Forty-one

3.5K 280 52
                                    

Hay bestii

Happy reading love ❤️
.
.
.

Vanya kini berada di rooftop rumah nya,ia memangku gitar di bawah sinar bulan dan gerlapan bintang.

Sudah satu jam ia duduk di rooftop dengan gitar di pangkuannya,Vanya hanya memetik gitarnya asal.

Otak nya berkecamuk memikirkan kejadian hari ini. Hari yang sangat tragis bagi Vanya. Tapi tidak hanya hari ini,hampir setiap hari sepertinya hari Vanya selalu tragis.

Gadis itu meletakkan gitar di sampingnya,lalu menatap langit yang cerah dengan bintang yang bertaburan.

Vanya tersenyum ketika melihat satu bintang yang begitu bersinar,ia ingat ucapan ayah nya waktu itu.

"Kalau ada bintang yang sinar nya paling terang,itu Ayah."

Vanya terus memandang bintang itu,dan tanpa sadar air mata nya mulai membasahi pipinya.

"Ayah,Vanya hancur." Lirih Vanya.

"Vanya boleh cerita sama Ayah kan? Vanya cerita ya yah, walaupun Ayah gak bakal denger,tapi Vanya bakal tetep cerita." Vanya merebahkan tubuhnya di lantai rooftop yang dingin.

"Ayah,kenapa aku di pertemukan sama cowok seperti Vano yah?"

"Kenapa ada cowok sejahat Vano." Vanya terdiam beberapa saat,ia membiarkan air mata nya menetes.

"Kalau Ayah masih ada di sini pasti Ayah udah mukulin orang yang bikin anak nya nangis yakan."

"Tadi Vano bentak aku yah,dia nampar pipi aku,Ayah tenang aja gak sakit kok,tapi hati aku yang sakit."

"Dia bilang aku egois,tapi emang bener sih apa yang dia bilang. Rasanya pengen pergi jauh-jauh dari sini yah biar gak ketemu dia."

Lagi dan lagi memori tentang Vano terputar lagi di otak Vanya. Perlakuan Vano yang sangat manis padanya juga kembali terputar.

Vanya menatap langit dengan tatapan kosong,ujung bibirnya terangkat ketika cahaya salah satu bintang di atas mulai meredup dan menghilang.

"Ayah makasih udah dengerin cerita aku hari ini. Selamat malam dan tenang di surga." Vanya bangun dari duduknya dan mengambil gitar nya lalu turun menuju kamar nya.

Tanpa Vanya sadari,sedari tadi ada seseorang yang terus menatapnya di bawah sana.

Orang itu tersenyum sendu. "I'm sorry Van."

"Gue tau lo gak bakal maafin gue,tapi gue bakal terus minta maaf sama lo."

"Good night bidadari Vano." Vano beranjak dari depan rumah Vanya ketika melihat gadis itu turun dari rooftop rumah nya.

ʕ´• ᴥ•̥'ʔ

Sudah satu bulan setelah kejadian di taman,Vanya benar-benar tidak ngobrol dengan Vano,jangankan ngobrol ngeliat muka nya aja Vanya langsung lari.

Hari-hari Vanya kini sangat berwarna karena ada Farez di sampingnya. Laki-laki itu hampir 24/7 bersamanya.

Seperti pagi ini,cowok dengan jaket hitam yang melekat di badannya sudah nangkring di depan rumah Vanya selama lima belas menit.

Menjemput Vanya sudah menjadi rutinitas nya di setiap pagi.

Tiba-tiba pagar rumah terbuka dan muncul seorang gadis dengan rambut yang di gerai.

"Udah lama?" Vanya menerima helm yang di sodorkan oleh Farez.

"Gak terlalu,baru lima belas menit." Jawab Farez.

LIES [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang