18!

568 22 2
                                    

Meyska Faurin Veesca
Jakarta, 26 Juni 2014

Step Three

"Kau...."

Terdengar sayup. Dari suaranya saja bisa kuketahui itu Paman John.

"Hei apa kabar paman?"

Aku mendengus sebal. Percakapan yang bisa dikatakan berelasi baik. Tak ada tanda-tanda pertengkaran ataupun sejenisnya. Semua baik-baik saja.

"Aku harap dia lekas sembuh!" Kalimat terakhir yang kudengar sebelum semua kembali hening.

"Aaarrrggghhhhh!"

Aku hempaskan semua bantal disekitarku. Aku sudah pulang dari rumah sakit. Masalah masih mengibar di puncak tertinggi harapanku. Waktu seakan hanya angin yang membuat masalah itu terus berkibar.

"Kau kenapa Meyska, hah? Kau harus melihat kedepan. Mereka sedang berkuasa!" Aku menuntut pada diriku sendiri. Masalah yang cukup memusingkan kepala.

"Aaarrrrggghhhhh!"

Aku terduduk pasrah di taman kota. Di rerumputan hijau yang masih segar. Angin berhembus pelan. Dikejauhan terdengar kicauan burung gereja dan burung dara. Semuanya terasa indah.

"Hei?"

Aku berbalik. Seorang wanita sudah berdiri tepat dibelakangku. Hotspant orange jeruk dan errgghhhh kau bisa bayangkan baju tak berlengan sejenis...... .

"Kau pernah diajarkan untuk berpakaian yang benar dimuka umum?" Tegasku sedingin-dinginnya.

Dia mengerlingkan alisnya sebal sebelum berkata."well, kenapa?"

"Kau seperti *****. Kau mengerti disini ada anak kecil dan kau tahu bagaimana jadinya jika moral mereka rusak karna hanya selembar pakaian?" Ucapku datar.

"Hahahaha. Sangat lucu jika Bessy bicara dengan makhluk yang bermoral tinggi!"

Jengkel.

"Kau bisa jaga mulutmu hah!" Bentakku dan bangkit dari dudukku.

Dia tersenyum penuh kemenangan. Tangannya terlipat sempurna didepan perutnya.

"Yeay.." gumamnya.

"Kau....."

"Bangsat!" Sambungnya lebih tepatnya memotong.

"Kau yang bangsat!" Sambungnya sambil melangkah mendekatiku.

Emosiku mulai naik. Kepalan jemariku terbentuk begitu saja.

"Dasar kau......"

Prak.

Satu tamparan tepat kena sasaran. Bercak merah mulai timbul di pipiku.

"Kau juga harus tahu kalau kau juga merusak moral anak lewat perkataan." Ujarnya

Aku mengatur napasku yang memburu.

"Aku tunggu kau 3 hari lagi di rumah tuaku. Pagi hari." Ucapnya dengan penuh tekanan perkata.

Beraninya dia....!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Are You An Indigo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang