🥀

1K 122 20
                                    

Absence makes the heart grow farther away

▫️

Pikiran Jisung kosong. Belum ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya sejak keluarga dan teman dekatnya datang ke vila karena pesan yang dia kirimkan untuk meminta semuanya untuk datang. Chenle yang "tidur" dengan senyum cantik di wajahnya berada di kamar, terbaring pulas tanpa diketahui keberadaannya oleh yang lain.

Sulit bagi Jisung untuk mengatakan yang terjadi karena dirinya sendiri pun masih belum bisa menerima. Jisung paham semua yang ada datang khawatir setengah mati, tapi dia belum bisa.

Waktu selalu memberikannya sedikit bagian, itu tidak cukup untuknya.

"Jisung-ah, ada apa?"

"Ada apa dengan Chenle? Apa kita perlu ke rumah sakit?"

"Dimana Chenle Hyung?"

Semua suara hanya seperti angin lewat belaka. Jisung semakin tenggelam dalam lamunannya, tampak seperti cangkang tanpa isi.

"Park Jisung! Katakan di mana anakku sekarang!"

"C-Chenle..." Jisung berusaha menatap ayah Chenle, tapi matanya sama sekali tidak bisa fokus. "Chenle... di kamar... tertidur..."

Semuanya tidak lagi mendengarkan Jisung, mereka berlari menuju kamar yang Chenle tempati. Sepertinya semuanya paham hanya dengan melihat bagaimana Jisung bersikap.

Jisung sendiri masih berdiri di tempatnya. Tatapannya kosong dan dia... tidak bergerak sedikit pun. Namun, bibirnya masih bergerak walau hanya mengeluarkan bisikan yang begitu pelan.

"Chenle... Chenle-ku... pergi..."

▫️

Panggil Jisung pengecut, penakut, apa pun. Kakinya tidak bisa melangkah masuk ke dalam ruang pembakaran, tidak mengucapkan sepatah dua patah kata sebelum tubuh Chenle menjadi butiran abu. Tubuhnya seolah berhenti berfungsi karena sadar bahwa hatinya tidak akan sanggup melihatnya. Jisung hanya bisa menatap perabuan Chenle sesaat, kemudian kembali ke vila dan berbaring menyedihkan di ranjangnya.

Orang-orang membicarakannya, membicarakan tentang bagaimana seharusnya dia kuat menghadapi semua ini, tentang bagaimana seharusnya dia hadir dan mengucapkan salam perpisahan kepada suaminya...

Mereka bukan dia. Mereka tidak menghadapi apa yang dia hadapi. Mereka tidak mengerti.

Jisung diberkati oleh kehadiran Chenle dalam hidupnya. Kemudian, dia menyia-nyiakan keberadaan Chenle, lalu semuanya berlalu begitu cepat dan tiba-tiba saja Chenle tidak ada. Temannya, teman hidupnya, belasan tahun bersama dan tiba-tiba Jisung tidak lagi memilikinya. Itu tidak bisa... Jisung tidak bisa mencernanya, dia tidak bisa menerimanya.

Mudah mengatakan apa yang dia katakan ketika Chenle sekarat dalam rengkuhannya, tapi melakukannya... bahkan Jisung belum memulai.

"Bagaimana..." Bantal yang selalu Chenle tiduri Jisung peluk dengan erat. Ranjang yang sebelumnya terasa pas kini terasa begitu luas dan kosong hanya dengan kehadirannya seorang. "Bagaimana caranya? Keluar dengan teman... tidak terlalu sedih... bagaimana... Chenle-ya..." Pria itu bergumam, menatap kosong ke depan, tidak sadar dengan apa yang dia gumamkan.

Masih ada banyak hal yang belum dia lakukan untuk Chenle. Jisung belum menebus kesalahannya, belum membahagiakan Chenle, dan belum memberikan hal-hal yang Chenle inginkan. Bagaimana dia bisa melanjutkan hidup? Hidup dengan semua penyesalan ini... semua kesedihan ini...

Jisung tidak tahu.





Rein [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang