Aku zarra. Aku mengalami berbagai ujian dalam hidupku. Pembullyan, dikucilkan, tak memiliki teman sudah menjadi makanan ku sehari hari. Kejadian itu sudah aku alami semenjak aku duduk di bangku Sekolah Dasar.
" Muka zarra jelek"
Perkataan itu sudah ku dengar beberapa kali di telinga ku. Selalu terlintas di pikiran ku meski aku berusaha menghilangkannya.
Lebih bodoh lagi, aku menyukai salah satu teman ku waktu SD. Rafli nama nya. Rafli, cowok berkulit putih nan tinggi dengan senyuman manis milik nya membuat ku semakin terpesona oleh nya.
Aku memendam rasa ini, tidak pernah menceritakannya kepada siapa pun, termasuk sahabat ku sendiri. Tapi ntah kenapa, rasa ini seperti nya terdengar luas oleh banyak teman ku. Terdengar juga sampai di telinga Rafli.
Pov : di sekolah
Rafli "lu suka gw?"
Zarra "ga raf, Gr lu"
Rafli "halah lu suka gw kan?"
Zarra "nggakkk"
Aku hanya menunduk, tak berani menatap Rafli karena malu.
Rafli "lu kalo suka gw, ngaca dulu, lu jelek, dekil, kurus, item kya orang kekurangan gizi lu"
Apa yang diucapkan Rafli seolah olah menyayat diriku. Aku memang hitam, jelek, juga kurus karena waktu itu ku aktif dalam mengikuti les berenang.
Tak hanya Rafli yang mengejek, teman² lain juga ikut. Tak hanya di kelas, bahkan jam istirahat pun mereka tak ada henti nya untuk membully ku.
Pov : istirahat sekolah
Adit "muka lo jelek banget, pake behel sana, gigi tongos kaya kuda"
Ucap Adit dengan diikuti tawa teman laki laki satu kelas ku. Bahkan adik kelas ku pun menoleh saat Adit mengatakan hal itu. Tidak berbelas kasih, mereka juga menertawakan ku. Membuat ku tak percaya diri.
Tapi bully-an itu aku tidak pernah aku ceritakan ke pada orang tua ku. Aku hanya memendam sendiri dengan isak tangis yang deras. Berharap semua nya berubah.
Tapi siapa sangka, ku pikir setelah lulus dari SD aku akan mendapat banyak teman tanpa harus mengulangi peristiwa seperti di SD. Ternyata SMP pun aku juga terkadang dijadikan bahan Pembullyan.
Tapi di sisi itu, juga ada seorang pria remaja yang sebaya dengan ku. Kelas kami bersebelahan. Ia juga terkadang ikut teman temannya mengejekku, padahal aku dan dia tak saling kenal. Namanya Rio. Bisa ku katakan ia cowok yang biasa saja menurutku. Tapi mungkin karena ia seorang pemain basket membuatnya cukup terkenal di sekolah.
Dari sini kisah ku dimulai.Waktu itu, aku duduk di depan kelas ku. Bersama teman ku, Feby nama nya. Feby, perempuan cantik juga jago bermain basket. Tak heran bahwa aku selalu merasa insecure saat pergi bersama nya. Feby mempunyai pacar yang juga tampan dan manis. Tapi sudah 1 minggu ia bertengkar dengan pacar nya. Ia pun menanyakan kepada Rio, yang merupakan rekan satu ekstrakurikuler basket.
"Kemarin cowo gw ga tanya ato nyampein sesuatu gitu ke lo buat gw? Kali aja ada" Tanya Feby
"Ga feb, gw aja ga ketemu pacar lu dari kemarin sore waktu gw main basket" jawab Rio
"Oh yauda thanks" balas Feby dengan nada pasrah
"Yoi feb" jawab perkataan Feby
Rio tak segera berpaling setelah ia mengobrol dengan Feby . Ia melihatku dengan tersenyum. Aku membalas nya dengan senyuman ku juga sebagai bentuk aku menghargai nya telah menyapa ku, meski aku sedikit kesal dengannya karena selalu mengejekku setiap bersama teman temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zarra's Journey
Teen FictionHalo makhluk penghuni bumi! Ini cerpen pertama ku Berisikan setengah nyata dengan sisa nya yang hanya fiksi belaka Zarra, remaja yang sudah mengalami berbagai ujian hidup mulai dari pembullyan yang bisa dikatakan sadis, hingga ia menemukan cinta ked...