▪️chap. 2

1.2K 140 16
                                    

The weakеr my heart gets, the stronger my tolerance becomes

▪️

Chenle berlari cepat begitu mendengar suara bel. Sudah pasti itu Jisung. Ini sudah tengah malam dan Chenle sudah menunggu Jisung sedari tadi hingga dia merasa seperti dicekik karena khawatir. "Ji-- auh, bau alkohol. Astaga, berapa banyak yang kau minum?" Chenle memandang Jisung yang menunduk, kemudian meraih dagunya dan mengangkatnya. "Yak, Park Jisung, kau bisa dengar aku?"

"Hm..." Jisung melangkah masuk dengan sesuka hati. Pria itu melemparkan dirinya sendiri ke atas sofa, berbaring dengan nyamannya dengan mata terpejam. Sementara Chenle yang mengekor hanya diam tanpa berbicara, mengamati suaminya yang tampak sedih.

"Jahat... dunia ini jahat kepadaku..." Jisung bergumam dalam ketidaksadarannya.

Chenle duduk di lantai, berhadapan dengan Jisung yang berbaring menyamping. Tangannya mengusap lembut pipi suaminya yang dihiasi rona khas orang mabuk. Jisung tampak lelah dan Chenle merasa bersalah untuk itu. "Apa yang dunia lakukan kepadamu, hm?"

"Dia... Dia tidak membiarkanku bersama Jaemin Hyung. Tidak, tidak... Dia bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk memulai."

Tangan Chenle membatu— tidak, sekujur tubuhnya membatu, bahkan nafasnya tertahan.

Perasaannya tidak terbalas.

Chenle pikir sebelum menikah hati Jisung tidak ada yang memiliki, mungkin Jisung akan memberikan hatinya kepadanya seiring pernikahan mereka berjalan. Chenle pikir dia baru saja memulai perjuangannya...

Nyatanya dia sudah kalah bahkan sebelum memulai.

Kekehan pelan mengiringi air matanya. Chenle terkekeh, mengejek dirinya. "Hah... kasihan dirimu, Zhong Chenle." Satu tangannya menepuk pundaknya sendiri dan yang satunya lagi menyeka kedua pipinya yang basah.

Dipandanginya Jisung yang berbaring dengan nafas yang teratur, tampaknya sudah terlelap. Chenle menghela nafasnya. "Tiga bulan sudah kita menikah, apa kau sama sekali tidak memberikanku kesempatan? Atau kau sudah memberikan kesempatan, tapi aku tetap kalah?" Chenle kembali terkekeh. "Jaemin Hyung... tentu saja. Mana bisa aku menandingi Jaemin Hyung?"

▪️

"Jaaann!"

"Apa ini?"

Chenle menepuk kotak kado yang dia letakkan di atas meja. "Hadiah satu tahun pernikahan."

Jisung menghela nafasnya. Tangannya menyingkirkan kotak kado yang berada di tengah-tengahnya dan Chenle. "Bagaimana bisa kau memikirkan ini sekarang? Chenle-ya, pikirkanlah kembali keputusanmu, jalani pengobatan, hm?"

"Tidak." Chenle menjawab dengan tegas. "Kau tahu aku, aku tidak akan mengubah keputusan."

Wajah Jisung menjadi semakin muram. Pria itu mengusap wajahnya dan menghela nafasnya dengan kasar. "Aku... aish! Pikirkanlah kembali."

Entah mengapa Chenle terkekeh, dia tidak ingin menanggapi masalah ini dengan terlalu serius. Mengingat kondisinya saja sudah membuat hidup terasa berat, Chenle ingin saat-saat terakhirnya berjalan seperti biasa.

"Kau lebih serius dari aku yang sakit." Kekehan Chenle menjadi semakin geli. "Jisung-ah, kau lucu jika seperti ini."

"Kau masih bisa bercanda?!" Mata Jisung melotot memandang Chenle.

Chenle mengendikkan bahunya. "Jika dihadapi dengan serius akan terasa suram dan menyebabkan stres. Sudah, jangan terlalu dipikirkan dan berangkat kerja saja. Bawa juga hadiahnya dan buka di kantor. Barangnya akan berguna di sana."

Jisung hanya diam di tempatnya seraya menatap Chenle dengan kerutan di dahinya. Tahu suami sekaligus temannya ini sedang merajuk, Chenle menggeleng. Dia bangun dan pindah ke sisi Jisung untuk menarik temannya itu bangkit dari kursi. "Waktu sarapan sudah selesai, sekarang waktunya bekerja!"

"Aku akan bangun jika kau setuju—"

"Ya, terserah kau saja lah." Chenle dengan cepat melepaskan tangannya dari Jisung. "Kau tidak bekerja juga uangku tidak akan habis. Paling kau yang akan kena getahnya dari ayahmu." Lidahnya Chenle julurkan untuk mengejek Jisung sebelum dia berbalik dan pergi dari ruang makan.

"Yak!" Jisung bangun, ingin protes atas ejekan Chenle. Namun, pria itu kembali duduk dan berdecak. "Tapi kau benar... ish."

Chenle yang mendengar rutukan Jisung terkekeh pelan. Dia lebih senang jika hari-hari terakhirnya berjalan seperti ini. Akan dia buat setiap harinya menghibur seperti ini sebelum akhirnya dia melepaskan Jisung dan menghadapi takdirnya.



Rein [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang