after breaking up, jay's conscience
jay kehilangan arah. tak ada tempat untuk raganya pulang, dan jiwanya tak lagi dapat terpandang. dirinya sudah sesap 2 bungkus rokok dan teguk 3 botol alkohol, namun tak berniat untuk berhenti.
heeseung yang melihat sahabatnya hancur lebur seakan diterpa badai merasa simpatik.
"jay, udah. ngga kasihan sama tubuh lo? lo ngga pernah ngerokok sama minum sebanyak ini, stop anjir," pintanya sembari menjauhkan alkohol dan rokok dari jangkauan jay.
pria bermarga park tersebut tersenyum sinis, "biarin aja. lagipula udah ngga ada lagi orang yang marahin gue kalau ngelakuin ini."
"hidup lo bukan tentang dia aja, jay. kalau lo mikir begitu, lo salah besar. masih banyak yang harus lo capai. jangan terjebak sama masa lalu kalau lo masih pingin punya masa depan."
bagai tertampar, jay langsung berhenti sesap rokok yang ia genggam, juga membuang botol alkohol yang isinya masih tiga perempat itu. heeseung benar, sahabatnya tak pernah meleset jika perihal menasihati dirinya.
ia tak boleh terperangkap oleh masa lampau. sedahsyat apapun pengaruh eksistensi jake di hidupnya, ia harus membiarkannya pergi. jake itu masa lalu sedangkan jay harus berjuang demi menggapai masa depannya, dengan atau tanpa jake shim di sampingnya.
»»————- ✼ ————-««
hal terberat dari tahap mengikhlaskan adalah saat melihat sang sosok yang menjadi alasan dibalik itu semua, tertawa bahagia bukan karena dirinya. terpancar sorot mata bahagia dan tertawa seakan nestapa tak menimpanya jua.
seorang jake shim memang ajaib. bisa-bisanya ia sudah menemukan bahagia, sementara jay merasa seperti kehilangan jiwanya. walau begitu, tetapi lee heeseung menyarankan bahwa dirinya harus mencari tambatan hati baru. orang gila, bagaimana caranya?!
"nih, jay, cakep anjir. manis, terus agak imut gitu. tipe lo banget, kan?" lagi, lee heeseung dan gudang para pria manisnya.
jay memutar bola matanya malas, "inget sunghoon, seung. lo mau gue aduin ke dia, punya asrama cowo di hp lo, hah?"
heeseung panik. pasalnya, kantin sedang ramai dan kemungkinan besar sunghoon dan sahabat sehidup sematinya, jake, ada di sini dan mendengar apa yang jay katakan.
"jaga alat bicara lo, anjing! kalau sunghoon denger, mampus gue, bisa diblokir sebulan," ekspresi horror terpampang jelas di wajah tampannya.
ingin menyudahi topik ini, namun jay kepalang penasaran dengan pria yang heeseung bicarakan tadi. alhasil, ia menurunkan sedikit egonya dan bertanya, "beneran cakep, seung? namanya siapa? kelas berapa?"
"asu! mau juga, kan, lo? namanya yang jungwon, kelas sebelas, adeknya sunghoon."
si mata elang melotot kaget, "kok lo ngga bilang, goblok?! ngga ah, skip. ngga enak sama sunghoon."
"yaelah gebet tinggal gebet, jay. pake segala ngga enak," jawabnya seraya terus-terusan mengambil makanan jay. untung sahabat, batin jay.
"kalau adeknya sunghoon, otomatis kenal dong sama jake? gimana, sih, lo?"
heeseung menggaruk kepalanya tanda ia skakmat. betul juga ya, kenapa tidak terpikirkan?
"tapi menurut gue nih, lo udah ngga ada sangkut pautnya sama jake. buat apa dipikirin? gas aja," tangan heeseung bergerak menyentuh layar ponselnya, entah sedang apa.
"tuh kontaknya. deketin, semoga dapet."
lagi, lee heeseung dan seribu satu kejutannya, selalu membuat jay heran.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
ennuyé | jayke
Fanfiction"𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐬𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚, 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐚𝐩𝐚 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐲𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦𝐛𝐚?" 𝘄𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴 : -𝗮𝗹𝗹 𝗽𝗮𝗶𝗿𝘀 𝗮𝗿𝗲 𝗯𝘅𝗯, 𝗴𝗮𝘆, 𝗵𝗼𝗺𝗼 -𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻𝗱𝘂𝗻𝗴 𝗸𝗮...