7!

816 39 0
                                    

Meysca Faurin Veesca
Jakarta, 19 Mei 2013

Terlalu cepat untuk merasakannya...

Aku masih duduk di meja rias. Mengoles blush on di pipi tirusku. Valery dan Renata asik bermain. Akhir-akhir ini Renata sering keluar dari tubuhnya. Entah apa yang membuatnya bisa seperti ini, tapi yang aku tahu Renata senang dengan ini. Keluar dari tubuh dan bermain sesuka hati.

"Renata! Kau belum lihai terbang. Aku tak ingin kau kesakitan!" Tegurku sambil membenarkan rol rambut.

Valery sudah melayang indah diatas langit apartemen sedangkan Renata hanya terbang setinggi kulkas. Aku pun hanya bisa diam jika mereka berdua keluar apartemen.

Aku memasuki lift dan mulai menekan tombol lantai 1. Aku ada di lantai 10 dan tak mungkin harus menuruni tangga yang begitu banyak. Lift terus kebawah dan masih tenang-tenang saja. Lantai 4.

Dreg.

Aku mundur selangkah. Suara aneh datang tiba-tiba. Sependengaranku lantai 4 hanya ada 2 kamar VVIP dan salah satunya diisi oleh 30 kuntilanak, 5 pocong, dan 14 gadis payung-sebutanku untuk hantu gadis cilik yang sering bawa payung lusuh. Dan hanya lantai 4 yang paling sedikit penghuninya. Betulkah angka 4 itu sial?

Dreg.

Suara itu lagi dan kali ini lebih keras.

"Siapa itu?" Ucapku.

Mataku terus menerawang sekitar. Hanya aku sendiri. Suasana sedikit mengecam. Aku tak dapat meraskan kehadiran sosok lain disini. Aku seperti buta. Aku memutar badan dan dibelakangku....makhluk.....tinggi.....putih....berpakaian baju pengantin.....buket bunga melati ditangannya.....Mukanya tertutup kain beludru. Aku menjauh dari sosok itu. Tangannya yang pucat terangkat. Aku semakin menempel ke pintu lift. Keringat dingin mulai bercucuran. Dia mendekat.

"Berhenti!" Ucapku dengan keberanian yang tersisa.

Makhluk itu makin mendekat. Kini jarak kami berdua hanya selangkah. Tak ada hembusan nafas dari hidungnya. Hanya diam.

"Apa maumu?" Aku sedikit membentak. Seperti inikah ketakutanku setelah sekian lama bertemu hantu?

Kukihat tangannya terjulur. Jari telunjuknya terangkat dan mengarah kepadaku. Aku sangat takut, mukanya tak terlihat. Kain beludru yang begitu tebal. Telunjuknya masih menunjuk diriku. Wajahnya sedikit mendongak dan dpaat kurasakan ada sesuatu bahaya.

"Aku ingin tubuhmu!"

Are You An Indigo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang