Keping 15

76 10 8
                                    

Aku menjadi diriku sendiri dan kamu tidak mempermasalahkan hal itu. Aku bahagia bisa mengenalmu dan menjadikanmu bagian terpenting dalam hidupku. Meski kamu tidak tahu hal itu. Satu hal yang pasti, di dekatmu, aku bahagia.

Hari saat Atta ada di Jogja adalah hari-hari yang membosankan. Aku mencoba untuk menikmati hari-hariku tanpa dia. Aku berusaha sebaik mungkin untuk baik-baik saja. Meskipun nyatanya sulit sekali. Bahkan sejujurnya saat ini aku sangat membutuhkan Atta. Aku butuh dia untuk menenangkanku. Untuk mendengarkanku. Untuk memberiku semangat. Dan untuk selalu ada di sampingku. Sial. Sepertinya aku sudah sangat ketergantungan dengan Atta. Aku seperti kehilangan diriku sendiri. Terlebih kepercayaan untuk diriku sendiri. Aku tahu, ini tidak baik. Dan seharusnya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Aku harus sadar bahwa Atta tidak bisa ada disampingku 24 jam untuk menjagaku. Secepatnya aku harus memahami kondisi ini. Atta punya kesibukan sendiri. Punya permasalahan sendiri dan aku tidak boleh menambah beban pikirannya dengan permasalahanku.

Dan kali ini, aku mau menceritakan sebuah rahasia. Ini hanya antara aku dan kamu, yang membaca tulisanku ini. Janji ya, jangan bilang siapa-siapa. Sekali lagi, ini rahasia antara aku dan kamu.

Hmmm... Sebenarnya aku bingung, mau mulai cerita dari mana. Iya, seperti yang kalian tahu, aku tidak pandai mengungkapkan perasaan. Aku lebih suka memendamnya sendiri. Tapi kali ini aku perlu cerita. Agar kalian semua tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Agar tidak ada lagi salah paham. Baik antara aku dan Atta atau pun dengan yang lain. Sebenarnya, beberapa hari yang lalu, Mama terkena masalah di tempat kerjanya. Dan aku juga baru tahu, ternyata Mama sudah bekerja hampir 3 bulan lamanya. Katanya untuk mengcover kebutuhan yang semakin bertambah. Mama bekerja di salah satu perusahaan kontraktor besar sebagai seorang asisten manager.

Ma, sebenernya ada apa ini??

Aku adalah tipikal anak yang tidak banyak bertanya, apalagi menuntut. Aku percaya apa pun yang dilakukan Mama, itu adalah pilihan yang baik. Dan Mama, adalah orang yang tidak suka menceritakan masalah pribadinya kepada siapa pun. Meski itu anaknya sendiri.  Ini yang sebenarnya aku tidak suka. Mungkin karena Mama tidak mau aku jadi kepikiran atau mungkin juga Mama memang belum sempat kasih tahu aku. Argh, entahlah. Akhir-akhir ini rasanya kepala seperti mau pecah.

Hari ini weekend, tapi tidak terasa vibes weekendnya. Karena katanya, Mama ada rapat mendadak. Penting. Pelan, aku mulai merasa kehilangan sentuhan tangan Mama di hari-hariku. Mama semakin sibuk dan jarang ada di rumah.

Rapat macam apa itu? Ini kan weekend?!

Ruang tengah yang biasanya menjadi tempatku dan Mama menghabiskan waktu libur dengan nonton film bersama. Dan disudut ruangan ada piano kesayangan Gibran. Biasanya dia suka bermain piano di pagi hari. Sebelum atau sesudah sarapan. Tapi pagi ini aku juga tidak melihatnya. Entah kemana perginya anak itu. Belakangan ini dia juga jarang ada di rumah.

Hari-hari membosankan segera dimulai. Mungkin pergi ke taman adalah hal yang tepat untuk saat ini. Iya. Aku harus ke taman pagi ini. Buru-buru aku naik ke kamar untuk ganti baju olahraga. Hadiah dari Papa tahun lalu.

Sudah siap. Aku mengambil sepatu di Rak sepatu yang ada di sebelah pintu keluar. Sebelum Mama pergi, aku memilih untuk kabur duluan.

“Ma... Aku mau keluar sebentar ya.”

“Mau kemana, sayang,” jawabnya juga sambil berteriak dari arah dapur.

“Mau cari udara segar, Ma.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S E M P I T E R N A L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang