Keping 4

447 29 4
                                    

Ini tentang kamu dengan segala keunikan yang kamu miliki. Jangan mencoba menghilangkan sisi unik itu hanya karena ingin menjadi seperti orang lain.

Tiga tahun mengenal sosok perempuan unik seperti Aurel, rasanya belum cukup untuk benar-benar memahaminya. Dia itu seperti barang antik. Unik. Meskipun suka bertingkah aneh dan sering melakukan hal-hal yang nggak diduga sebelumnya, tapi dia orang yang menyenangkan. Butuh kesabaran ekstra dalam mengerti sifatnya.

Selama gue kenal dia, jarang sekali kita akur. Lebih mirip tom & jerry sebenarnya. Setiap hari selalu bertengkar dan berdebat. Tapi ada satu hal yang membuat kita nyambung yaitu kita mempunyai satu kesamaan, sama-sama suka ngobrol. Mulai dari hal kecil sampai sesuatu yang penting kita suka membahasnya. Meskipun selalu di selingi dengan perdebatan sengit, tapi kita suka melakukannya.

Gue mau bilang, dia memang sering mendapat label buruk dari orang sekitar, dari teman, tapi jauh dari sikapnya yang memang kadang beringas dan suka seenaknya, dia adalah cewek yang penuh dengan kepedulian. Hanya saja dia menyampaikannya dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Dan itu, bukan berarti dia salah dan cara lo yang paling benar. Hidup ini terlalu singkat jika hanya dihabiskan untuk sinis pada yang tak sesuai dengan hati. Menilai orang tidak bisa hanya dari satu sisi saja.

Ada satu kalimat Aurel yang gue suka banget. Dia pernah bilang, kalau kita hidup tidak berdasarkan versi orang-orang hebat di seluruh dunia. Kita hidup dengan prinsip yang kita punya. Hidup ini indah jika kita bisa menghargainya. Kita bahagia menurut versi kita sendiri.  Ini adalah kalimat terbaik yang pernah gue dengar keluar dari mulut Aurel Elzavira.

Butuh waktu yang enggak sebentar untuk menceritakan segala keunikan sahabat gue itu. Nanti akan gue lanjut, setelah gue pulang dari acara makan gratis. Gue mau balas chat dari tuh cewek dulu. Handphone dari tadi getar-getar terus soalnya.

Atta, udah sampai mana lo? Gue udah sampai di lokasi ini. Sorry ya tadi gue tinggal.

Sepuluh pesan belum dibaca, disertai dengan tujuh panggilan tak terjawab.
Iya bawel. Bentar lagi gue sampe. Balas gue singkat. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan.

Sepanjang jalan, gue terus memikirkan dia. Nggak tahu kenapa, tiba-tiba otak gue ingin memutar berbagai momen ketika gue bersama dia. Seperti hari ini, kena angin apa dia minta gue temenin ke salon, belanja, meskipun ujungnya tetap nyebelin. Karena gue ditinggal sendiri. Dia bilang harus buru-buru pergi ada urusan penting. Dan gue disuruh datang ke tempat makan gratis sendiri.

Waktu yang gue butuhkan untuk sampai di tempat makan sekitar 20 menit dari tempat sebelumnya. Aurel bilang nama tempatnya kafe tanpa nama.

Parkir motor, lepas helm, benerin rambut sebentar, gue baca nama kafenya,

“Kafe tanpa nama.”

Aurel bilang ada di lantai atas. Tanpa menunggu lama, gue langsung naik ke atas.

Aneh. Di lantai atas malah sepi. Semua lampu mati. Enggak ada orang sama sekali. Gue mengeluarkan ponsel dari saku celana, mencoba menghubungi Aurel. Tapi tiba-tiba terdengar suara kaki berjalan, dan...

Surprise...

Semua berteriak, lampu menyala. Gue bingung. Ada apa ini?

“Selamat ulang tahun anak bunda,” ucapnya menyembul dari belakang Aurel dan Halil.

Astaga, gue lupa kalau hari ini gue ulang tahun. Setelah menepok jidat, gue menghampiri mereka semua.
Adegan berjalan seperti acara ulang tahun pada umumnya. Tanpa tiup lilin, hanya memotong kue dan dibagi rata ke semua yang hadir. Setelah itu, acara makan-makan dimulai. Disini gue merasakan nikmatnya berkumpul dengan keluarga. Ini adalah momen langka. Meskipun Ayah gue enggak bisa hadir, karena mendadak harus pergi ke luar kota. Biasa, urusan pekerjaan. Pun halnya dengan papanya Aurel yang enggak bisa hadir karena sedang ada tugas di Papua sebagai abdi negara.

S E M P I T E R N A L Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang