak Charlos.

I'm a Villain? Oh, Just RelaxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang