12!

702 32 2
                                    

Ciiee....yang ganti sampul. Wakakakak. Seneng banget. Bagusan yang ini ato yang sebelumnya? Sudahlah.
Inget! Jangan lupa Vote and Comment nya ya.... . Inget inget

Meyska Faurin Veesca
Jakarta, 3 Juni 2013

Step one.....

"Kau siap?" Aku terdiam. Valery sudah mempersiapkan segalanya begitu juga madam Vely. Steve tidak bisa ikut, aku maklumi.

"Kau yakin akan berjalan baik?" Tanyaku ragu.

Valery nengangguk "kalau yakin semua akan pasti!"

Aku paksakan kaki ini melangkah. Tujuan pertama ke apartemen Deon. Yap, aku harap dia masih disana.

"Nona mau kemana? Sendiri lagi?" Lobbyman. Sial!

"Aku mau ke mall. Aku mau refreshing!" Bohongku sambil melenggak keluar.

Kupacu gas sampai jarum speedometer mengarah angka 80. Gila, tapi aku harus seperti itu. Valery dan Madam Vely duduk dibelakangku. Mereka ingin ikut denganku.

"Aku masih ragu, Madam!" Ucapku memecah keheningan. Madam Vely menghela napasnya sebelum akhirnya bicara. Aku tahu Madam Vely pasti kesal. "Kau tak perlu takut Meyska. Semua akan terselesaikan. Tinggal kita lihat saja akhirnya seperti apa!"

Aku masih fokus ke jalan. Sebentar lagi aku sampai di apartemennya. Sebentar lagi.

Meyska, kau harus siap!

"Untuk apa kau kesini?"

Aku sudah duduk di sofa. Dia sudah dihadapanku. Matanya menyorotkan ekspresi curiga sekaligus tenang. Bessy tak terlihat disana, mugkin dia sedang pergi.

"Aku hanya ingin bertemu denganmu!"

Deon memalingkan wajahnya sekilas lalu kembali menatapku.

"Kau yakin hanya itu?"

Brag.

"Kau kesini? Untuk apa?"

Aku dan Deon menoleh. Bessy.

"Kau mau merebut Deon lagi hah?" Sambungnya.

Merebut kembali? Gilakah dia?

"Apa maumu?"

Aku masih diam. Bessy menatapku sinis. Begitupun Deon. Tampak Valery begitu tegang. Madam Vely? Aku tak peduli dia dimana tapi aku harus fokus ke dua makhluk dihadapanku. Bessy dan Deon.

"Jawab!" Bentak Bessy. Aku masih bungkam. Entah, aku kehilangan kata-kata. Semua terasa kelu untuk diucapkan. Keringat dingin bercucuran. Kenapa aku begitu penakut?

"Kau b******. Pergi dari kehidupanku!" Aku paksakan suaraku keluar dengan keras. Aku muak dengan sikapnya. Aku sudah berdiri dengan keringat yang masih mengalir dari pelipis. Bessy tampak tercengang. Aku tak tahu ekspresi apa yang ditunjukkan Deon tapi itu seperti mengkritik. Begitu hebatnya mereka berdua.

Aku berjalan mendekati pintu lalu memutar knop dan membanting pintu sekuat-kuatnya.

Kenapa semua terasa semakin sulit?

Are You An Indigo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang